Ikuti Kami

10 Fakta Menarik di Balik Hari Sumpah Pemuda yang Jarang Diketahui

Saat ikrar itu dibacakan pada Kongres Pemuda II tahun 1928, istilah “Sumpah Pemuda” belum digunakan.

10 Fakta Menarik di Balik Hari Sumpah Pemuda yang Jarang Diketahui
Ilustrasi Sumpah Pemuda - Foto: Dokumen Kompas

Jakarta, Gesuri.id - Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda — momentum bersejarah ketika para pemuda dari berbagai penjuru Nusantara mengikrarkan persatuan: satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa — Indonesia.

Namun di balik upacara dan peringatan yang rutin dilakukan setiap tahun, ada banyak kisah menarik yang jarang diketahui publik. Dikutip dari laman Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud, berikut 10 fakta menarik tentang Hari Sumpah Pemuda yang patut diketahui:

1. Awalnya Belum Disebut “Sumpah Pemuda”

Saat ikrar itu dibacakan pada Kongres Pemuda II tahun 1928, istilah “Sumpah Pemuda” belum digunakan. Nama itu baru diberikan setelah kongres selesai dan mulai dikenang sebagai tonggak persatuan bangsa.

2. Diikrarkan di Rumah Seorang Tionghoa

Sumpah Pemuda dibacakan di rumah milik Sie Kok Liang, seorang pelajar keturunan Tionghoa. Rumahnya di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat, kini menjadi Museum Sumpah Pemuda — tempat di mana semangat kebangsaan itu terus hidup hingga kini.

3. Polisi Belanda Mengawasi Ketat dan Melarang Kata “Merdeka”

Kongres Pemuda II digelar di bawah pengawasan ketat polisi kolonial Belanda. Para peserta bahkan dilarang mengucapkan kata “merdeka.” Karena itu, ketika lagu Indonesia Raya diperdengarkan untuk pertama kali, liriknya tidak dinyanyikan, hanya dimainkan dengan biola oleh Wage Rudolf Supratman.

4. Gedung Kongres Kini Jadi Museum

Salah satu lokasi kongres, Gedung Indonesische Clubgebouw, kini dikenal sebagai Museum Sumpah Pemuda. Gedung ini diresmikan sebagai museum oleh Pemda DKI Jakarta pada 20 Mei 1973, setelah proses pemugaran selesai.

5. Kongres Dibuka di Lapangan Banteng

Rapat pembuka Kongres Pemuda II digelar di Gedung Katholieke Jongelingen Bond (KJB), yang berada di kawasan Lapangan Banteng. Gedung ini dulu aktif sebagai tempat berkumpulnya para pemuda Katolik, dan kini menjadi bagian dari kompleks Sekolah Santa Ursula.

6. Bahasa Indonesia Ditetapkan sebagai Bahasa Persatuan

Salah satu keputusan penting Kongres Pemuda II adalah menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sebelumnya, rapat-rapat masih menggunakan bahasa Belanda. Tokoh Mohammad Yamin berperan besar sebagai penerjemah dan pengusul gagasan ini.

7. Rumusan Ikrar Ditulis oleh Mohammad Yamin

Rumusan teks Sumpah Pemuda yang dibacakan oleh Soegondo Djojopoespito sebenarnya ditulis oleh Mohammad Yamin di atas secarik kertas saat mendengarkan pidato Mr. Sunario pada hari terakhir kongres.

8. Hanya Enam Perempuan yang Hadir

Dari sekitar 82 peserta kongres, hanya enam perempuan yang tercatat hadir. Mereka adalah Dien Pantow, Emma Poeradiredja, Jo Tumbuan, Nona Tumbel, Poernama Woelan, dan Siti Soendari.

9. Lagu Indonesia Raya Pertama Kali Diperkenalkan

Untuk pertama kalinya, lagu Indonesia Raya dimainkan di hadapan peserta kongres pada 28 Oktober 1928 di Gedung Indonesische Clubgebouw. Lagu itu dibawakan tanpa lirik, hanya dengan biola Stradivarius milik Wage Rudolf Supratman.

10. Peserta Datang dari Barat hingga Timur Indonesia

Kongres Pemuda II mempertemukan perwakilan organisasi dari seluruh Nusantara — dari Sumatera hingga Maluku. Di antaranya Mohammad Yamin dari Minangkabau (barat) dan Johannes Leimena dari Ambon (timur). Perbedaan latar belakang mereka tidak menghalangi tekad untuk bersatu.

*Tulisan ini merupakan rangkaian kegiatan Merah Muda Fest 2025 untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda 2025 yang akan diselenggarakan Selasa 28 Oktober 2025 di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan Jakarta dan Sabtu 1 November 2025 di GOR Among Rogo Yogyakarta.

Quote