Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi V DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Sofwan Dedy Ardyanto (SDA), menyuarakan keprihatinannya terhadap kondisi industri hasil tembakau di Indonesia yang perlahan melemah.
Menurutnya, sektor ini memiliki potensi besar yang tidak boleh diabaikan.
“Industri tembakau termasuk industri padat karya. Ada sekitar 5-6 juta orang pekerja, tepatnya 5,9 juta tenaga kerja yang terlibat di dalam industri hasil tembakau. Dan ada 2,5 juta petani tembakau yang terkonsentrasi di tiga provinsi yaitu Jawa Timur, NTB dan Jawa Tengah,” kata Sofwan, Kamis (4/9/2025).
Ia menambahkan, besarnya perputaran uang dari sektor ini bahkan menjadi sumber pembangunan daerah.
“Saya Dapil Temanggung, Pak. Temanggung itu, kalau bapak jalan-jalan ke Alun-Alun, Alun-Alunnya itu judulnya Kota Tembakau,” ujarnya.
Sofwan juga mengungkapkan fakta penerimaan negara yang sangat besar dari industri hasil tembakau.
“Fakta nomor 3, cukai rokok ada 213 triliun, tadi beliau bilang 216 T, dan itu lebih besar daripada deviden BUMN. Sedangkan untuk tahun ini, Kementerian Keuangan menargetkan cukai pajak sebesar 230,09 T. Sementara itu, pajak industri rokok sebesar 22,98 T,” ucap SDA.
Namun, ia menilai potensi besar ini justru sedang dikecilkan oleh kebijakan pemerintah.
“Menurut seorang ekonom yang merupakan senior saya, dia berkata, ‘Mas, industri yang paling kokoh di Indonesia dan tidak mudah goyah karena krisis adalah industri hasil tembakau.’. Tetapi ironisnya, kebijakan kita sendiri yang seolah-olah membunuh perlahan-lahan industri hasil tembakau di negeri kita, hanya karena satu barang yaitu FCTC,” ungkapnya.
Karena itu, SDA meminta pemerintah lebih bijak dalam menyikapi kebijakan yang memengaruhi industri ini.
“Ini fakta semua berbicara tentang potensi hasil industri tembakau, tidak bisa dinafikan sudah menjadi urat nadi perekonomian bangsa dan negara kita,” pungkasnya.