Ikuti Kami

Rokhmin Dahuri Dengarkan Langsung Keluhan Petani Tebu yang Tergabung Dalam APTRI

Dalam pertemuan yang berlangsung sederhana di sebuah gubuk seng, para petani menyuarakan kegelisahan mereka.

 Rokhmin Dahuri Dengarkan Langsung Keluhan Petani Tebu yang Tergabung Dalam APTRI
Anggota Komisi IV DPR RI dari Dapil Jabar VIII, Rokhmin Dahuri.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI dari Dapil Jabar VIII, Rokhmin Dahuri, hadir mendengarkan langsung keluhan petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI). Jumat itu bukan sekadar kunjungan, tapi momen penting di mana suara akar rumput bertemu dengan harapan kebijakan. “Kami tak minta banyak, hanya agar bisa terus menanam dan hidup layak.” Kalimat itu terucap lirih dari gubuk seng di Desa Beringin.

Dalam pertemuan yang berlangsung sederhana di sebuah gubuk seng, para petani menyuarakan kegelisahan mereka: mulai dari anjloknya harga tetes tebu, kebijakan impor gula mentah, hingga minimnya alat pertanian yang layak pakai.

Harga tetes tebu yang anjlok dari Rp2.500 ke Rp1.000 per kilogram telah mengguncang stabilitas ekonomi petani dan pabrik gula. Traktor rusak, pompa air tak tersedia, dan biaya sewa lahan yang mencapai Rp8 juta per hektar per tahun membuat banyak petani nyaris menyerah. Namun, mereka tetap berdiri, menyampaikan aspirasi dengan tekad.

“Harga tetes turun drastis dari Rp2.500 ke Rp1.000/kg. Akibatnya, pabrik gula kesulitan keuangan dan menunda bayar tenaga tebang,” ungkap Mai Azhar, perwakilan petani. Keluhan lain juga disampaikan terkait traktor rusak, biaya sewa mahal, dan pompa air yang tidak tersedia.

Pak Haji, petani lainnya, menyoroti beban ganda petani: “Sewa tanah Rp8 juta/ha, traktor dan pompa dari pabrik Rp4 juta. Kami ingin harga stabil dan pupuk subsidi lancar.”

Pak Mai Azhar dan Pak Haji, dua petani yang mewakili suara lapangan, berharap agar bantuan tak hanya datang sebagai janji, tapi sebagai solusi berkelanjutan. Mereka mengusulkan rumah pompa dari Sungai Cimanis yang tak pernah kering, agar bisa menghemat pupuk dan pestisida, serta menghidupkan kembali semangat bertani.

Mendengar itu, Rokhmin Dahuri menegaskan komitmennya bahwa bantuan hanya bersifat pemantik. 

“Bantuan hanya stimulan. Kuncinya, ada azam. Kalau dibantu, jangan disia-siakan. Harus ada azam. Dibantu sekali, lalu lari kencang,” ujarnya. 

Politisi PDI Perjuangan itu berjanji akan memperjuangkan aspirasi ini, namun mengingatkan bahwa alat dan fasilitas harus dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin.

Ia juga menyatakan siap mendorong bantuan rumah pompa dari Sungai Cimanis, serta membenahi sistem agar petani bisa lebih mandiri dan sejahtera.

“Insya Allah kami perjuangkan. Tapi bantuan harus dipelihara, bukan sekadar diterima lalu rusak,” tegas Rokhimin.

Dari gubuk seng itu, suara petani tebu menggema. Bukan sekadar keluhan, tapi panggilan untuk perubahan. Kunjungan ini menjadi bukti nyata keberpihakan wakil rakyat yang tidak hanya hadir di gedung, tapi turun ke akar rumput, menyerap aspirasi dan menyalakan harapan.

Semoga langkah ini menjadi awal dari kebijakan yang berpihak pada mereka yang menjaga negeri lewat ladang dan keringat.

Quote