Jakarta, Gesuri.id - Caleg DPR RI PDI Perjuangan Dapil DKI Jakarta Timur, Putra Nababan, menekankan pentingnya pemanfaatan 'Big Data' oleh partai politik, khususnya oleh PDI Perjuangan.
Baca: Putra: PDI Perjuangan Progresif-Revolusioner Magnet Milenial
Putra menjelaskan bahwa 'Big Data' adalah satu simpulan data dari berbagai sumber mengenai ihwal yang ada di internet.
'Big Data', lanjut Putra, diandalkan untuk memantau dan menganalisis perkembangan isu-isu secara akurat, yang pada gilirannya dipresentasikan sebagai laporan.
"'Big Data' adalah satu data yang dipresentasikan dari berbagai macam sumber dan itu kemudian disimpulkan menjadi sebuah laporan. 'Big Data' ini menggambarkan perkembangan media online, media massa dan media sosial, apa isu hari ini, dan bagaimana perkembangannya," jelas Putra seusai acara diskusi bertema "Peran Pemuda dalam Politik" bersama Council of Asian Liberals and Democrats (CALD) di kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/10).
Terkait itu, Ia melihat partai politik juga mesti mengetahui apa yang terjadi di internet, terutama sentimen dari segmen pemilih yang menggunakan media sosial terhadap isu-isu terkini.
"Sebagai partai politik, kita harus dan wajib mengetahui (isu) apa yang berkembang di masyarakat, baik itu yang diberitakan oleh media online atau itu yang menjadi perasaan (sentimen) dari pemilih kita yang menggunakan media sosial," terangnya.
Putra mengatakan PDI Perjuangan harus peka terhadap perkembangan isu tersebut. Kepekaan itu dapat dipertajam melalui 'Big Data'.
Ia mengatakan seseorang atau partai politik tidak dapat memperoleh gambaran utuh tentang perkembangan isu dan sentimen masyarakat terhadapnya bila bersandar pada satu atau dua berita, atau pada sebuah postingan di Facebook, sebagaimana banyak orang melakukannya hari ini.
Baca: Putra Pastikan PDI Perjuangan Tak Abaikan Pemilih Lawas
"Ini yang menurut saya PDI Perjuangan harus peka terhadap perkembangan, dan kepekaan itu bisa kita tangkap supaya akurat itu melalui 'Big Data'. Karena kalau kita hanya melihat satu atau dua berita terus kita melihat satu buah postingan di Facebook, itu belum sahih, belum menggambarkan representasi perasaan atau feeling dari masyarakat Indonesia. Tapi kalau kita menarik kesimpulan dari 'Big Data' itu lebih akurat," pungkasnya.