Ikuti Kami

Pancasila & Bhinneka Tunggal Ika Hancurkan Politik Identitas

Jangan rusak toleransi kebangsaan dengan politik identitas.

Pancasila & Bhinneka Tunggal Ika Hancurkan Politik Identitas
Ilustrasi. Gubernur Sulut Olly Dondokambey Ajarkan Pancasila ke-3.000 Mahasiswa Generasi Milenial.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Umum Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak (FK PKB) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Olly Dondokambey menegaskan pihaknya merasa terpanggil untuk memberi pendidikan politik yang berlandaskan pada toleransi kebangsaan yang merupakan wujud dari nilai luhur Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal itu agar masyarakat menyadari pentingnya menjaga keutuhan bangsa daripada terkotak-kotak karena politik identitas.

Baca: Pancasila Selamatkan Indonesia dari Ekstrimisme

"Di tengah kegelisahan bangsa saat ini, sudah sepatutnya semangat toleransi kebangsaan dalam bingkai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika diaktualkan kembali. Jangan kita rusak toleransi kebangsaan dengan politik identitas," ujar Olly, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (21/3).

Sikap itu diambil terkait semakin rusaknya toleransi kebangsaan akibat politik identitas. Seruan tersebut disampaikan Olly saat menjadi pembicara kunci dalam acara diskusi publik bertema "Politik dan Demokrasi dalam Kebhinekaan Bangsa Indonesia" di Graha Oikoumene, Jakarta, Kamis. Diskusi menghadirkan Romo Franz Magnis dan Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly Asshiddiqie sebagai narasumber.

Olly juga mengatakan bangsa Indonesia kini tengah dibayangi kegelisahan karena kampanye politik identitas yang mencuat saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta, dan kian meluas menjelang pemilihan umum (pemilu) serentak pada 17 Agustus 2019.

Politik identitas berpusat pada politisasi identitas melalui interpretasi ekstrem, yang dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan dari orang-orang yang merasa 'sama', baik dari sisi suku, ras, agama, kelompok, maupun elemen perekat lainnya, misalnya pilihan politik atau pendukung calon pemimpin tertentu.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, politik identitas menjadi cepat meluas penyebarannya karena keberadaan media sosial (medsos) yang dapat diakses berbagai kalangan, baik di kota metropolitan maupun pedesaan.

Hal itu, secara nyata membuat masyarakat terpecah menjadi kubu tertentu, dan kian mengkhawatirkan karena menjalar ke lingkungan sosial sehari-hari, baik di sekolah, lingkungan rumah, bahkan tempat pekerjaan.

Lebih lanjut Olly menjelaskan hal-hal positif dari toleransi kebangsaan yang mempersatukan Indonesis tentu bukan karena faktor kesamaan suku atau etnik, budaya, warna kulit, apalagi agama. Elemen fundamental satu-satunya yang mendasari toleransi kebangsaan adalah "rasa kebatinan" sebagai bangsa yang satu nasib, satu perjuangan, satu haluan, dan satu cita-cita menuju Indonesia yang adil dan makmur.

"Kalau semua elemen masyarakat memiliki toleransi kebangsaan, maka tak ada ruang bagi politik identitas yang telah mendorong sikap cenderung berprasangka atau berasumsi negatif terhadap pihak lain, yang akhir-akhir ini telah menjerumuskan masyarakat kita ke dalam konflik sosial dan intoleransi," kata Olly.

Ia menambahkan kebhinekaan Indonesia adalah anugerah Tuhan yang patut disyukuri dan seharusnya menjadi kekayaan bangsa yang harus dijaga, dipelihara dan dikelola dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan dan masa depan rakyat Indonesia.

Sementara itu, Ketua Panitia Diskusi Publik "Politik dan Demokrasi dalam Kebhinekaan Bangsa Indonesia", Jimmy Mokolensang, mengatakan FK PKB PGI akan terus membangun kerja sama yang harmonis dengan berbagai elemen bangsa dari berbagai latar belakang suku, agama dan ras, untuk menghindari ancaman intoleransi dan perpecahan.

Terkait dengan penyelenggaraan pemilu serentak pada 17 April mendatang, FK PKB PGI ingin berperan dalam meningkatkan kualitas politik dan demokarasi lewat pendidikan politik melalui diskusi publik yang dapat membuka wawasan masyarakat terhadap isu-isu yang mengemuka.

"Ke depan diskusi publik seperti ini akan kami lakukan secara berkala untuk menyikapi isu-isu kebangsaan yang mengemuka," ujar Jimmy.

Baca: Eva: Pancasila Mengantar NKRI Menuju Kemakmuran

Dia mengatakan, tema diskusi publik "Politik dan Demokrasi dalam Kebhinekaan Bangsa Indonesia" diangkat untuk memberikan pendidikan politik yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ancaman perpecahan dan dapar menumbuhkan rasa cinta Tanah Air, cinta sesama warga negara, serta memprerat persaudaraan dan toleransi.

"Sesungguhnya kita telah memiliki kebinekaan yang merupakan kekuatan budaya yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas politik dan demokrasi yang dewasa. Jangan sampai kebhinekaan justru kita jadikan sebagai kelemahan yang dapat memecah belah bangsa," kata Jimmy.

Quote