Ikuti Kami

Analisis LSI Denny JA soal PDI Perjuangan Tertinggi tapi Ganjar Terendah di Quick Count

Faktor pertama terjadinya hal itu ialah fenomena split ticket voting. Fenomena itu terjadi khususnya di PDI Perjuangan.

Analisis LSI Denny JA soal PDI Perjuangan Tertinggi tapi Ganjar Terendah di Quick Count
Peneliti senior LSI Denny JA Ardie Alfaraby (Tangkapan layar YouTube LSI Denny JA)

Jakarta, Gesuri.id - Lembaga survei LSI Denny JA telah menyampaikan hasil hitung cepat atau quick count dari pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) di Pemilu 2024. Hasilnya, ada dua pemenang yang berbeda di kedua kategori pemilihan tersebut.

Dalam hitung cepat LSI Denny JA, pasangan capres dan cawapres nomor urut 2, Prabowo-Gibran, unggul dengan angka 58,16 persen. Sedangkan dalam kategori pileg, PDIP unggul dari partai-partai lainnya dengan perolehan suara 16,82 persen.

Peneliti senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, mengatakan faktor pertama terjadinya hal itu ialah fenomena split ticket voting. Fenomena itu terjadi khususnya di PDI Perjuangan.

"Mengapa terjadi perbedaan pemenang pilpres dengan pemenang pemilu legislatif? Alasan pertama yang kami temukan pada perilaku pemilih sebagai split ticket voting. Split ticket voting ini dalam survei yang kita kerjakan di akhir Januari sampai 6 Februari 2024 ini menunjukkan split ticket voting terjadi di beberapa partai, khususnya terjadi di PDI Perjuangan," kata Adjie dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring di YouTube LSI Denny JA, Kamis (15/2/2024).

Ardie lalu mencontohkan dua wilayah terjadinya fenomena split ticket voting yang terdapat di Jawa Tengah dan Bali. Di dua daerah tersebut pasangan Prabowo-Gibran unggul dalam pilpres, tapi PDI Perjuangan unggul dalam pileg.

"Survei terakhir kita menunjukkan dari pemilih PDI Perjuangan ada 32,80 persen yang memilih Prabowo-Gibran, sementara 60,40 persen tetap pilih Ganjar-Mahfud. Begitu juga dengan PKB, di PKB ada 30,50 persen memilih pasangan Prabowo-Gibran, sementara yang ke Anies 46 persen," katanya.

Menurut Ardie, fenomena split ticket voting ini terjadi karena banyaknya jenis pemilihan di Indonesia. Dia mengatakan semakin banyak jenis pemilihan akan membuat para pemilih memisahkan pilihannya sesuai kategori pemilihan.

"Fenomena split ticket voting terjadi dalam pemilu yang banyak atau banyak jenis pemilihannya. Termasuk di kita karena ada pemilu legislatif, pemilu presiden, sehingga terjadi split ticket voting yang dilakukan secara sengaja oleh pemilih. Karena pemilih menilai mana capres yang mereka pilih, mana partai yang mereka pilih," ujar Ardie.

Faktor kedua yang membuat terjadinya perbedaan pemenang di pilpres dan pileg pada Pemilu 2024, menurut LSI Denny JA, terkait kerja calon legislatif (caleg). Dia mengatakan para caleg dari partai-partai tradisional mampu berkontribusi dalam menjaga perolehan suara di pemilihan legislatif.

"Caleg-caleg DPR atau level nasional di partai-partai terutama partai lama mampu mengangkat suara partai karena mereka juga punya kepentingan untuk lolos DPR. PDI Perjuangan dan Golkar ini di dapil-dapil punya komposisi caleg yang kuat minimal mereka ada 3 sampai 4 caleg yang bekerja yang bisa menyumbang suara sehingga secara nasional mereka mampu mendongkrak suara partai," tutur Ardie.

Ardie juga menjelaskan alasan PDI Perjuangan tetap unggul di pileg meski calon yang diusungnya di pilpres berada di urutan terakhir versi hitung cepat LSI Denny JA. Dia mengatakan hal itu disebabkan faktor loyalitas basis pemilih di lumbung-lumbung suara PDI Perjuangan.

"PDI Perjuangan unggul telak di basis pemilih wong cilik. Hasil exit poll menunjukkan pemilih di bawah 2 juta per bulan base-nya 53,4 persen ini memang PDI Perjuangan unggul jauh 17,9 persen, disusul Golkar 15,4 persen sama Geridnra 13,3 persen. Jadi PDI Perjuangan tetap unggul di basis utamanya. Di wong cilik PDI Perjuangan masih perkasa," katanya.

Hal serupa juga dilihat dari sejumlah daerah yang dikenal menjadi basis suara PDI Perjuangan seperti Jawa Tengah, Bali, dan Sulawesi Utara. Meski di tiga lokasi itu Prabowo-Gibran unggul di pilpres, suara PDI Perjuangan tetap menang di kategori pileg.

"Kami ambil contoh di tiga wilayah saja, namun ini menunjukkan loyalitas pemilih di kandang banteng masih tetap terjaga. Misalnya di Jawa Tengah base-nya 13,9 persen, PDI Perjuangan di Jawa Tengah 28,22 persen walaupun di sana pasangan 02 yang menang namun PDI Perjuangan masih perkasa. Kemudian di Bali ini PDI Perjuangan dari hasil quick count kita masih unggul di Bali, kemudian di Sulawesi Utara PDI Perjuangan juga masih unggul. Jadi di basis-basis utama PDI Perjuangan ini mereka masih unggul dan dapat disimpulkan loyalitas PDI Perjuangan di kandang banteng masih terjaga," pungkas Ardie. Sumber

Quote