Ikuti Kami

Katedral Jakarta dan Kisah Kelahiran Sumpah Pemuda

Dari gedung sederhana itu, lahirlah “benih-benih” persatuan bangsa.

Katedral Jakarta dan Kisah Kelahiran Sumpah Pemuda
Beberapa tokoh Kongres Pemuda ke-II saat bertemu kembali di Gedung Sumpah Pemuda - Foto: Istimewa

Jakarta, Gesuri.id - Malam itu, 27 Oktober 1928, suasana Jakarta masih sunyi. Namun di sebuah gedung yang berdiri di belakang Gereja St. Maria Diangkat ke Surga — kini dikenal sebagai Gereja Katedral Jakarta — puluhan pemuda dari berbagai daerah di Nusantara tengah berkumpul. Di tempat inilah, Gedung Katholieke Jongelingen Bond (KJB) atau Perhimpunan Pemuda Katolik, rapat pertama Kongres Pemuda II digelar.

Dari gedung sederhana itu, lahirlah “benih-benih” persatuan bangsa. Di antara dindingnya yang tebal dan bersejarah, semangat satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa mulai tumbuh. Fakta ini menjadi bukti penting: bahwa pemuda Katolik turut memainkan peran besar dalam upaya menyatukan bangsa Indonesia di tengah penjajahan.

Kini, setelah 96 tahun berlalu, jejak sejarah itu masih bisa ditelusuri di Museum Katedral Jakarta. Tepat di halaman gereja megah itu, berdiri bangunan tua yang dulu menjadi saksi bisu lahirnya kesepakatan bersejarah yang menggugah semangat kebangsaan kita hingga hari ini.

Gedung KJB dan Jejak Para Imam

Gedung KJB berdiri berkat gagasan Romo Jan van Rijkervosel, seorang imam asal Belanda yang memiliki kepedulian besar terhadap rakyat pribumi. Gedung itu mulai digunakan sejak tahun 1918 dan menjadi wadah bagi kaum muda Katolik untuk berorganisasi, berdiskusi, dan menyalakan semangat kebangsaan.

Melalui Katholieke Sociale Bond (KSB) — induk organisasi KJB — para imam misionaris menunjukkan keberpihakan yang nyata terhadap perjuangan kaum muda Indonesia. KJB pun menjadi tempat bagi para pemuda Katolik untuk turut menyalakan bara perjuangan kemerdekaan.

Kongres Pemuda II dan Api Persatuan

Kongres Pemuda II merupakan kelanjutan dari Kongres Pemuda I tahun 1926. Menurut arsip koran Bataviaasch Nieuwsblad terbitan 29 Oktober 1928, pertemuan di Gedung KJB itu diwarnai pidato berapi-api dari Mohammad Yamin. Ia menekankan pentingnya persatuan bangsa yang didasari oleh sejarah, bahasa, hukum dan adat, pendidikan, serta kehendak untuk bersatu.

Sekitar 700 pemuda menghadiri kongres tersebut. Mereka datang dari berbagai penjuru Nusantara dan berbagai latar agama — dari Katolik, Protestan, Islam, hingga kepercayaan lokal. Di antara mereka hadir tokoh-tokoh muda seperti Agustine Magdalena Waworuntu dari kalangan Katolik; J. Leimena, R.C.L. Senduk, dan Arnold Mononutu dari kalangan Protestan; serta perwakilan organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Ambon, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Islamieten Bond, dan lain-lain.

Gagasan untuk menggunakan Gedung KJB sendiri berasal dari aktivis Jong Ambon, Johannes Leimena. Di masa itu, bicara soal kemerdekaan masih dianggap “barang terlarang”. Belum banyak gedung yang berani menampung kegiatan pemuda dalam jumlah besar — apalagi dengan semangat kebangsaan yang mulai menyala. KJB menjadi pilihan karena tidak hanya aman, tapi juga karena dukungannya terhadap cita-cita kemerdekaan.

Tiga Lokasi, Satu Sumpah

Kongres Pemuda II berlangsung di tiga tempat. Setelah rapat pembuka di Gedung KJB pada malam 27 Oktober, pertemuan keesokan harinya dilanjutkan di Oost-Java Bioscoop (kini kawasan Medan Merdeka Utara) dan berlanjut di Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya No. 106 — gedung yang kini dikenal sebagai Museum Sumpah Pemuda.

Di tempat terakhir inilah, Wage Rudolf Supratman memperkenalkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya, dengan gesekan biola Stradivarius yang menggetarkan hati. Dan di akhir kongres, lahirlah sebuah ikrar agung yang menegaskan tekad para pemuda: bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu — Indonesia.

Dari halaman Katedral Jakarta, dari gedung yang dibangun atas semangat kasih dan persaudaraan, lahir semangat persatuan yang mengikat seluruh anak bangsa. Sumpah Pemuda bukan sekadar sejarah — ia adalah nyala abadi yang terus menuntun langkah Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan sejati.

*Tulisan ini merupakan rangkaian kegiatan Merah Muda Fest 2025 untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda 2025 yang akan diselenggarakan Selasa 28 Oktober 2025 di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan Jakarta dan Sabtu 1 November 2025 di GOR Among Rogo Yogyakarta.

Quote