Sumedang, Gesuri.id - Di setiap pertemuannya dengan para ibu, Siti Atikoh Supriyanti, istri Calon Presiden Nomor urut 3 Ganjar Pranowo, selalu menebar senyum dan bersalaman. Terkesan tak pernah Atikoh tampak sedih, karena senyumnya selalu merekah dan dengan akrab bersalaman.
Senyum dan bersalaman menjadi kebiasaan Atikoh Ganjar selama seharian menjalani safari di Jawa Barat bagian barat. Berangkat dari Jakarta pada Senin (4/12) pagi, Pondok Pesantren Gelar Peuteuycondong, di Kec. Cibeber, Kabupaten Cianjur, jadi perhentian pertama. Lanjut ke pertemuan dengan perwakilan parpol pengusung di Cianjur.
Sehabis Cianjur, bergerak ke Bandung Barat, Atikoh bertemu ibu-ibu pelaku UMKM. Berikutnya adalah ke Sumedang untuk bersilaturahmi dengan para ibu majelis taklim dan Muslimat NU Sumedang.
Padatnya kegiatan dan arus lalu lintas yang tak melulu lancar membuat Atikoh serta rombongannya hampir selalu telat mendatangi acara pertemuan. Di Sumedang, Atikoh berkali-kali memohon maaf. Namun tetap saja senyumnya selalu mengembang dan tangannya tak henti menyalami hadirin yang ditemuinya.
Ratusan bahkan ribuan wajah dipandangnya dan dilempar senyuman. Begitupun ratusan dan bahkan ribuan tangan sudah disalaminya dalam seharian aktivitas di Safari hari pertama itu.
Kepada wartawan usai silaturahmi di Sumedang, selepas maghrib, Atikoh mengatakan kesabaran para ibu menunggu dirinya menunjukkan bagaimana tahan bantingnya perempuan.
“Senang sekali ya, langsung terharu, alhamdulillah dengan supportnya ibu-ibu. Terlihat sekali ketulusan mereka. Jadi saya minta maaf,” kata Atikoh.
Bertemu dengan para ibu dari majelis taklim, Atikoh mengatakan peran perempuan ini sangat luar biasa. Sebab para ibu ini adalah tumpuan mendidik karakter anak-anak muda Indonesia sedari kecil. Ada sebagian diantara para ibu itu yang juga yang mengajar para santri.
“Selama ini peran dari ulama pesantren itu sangat luar biasa, bagaimana bisa membarrier (membatasi) pengaruh-pengaruh negatif dari dunia luar termasuk juga sosial media,” kata Atikoh, lulusan UGM dan Master dari Universitas Tokyo, di Jepang itu.
Ia banyak tersenyum. Sesekali tertawa ketika bercerita soal bagaimana ia memang telat tiba karena kendala jarak serta kepadatan lalu lintas. Namun ia merasa bahwa pertemuan tersebut tetap harus dipenuhi senyum dan kebahagiaan.
“Iya memberikan kebahagiaan yang simple itu juga bagian dari untuk nostalgia, di memori juga disimpan ya. Kalau misalnya ketemu lagi ini, ‘Bu saya pernah sama ibu’. Jadi saling mengingatkan juga. Itu adalah bentuk silaturahmi untuk jangka panjang,” urai Atikoh.
Tak hanya di acara resmi. Di sela-sela istirahat makan, kebadiran Atikoh juga menarik perhatian warga sekitar, khususnya ibu-ibu atau anak gadis perempuan. Mereka berusaha menyalami Atikoh atau sekedar menyalaminya. Dan selalu, entah bagaimana, Atikoh selalu bisa membuat yang ditemuinya tertawa lepas.
Seorang ibu muda sambil menggendong anaknya, tampak tertawa dan bahagia usai bersalaman dan berbincang dengan Atikoh.
“Seneng banget. Saya senang bisa berfoto berdua,” ujar ibu muda itu sembari melepas kepergian bus yang membawa Atikoh dan rombongan.