Ikuti Kami

Rieke Diah Sebut Indikasi Illegal Logging Harus Diselidiki di Bencana Aceh-Sumut

Rieke: Ada persoalan apakah, ini murni karena perubahan cuaca ekstrem atau kerusakan ekosistem yang terjadi bertahun-tahun.

Rieke Diah Sebut Indikasi Illegal Logging Harus Diselidiki di Bencana Aceh-Sumut
Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka.

Jakarta, Gesuri.id - Bencana banjir dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak 22–25 November 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I menyatakan cuaca ekstrem diperkirakan berlangsung hingga 27 November 2025. Dampak bencana turut menyebabkan gangguan jaringan telekomunikasi serta pemadaman listrik di sejumlah daerah.

Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka, meminta pemerintah dan aparat penegak hukum (APH) melakukan penyelidikan menyeluruh terkait penyebab banjir serta longsor, termasuk dugaan praktik illegal logging di kawasan Tapanuli Tengah.

"Ada persoalan apakah ini murni karena perubahan cuaca ekstrem atau kerusakan ekosistem yang terjadi bertahun-tahun. Indikasi illegal logging harus diselidiki," ujar Rieke, seperti dikutip dari akun Instagram riekediahp, Jumat (28/11).

Ia menyebut pembabatan hutan di kawasan perbukitan dan alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit sebagai salah satu dugaan penyebab kerusakan lingkungan.

"Kayu yang mengalir di sungai itu bisa dipastikan ilegal. Saya pastikan ilegal," tegasnya.

Dalam upaya percepatan pemulihan layanan dasar, Rieke menggelar koordinasi dengan PT Telkom Indonesia dan PT PLN Group. Gangguan jaringan telekomunikasi tercatat terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat akibat putusnya jalur fiber optik, pemadaman listrik, banjir, dan akses jalan yang longsor.

Data Telkom per 27 November 2025 mencatat:

Total BTS yang terdampak: 2.217 unit, terdiri dari Sumut 617, Sumbar 69, dan Aceh 1.531.

Progres pemulihan per 26 November: Sumut 0,6%, Sumbar 52%, Aceh 2%.

Upaya yang dilakukan meliputi penyambungan fiber optik, penggunaan jaringan satelit, perbaikan STO, dan penyediaan genset.

Sementara itu, PLN melaporkan sejumlah kerusakan infrastruktur kelistrikan, termasuk robohnya beberapa tower jaringan SUTT 150 kV di jalur Bireun, Arun, Brandan, Langsa, dan Peusangan Bireun. Kondisi tersebut menyebabkan pemadaman di sebagian besar wilayah Aceh, termasuk Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireun, Aceh Utara, hingga Aceh Singkil.

PLN saat ini mengerahkan lebih dari 701 personel di Sumatera Utara serta unit-unit siaga di Aceh. Mereka menurunkan genset berukuran kecil, mengirim lampu darurat, hingga menyiapkan helikopter TNI AU untuk membawa material tower emergency ke lokasi yang terisolir.

"Kami mengusahakan agar air segera keluar dari gardu induk dan listrik dapat dinormalkan dengan aman,” kata perwakilan direksi Indonesian Power yang tengah berada di Aceh.

Sejumlah wilayah di Tapanuli Tengah dilaporkan terisolasi akibat jalan rusak dan jaringan komunikasi terputus. Rieke menyampaikan bahwa tenaga dari Dinas Kehutanan Sumatera Utara menghadapi kendala mobilisasi karena akses yang tertutup.

"Kesulitan karena aksesnya semua terputus. Bahkan kami harus berjalan kaki untuk mencapai beberapa titik," ujar Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, dalam koordinasi dengan Rieke.

TNI AD dan TNI AU turut membantu proses evakuasi, distribusi bantuan, dan pengiriman logistik.

Rieke mengajak masyarakat memberikan dukungan bagi para korban, baik melalui pengiriman bantuan logistik maupun dukungan moral terhadap para petugas yang sedang bekerja memulihkan infrastruktur.

"Prioritas kita adalah evakuasi warga terdampak serta pemulihan akses darat, listrik, dan telekomunikasi. Yuk, kita bergandengan tangan. Never give up Indonesia,” ujarnya.

Quote