Ikuti Kami

Guru Dibully, Iis Sugianto: Indonesia Darurat Budi Pekerti

Iis: Dedikasi seorang guru seharusnya dihormati oleh murid-muridnya.

Guru Dibully, Iis Sugianto: Indonesia Darurat Budi Pekerti
Caleg DPR RI PDI Perjuangan Dapil DKI 3 nomor urut 6, Iis Sugianto saat blusukan di kawasan Pademangan Jakarta Utara, akhir pekan lalu. Pada blusukannya Iis sekaligus melakukan sosialisasi mengenai salah satu program unggulannya, yaitu DILAN (pendidikan lanjutan). (Foto: Dok. Iis Sugianto)

Jakarta, Gesuri.id - Dunia pendidikan di Tanah Air kembali terguncang. Pada Minggu (10/2), sebuah video viral beredar mengenai insiden guru yang ditantang siswanya.  

Kejadian itu berlangsung pada Sabtu (2/2), dimana siswa berinisial AA (15) siswa SMP PGRI Wringinanom, Gresik, Jawa Timur, menantang gurunya, Nur Khalim (30). Itu terjadi manakala Sang Guru menegur AA yang merokok dan duduk di atas meja saat jam pelajarannya. Namun Sang Guru yang berhati mulia itu tak membalas kelakuan muridnya, ia hanya terdiam tanpa berbuat apapun ke murid yang disayanginya itu.

Meski pada Senin (4/2), AA telah meminta maaf atas perilakunya kepada Nur Khalim, namun peristiwa tersebut telah membuat Politisi PDI Perjuangan yang juga Caleg DPR RI Dapil DKI 3, Iis Sugianto terperenyak bahkan membuat dirinya terdiam, teriris hingga meneteskan air mata.

Menurut Iis, dedikasi seorang guru seharusnya dihormati oleh murid-muridnya, bukan malahan diperlakukan sewenang-wenang bahkan oleh anak didiknya sendiri. 

"Sedih liat guru Nur Khalim di Gresik Jawa Timur, diserang muridnya karena melarang merokok di kelas," ungkap Caleg dengan nomor urut 6 kepada Gesuri di sela-sela blusukannya, akhir pekan lalu. Pada blusukan itu Iis sekaligus melakukan sosialisasi mengenai salah satu program unggulannya, yaitu DILAN (pendidikan lanjutan). 

Iis kemudian mempertanyakan kemana mental anak Bangsa Indonesia yang begitu sangat memprihatinkan. "Kenapa mental anak bangsa Indonesia begitu parah ya ? Aku ngga tega liat muka gurunya, keliatan orang baik, warga negara yang baik walau gajinya sangat tidak layak," ungkap penyanyi yang booming di era 80-an dan masih eksis dan sangat cantik hingga saat ini.

Seperti diketahui, Nur Khalim telah lebih dari lima tahun menjadi guru honorer. Namun ia tak pernah menyerah meskipun hanya memperoleh bayaran Rp 450.000 sebulan. "Dari bendahara sekolah gaji saya Rp 450 ribu, kalau menuruti keinginan sebenarnya tidak cukup," ujarnya seperti dikutip dari salah satu portal media nasional.

Untuk itu, Iis menekankan jika dirinya duduk sebagai anggota parlemen maka ia bertekad penuh untuk berjuang demi memperbaiki nasib para guru honorer di Tanah Air.

"Saya pasti perjuangkan nomor satu nasib guru .. saya itu paling hormat sama guru, dari saya kecil, takut guru sama orang tua," ujar Iis yang mewakili daerah pemilihan Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu (dapil DKI 3). 

Lebih lanjut Iis juga menyoroti nasib, prilaku dan etika pemuda pemudi bangsa sebagai penerus masa depan negaranya. Utamanya, menurut penyanyi bernama asli Kuspuji Istiningdyah itu, apabila mental anak-anak bangsa tidak dibina sejak dini.

Iis menekankan negara ini tak hanya membutuhkan pemuda pemudi yang sekedar tangguh, pandai dan nasionalis. Iis mencontohkan bangsa ini mutlak memiliki generasi yang berakhlak baik, menghormati leluhur, guru serta tentunya orangtuanya.   

Terkait itu, Iis bersyukur telah memiliki program DILAN (pendidikan lanjutan) yang merupakan bagian dari program unggulannya yang diberinama Kampung Cemara (Cerdas, Maju, Aman dan Sejahtera). Sebuah wujud Kampung Cerdas ('Smart City') yang memiliki solusi jangka panjang bagi kesejahteraan warganya.

Iis menjelaskan DILAN dapat mewujudkan Kampung Cemara yang tak hanya cerdas, maju, aman dan sejahtera. Namun yang terpenting, ungkap Iis, untuk meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas demi Indonesia maju dan sejahtera. 

"Nanti di dalam Dilan sekalian kita ajarkan budi pekerti, supaya anak bangsa ini mempunyai budi pekerti yang baik sesuai budaya kita, budaya Indonesia. Dijaga sopan santunnya, terutama kepada orangtua dan guru kita," Iis Sugianto menandaskan.

Quote