Jakarta, Gesuri.id - Sejarawan Bonnie Triyana mengungkapkan akar dari diskriminasi ras di Indonesia.
Menurut pendiri majalah sejarah Historia itu, diskriminasi ras di Nusantara dimulai ketika Pemerintah Kolonial Belanda membuat kebijakan segregasi berdasarkan ras.
Hal itu disampaikannya ketika berbicara di perayaan Imlek 2021 yang digelar DPP PDI Perjuangan dengan tema 'Imlekan Bareng Banteng', Jumat (12/2).
Baca: Bahasa Gaul dan 'Handphone' Bentuk Penjajahan Masa Kini
Acara itu ditayangkan secara langsung di channel resmi PDI Perjuangan, @pdiperjuangan.
"Pemerintah Kolonial Belanda membuat Regeeringsreglements, yang membagi penduduk Nusantara atau yang ketika itu dinamakan Hindia Belanda ke dalam 3 tingkatan status sosial, yakni Europeanen atau orang-orang kulit putih Eropa, Vreemde Oosterlingen (Timur Asing) yang meliputi orang (peranakan) Cina, Arab, India, maupun non-Eropa lainnya, dan Inlander atau pribumi," ungkap Bonnie
Namun, lanjut Bonnie, pada 1932 ada Partai Tionghoa Indonesia yang didirikan oleh Liem Koen Hian. Liem, ujar Bonnie, adalah seorang beretnis Tionghoa yang berwawasan Nasionalis Indonesia.
Liem, berkawan dengan Bung Karno dan berbagai tokoh nasionalis lainnya.
Sejarah juga mencatat kontribusi seorang tokoh Tionghoa nasionalis lainnya, Ang Jan Goan yang juga seorang tokoh Pers.
Baca: Megawati dan Gus Dur Buka Keleluasaan Rayakan Imlek
Kemudian, lanjut Bonnie, pada masa perjuangan kemerdekaan tercatat pula peranan seorang pejuang yang bernama John Lie.
"Jadi memang dalam perjuangan kemerdekaan, etnis Tionghoa turut berperan sebagaimana etnis atau suku lainnya di Indonesia," ujar Bonnie.