Ikuti Kami

Stop Impor! Ansy Serukan Peningkatan Produksi Hortikultura

"Pertanyaannya, sampai kapan kita berada pada zona nyaman ketergantungan pada impor?"

Stop Impor! Ansy Serukan Peningkatan Produksi Hortikultura
Anggota Komisi IV DPR RI Yohanes Fransiskus Lema (Ansy Lema).

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI Yohanes Fransiskus Lema (Ansy Lema) menghadiri Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR RI dengan Direktur Jenderal Hortikultura dan Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia, baru-baru ini. 

Agenda utama rapat adalah membahas permasalahan ekspor dan impor produk hortikultura di Indonesia. 

Baca: Dibantu Ansy, Petani TTU Wujudkan Ketahanan Pangan Keluarga

Ansy mengungkapkan, dalam presentasi Direktorat Hortikultura, disebutkan Indonesia akan mengalami defisit komoditi Bawang Putih sebesar 532,534 ton, Bawang Bombay 128,349 ton, Jeruk 82,808 ton, Lengkeng 44,737 ton dan Anggur 34,477 ton pada 2021. 

Artinya, Indonesia akan mengimpor lagi tahun 2021. 

"Pertanyaannya, sampai kapan kita berada pada zona nyaman ketergantungan pada impor? Karena itu saya perlu menegaskan bahwa komoditas impor bukan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," tegas Ansy. 

Politisi PDI Perjuangan itu melanjutkan, sumber utama berasal dari produksi dalam negeri dan cadangan nasional. 

Impor hanya dilakukan sebagai alternatif yang bersifat komplementer. 

"Maka fokus penyediaan atau pemenuhan kebutuhan nasional harus bersandar pada produksi dalam negeri. Paradigma ini tidak boleh dibolak-balik!," tegas Ansy. 

Kebijakan impor, sambung Ansy, jangan sampai membunuh produksi dalam negeri. Sebab, hal itu berarti membunuh petani dalam negeri. 

Baca: Komunitas India Muslim di Medan Gantungkan Harapan ke Bobby 

"Tanpa petani yang berdaulat dan sejahtera, masa depan bangsa terancam," tegas Ansy. 

Saat ini, lanjut Ansy, penerbitan RIPH (Rekomendasi Impor Produk Hortikultura) mendapat sorotan publik, karena diduga sarat praktik korupsi dan kolusi.  

Data Dirjen Hortikultura juga mencatat pada tahun 2018 terdapat 30 perusahaan yang tidak lunas tanam dan produksi, lalu di 2019 terdapat 39 perusahaan. 

"Carut marut RIPH mestinya menjadi momentum untuk bangkit dari ketergantungan impor. Tinggalkan impor, fokus produksi dalam negeri!," ujar Ansy. 

Ansy menegaskan, bangsa ini harus mengubah mindset pembangunan pertanian dari ketahanan ke arah kemandirian, bahkan kedaulatan pangan. 

Kajian dari akademisi dan praktisi pertanian menyebutkan, jika diusahakan dengan serius, Indonesia bisa menjadi juara beberapa komoditas hortikultura. 

"Karena itu, saya mendesak Kementerian Pertanian, terutama Direktorat Hortikultura untuk segera mendorong peningkatan produksi hortikultura yang bisa menjadi komoditas utama substitusi impor," ujar Ansy 

"Kita butuh grand design pengembangan hortikultura yang komprehensif berdasarkan data objektif, pemetaan yang akurat dan kerja teknokratis yang konsisten," pungkasnya.

Quote