Ikuti Kami

Dari Trisakti Hingga Kampanye Damai

Kampanye damai membawa citra pesta demokrasi indah bagi Bangsa dan Negara Indonesia di mata dunia.

Dari Trisakti Hingga Kampanye Damai
Kampanye damai kedua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 di Monas, Jakarta, Minggu (23/9). (Foto: gesuri.id/Elva Nurrul Prastiwi)

Tahun 1963, Bung Karno melahirkan pidatonya yang berjudul TRISAKTI. Isinya ada tiga yaitu: 1. Berdaulat secara politik, 2. Mandiri secara ekonomi, dan 3. Berkepribadian secara sosial-budaya. 

Dalam konteks kekinian, Pidato Trisakti Bung Karno itu harus menjadi pegangan hidup bahkan pedoman hidup yang harus dilestarikan dan ditumbuhkembangkan oleh generasi muda atau yang disebut milenial di tengah gempuran globliasai dan digitalisasi yang tak dapat dinafikan. 

Baca: Kampanye Damai, Jokowi-Ma'ruf Kenakan Pakaian Adat

Tak hanya itu bahkan harus diwariskan kepada keturunan generasi milenial atau anak-cucu generasi mileniel berikutnya. 

Jika seluruh insani hingga anak cucu negara ini melupakan kebudayaan bangsanya sendiri maka itu sejatinya telah melupakan jati dirinya. Kebudayaan bangsa sesungguhnya adalah jati diri bangsa yang harus selalu dibanggakan dan dilestarikan oleh setiap jiwa yang hidup di Bumi Pertiwi ini. 

PDI Perjuangan sebagai salah satu partai politik terbesar di Negeri ini telah memegang teguh prinsip tersebut. Tak hanya itu PDI Perjuangan bahkan telah membuktikannya, dimana kaum milenial sangat berharga dan kelak sebagai generasi masa depan Bangsa tidak akan pernah melupakan jati diri bangsanya. 

Pada Kamis (20/9), PDI Perjuangan merilis atribut partai bagi kaum milenial. Sebuah terobosan baru dalam politik, dimana hal itu membuktikan keseriusan PDI Perjuangan dalam memerhatikan kebutuhan, selera, dan gaya hidup para generasi milenial yang adalah penerus generasi bangsa Indonesia.

Baca: Iis Sugianto: Atribut Milenial Pemikat Hati Generasi Bangsa

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan peluncuran atribut milenial sebagai bentuk kesiapan memasuki tahap kampanye dan terobosan di dalam melakukan kreativitas politik. Politik dengan fun, kegembiraan politik namun kental dengan tradisi kebudayaan. "Maka PDI Perjuangan meluncurkan tagline Partai dan atribut Partai yang ditujukan untuk kaum muda, kaum milenial," ungkap Hasto, di Jakarta, Kamis (20/9).

Politikus kelahiran Yogyakarta itu pun menuturkan, desain atribut partai yang akan diluncurkan sangat menyentuh alam rasa kaum milenial dan dikerjakan dengan mengedepankan kreativitas.

Dalam acara yang bertajuk "Atribusi Partai Galang Pemilih Muda Masa Depan Indonesia" itu, yang diselenggarakan DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (20/9), Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri juga berpesan kepada generasi milenial Indonesia untuk tidak melupakan jati diri bangsa.  

Perempuan yang akrab dipanggil 'Bu Mega' itu melihat karakter millenial yang khas tersebut karena semakin terbuka dengan dunia luar, khususnya mereka yang mencari ilmu dan hidup langsung di luar negeri. Interaksi dengan budaya dan pengetahuan baru membuat watak generasi millenial selalu ingin maju.

"Ada satu hal yang tak boleh dilupakan adalah jati diri kita. Jangan rendah diri menjadi orang Indonesia," pesannya.

Calon Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Iis Sugianto kepada Gesuri mengatakan kaum millenial agar tidak terlalu terbawa pusaran angin tren-tren kekinian itu. Ia mengimbau agar anak-anak millenial tidak melupakan kebudayaan bangsa sendiri, karena Iis melanjutkan, budaya adalah seperti akar dari jati diri seseorang. 

"Jangan melupakan budaya kebanggaan kita, karena kebudayaan adalah kekayaan dan jati diri kita. Jadi kalau kita melupakan itu kita seperti kita melupakan jati diri kita. Semoga kaum muda mau melestarikan budaya kita, dibuat kekinian pun tidak masalah," ujarnya yang mewakili dapil DKI 3.

Di sisi lain, generasi-generasi yang lebih tua dari anak-anak millenial tidak boleh terlalu memaksakan kebudayaan dalam cara yang kaku. Hal itu akan membuat generasi millenial semakin enggan mengenal budaya sendiri.

"Kalau kita mau mengembangkan budaya kita, misalnya kesenian wayang, kita sebaiknya kita melonggarkan sedikit pakemnya. Sebab kalau kita tidak ikuti alur pikiran mereka, mereka akan menilai itu kuno. Kita ikutin saja maunya mereka bagaimana, mau dibuat kekinian, dengan lagu-lagu modern, atau bajunya dimodifikasi, asal tetap ada unsur tradisinya, kita harus mau menyesuaikan. Saya lihat PDI Perjuangan juga begitu, millenial tapi sambil tetap menjaga tradisi," ungkap Iis.

Kampanye Damai

Kembali kepada Trisakti yang ke-3 yaitu kemandirian sosial-budaya, Bung Karno menekankan pentingnya agar bangsa ini tidak terombang-ambing oleh semua hal yang berbau asing. Indonesia punya kekayaan sosial dan budaya yang luar biasa kaya dan beragam, dan ini harus kita kembangkan dalam rangka mewujudkan kepribadian bangsa. Kita harus menjadi bangsa besar dan kuat, dengan terus mengembangkan kekayaan sosial-budaya yang kita miliki.

Baca: TKN Jokowi-Ma'ruf Amin Bertekad Ciptakan Kampanye Damai

Pengejawantahan pidato Sukarno itu salah satunya yang dapat kita lihat dari deklarasi kampanye damai yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu (23/9), mengawali masa kampanye 23 September 2018 - 13 April 2019 bagi calon Anggota DPR, DPD dan DPRD, serta dua pasangan calon presiden dan wakil presiden. 

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar kampanye damai untuk kedua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang di Monas, Jakarta, Minggu (23/9).

Dimana pada acara tersebut KPU mewajibkan seluruh peserta menggunakan pakaian adat yang tentunya mencerminkan kekayaan sosial dan budaya Bangsa ini yang sungguh luar biasa kaya dan beragamnya. 

Tercatat ada lebih dari 1.340 suku bangsa di Negara ini dengan 34 pakaian adat yang sangat beragam pula. Namun semua itu tetap satu jua.

Berdasarkan pantauan Gesuri, Minggu pagi, pasangan capres-cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dimana Jokowi nampak menggunakan pakaian adat Bali sedangkan Ma'ruf Amin menggenakan setelan jas berwarna abu-abu dan celana bahan berwarna senada dengan dihiasi lilitan kain sarung.

Sedangkan pasangan nomor 02 Prabowo Subianto-Sanidaga Salahuddin Uno mengenakan pakaian adat Jawa dan betawi. 

Tak hanya kedua pasangan capres-cawapres saja yang mengenakan pakaian adat. Para Ketua Umum dan Sekjen partai-partai politik pengusung pun mengenakan beragam pakaian adat.

Seperti Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang menggenakan pakaian adat Bali berwarna merah, Sekjen Nadem Johnny G. Plate menggenakan pakaian adat Manggarai NTT, Ketum dan Sekjen PPP Asrul Sani dan Romahurmuziy kompak menggenakan Kostum Arjuna.

Jangan Hanya Seremonial

Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan capres-cawapres Joko Widodo dan Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto berharap kampanye damai yang dideklarasikan jangan hanya seremonial belaka. 

Kampanye damai yang diselenggarakan KPU ini diharapkan benar-benar dilaksanakan secara damai oleh seluruh partai politik dan kedua kubu pasangan capres-cawapres. 

"Kampanye damai bukan hanya menandatangani pakta integritas dan bergandengan tangan saja, tapi komitmen dan sikap nyata dari seluruh tim kampanye untuk meningkatkan peradaban demokrasi di Indonesia," ujar Hasto, Sabtu (22/9).

Baca: Karnaval Kampanye Damai, Jokowi-Ma'ruf Dielu-Elukan Warga

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan itu juga menekankan seluruh partai politik pengusung dan pendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf telah berkomitmen untuk tidak melakukan kampanye negatif seperti menyebarkan informasi hoaks dan melakukan ujaran kebencian. 

Hasto juga berharap, KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara pemilu, dapat menjadi wasit yang fair dan transparan agar pesta demokrasi 2019 ini dapat berjalan dengan demokratis.

Sikap positif tentunya diperlukan agar Indonesia mendapatkan pemimpin yang jujur dalam memimpin bangsanya. Namun di atas semua itu, kampanye damai inipun tentunya akan membawa citra Bangsa dan Negara Indonesia di mata dunia, yaitu sebagai bangsa yang sesungguhnya dan mungkin satu-satunya di muka bumi ini yang benar-benar melaksanakan pesta demokrasi yang indah.

Quote