Ikuti Kami

Tuti: Seluruh Elemen Dukung Kebaya Didaftarkan ke UNESCO

Mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda dunia ke UNESCO lewat mekanisme “single nomination”.

Tuti: Seluruh Elemen Dukung Kebaya Didaftarkan ke UNESCO
Ketua Yayasan Kebaya Warisan Indonesia (Kebaya Foundation) Tuti Nusandari Roosdiono.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Yayasan Kebaya Warisan Indonesia (Kebaya Foundation) Tuti Nusandari Roosdiono menyatakan semua elemen bangsa, terutama komunitas kebaya di Indonesia, telah bersatu padu, bergandeng tangan dan satu hati mendukung untuk mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda dunia ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) lewat mekanisme “single nomination”.

“Kita harus mempunyai optimisme bahwa Indonesia berhak dan layak mengajukan kebaya yang merupakan busana khas perempuan Indonesia dan warisan adiluhung leluhur kita ke UNESCO,” kata Tuti Nusandari Roosdiono yang juga anggota Komisi IX DPR RI di Jakarta, Kamis (1/12).

Menurut Tuti, pengajuan Kebaya sebagai warisan budaya tak benda dunia ke UNESCO secara “single nomination” juga telah mendapatkan dukungan penuh dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati Puspayoga, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dan Komisi X DPR RI serta berbagai komunitas pegiat budaya dan kebaya di Indonesia.

Baca: 4 Negara Daftar ke UNESCO Soal Kebaya, DPR Tegaskan Hal Ini

Untuk itu, Tuti berharap Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk lebih proaktif memfasilitasi proses pengajuan ini agar bisa dilakukan secara cepat.

Di pihak lain, Rabu (23/11/2022), Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei mendeklarasikan kebaya untuk diajukan kepada UNESCO. Keempat negara itu juga mengajak negara serumpun lainnya, termasuk Indonesia, agar bergabung dalam “multinational nominations” yang akan diajukan pada Maret 2023.

Namun Indonesia yang diwakili oleh komunitas budaya dan kebaya berniat mengajukan kebaya yang merupakan busana khas Indonesia itu melalui “single nomination”, mengingat budaya berbusana tradisi kebaya terdapat di hampir semua provinsi di Indonesia dan menjadi ciri khas identitas budaya perempuan Indonesia. “Boleh dikatakan ‘kelihatan sama tetapi berbeda’ dengan padu-padan wastra dari masing-masing daerahnya. Hanya perempuan Indonesialah yang berkebaya dengan memakai kain wastranya. Tidak demikian dengan ke-4 negara yang telah bergabung dalam ‘multinational nominastion’. Indonesia tidak sama dengan empat negara tersebut,” jelas Tuti.

“We are one of a kind. Tidak bisa disamakan ‘apple to apple’ dengan negara lain yang mempunyai kebaya yang dipadu-padan dengan Wastra Nusantara selain Indonesia,” tambahnya.

Menurut Tuti, syarat negara pihak konvensi boleh mengajukan nominasi adalah ketika unsur budaya yang hendak dinominasikan terdapat di teritorial negara yang bersangkutan. “Tentunya busana kebaya sudah berada di seluruh Indonesia sejak ratusan tahun lalu, jadi tidak ada istilah bahwa kita tidak bisa mengajukan busana kebaya walaupun mereka sudah mengajukan,” tukas wanita anggun yang masih tampak awet muda ini.

Tuti pun optimistis pengajuan kebaya melalui mekanisme “single nomination” oleh Indonesia dapat diterima dan diakui oleh UNESCO walaupun mekanisme “single nominations’, diajukan setiap dua tahun sekali. “Diharapkan Pemerintah RI memberikan prioritas untuk busana kebaya Indonesia agar dapat diajukan pada bulan Maret 2024, mengingat busana kebaya dapat menjadi identitas dan pemersatu perempuan Indonesia,” jelas politikus PDI Perjuangan itu.

“Kita harus punya kepercayaan diri untuk berdiri sendiri dan mempunyai identitas sendiri, khususnya karena kita mempunyai kekayaan ragam kebaya, dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas hingga ke Pulau Rote. Apalagi beberapa kepala daerah di Indonesia telah siap mendukung penuh untuk proses pengajuan/pencatatan kebaya khas dari daerah masing-masing sebagai warisan budaya tak benda nasional (WBTB)” tegas Tuti.

Baca: Puti Minta Kader PDI Perjuangan Turut Populerkan Kebaya

Busana Nasional dan Hari Kebaya Nasional

Untuk memperkuat proses pendaftaran kebaya ke UNESCO, Tuti mengusulkan dan mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera menetapkan kebaya sebagai Busana Nasional, dan juga menetapkan Hari Kebaya Nasional.

Menurut Tuti, Indonesia adalah negeri yang sangat kaya-raya akan budaya dan memiliki keunikan tersendiri, negara yang sarat dengan filosofi dan nilai adiluhung. “Kebaya adalah salah satu ciri khas kebanggaan busana perempuan Indonesia yang sudah digunakan sejak abad ke-15, yang merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang yang sangat anggun dan membanggakan. Kebaya adalah busana yang selalu dipadu-padan secara harmoni dengan berbagai jenis kain ‘Wastra Nusantara’, antara lain kain batik, kain tenun, kain songket, kain ikat, kain lurik, kain jumputan, dan lain-lain,” terangnya.

"Tidak ada negara lain yang mempunyai kebaya yang dipadu-padan dengan Wastra Nusantara selain Indonesia,” tambahnya.

Kebaya Indonesia, lanjut Tuti, adalah kebaya yang dikenakan seluruh perempuan Indonesia dari 38 provinsi di Indonesia. Ada Kebaya Panjang, Kebaya Pendek, Kebaya Kurung, Kebaya Kutubaru, Kebaya Kartini, Kebaya Bodo, Kebaya Bali, Kebaya NTT, Kebaya Ambon, Kebaya Manado, Kebaya Labu, Kebaya Rancang, dan lain-lain.

“Jadi semua itu harus kita jadikan modal utama agar kita optimistis mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda dunia ke UNESCO secara ‘single nomination’,” tandas Tuti

Quote