Ikuti Kami

Jaga Nyala Pancasila Dari Gempuran Digital

Oleh: Musisi dan Anggota DPR RI dari fraksi PDI Perjuangan Once Mekel. 

Jaga Nyala Pancasila Dari Gempuran Digital
Musisi dan Anggota DPR RI dari fraksi PDI Perjuangan Once Mekel. 

Jakarta, Gesuri.id - Halo, sobat. Indonesia adalah bangsa besar dengan kekayaan budaya, etnis, agama, dan bahasa yang luar biasa. Dalam segala keberagaman tersebut, kita tetap mampu bersatu dalam semangat kebangsaan yang kokoh, berkat sebuah fondasi ideologis yang tidak tergantikan yakni Pancasila. 

Ideologi bangsa ini bukan sekadar warisan sejarah, melainkan jantung dari keberlangsungan hidup berbangsa kita hari ini, dan esok.

Sebagai musisi yang juga anggota DPR dan MPR, saya melihat Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika adalah penyangga utama kehidupan berbangsa. Semuanya itu tidak hanya perlu dipahami secara intelektual, tapi juga wajib dihayati secara emosional dan moral, terutama oleh para generasi muda.

Saya juga menegaskan, bahwa bangsa ini memiliki konsep bernegara yang sangat maju. Kita punya pedoman yang terang benderang dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, dan itu terletak pada nilai-nilai luhur Pancasila.

Baca: Ganjar Pranowo Ajak Kepala Daerah Praktek Pancasila

Saya bangga menjadi bagian dari bangsa yang mampu menjadikan ideologi sebagai alat pemersatu, bukan alat pemecah-belah. Namun, kita juga tidak bisa menutup mata terhadap realitas hari ini: arus media sosial yang deras, serta kemunduran pendidikan moral dan karakter, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.

Belakangan ini, banyak pelajar dan tokoh masyarakat mengungkapkan kegelisahan mereka. Apa yang kurang dari pendidikan kita? Mengapa Pendidikan Moral Pancasila (PMP) tidak lagi membumi?

Bagaimana empat konsensus kebangsaan tadi bisa benar-benar terasa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di daerah?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut saya pandang bukan sebagai keluhan, melainkan sebagai tanda bahwa masyarakat masih peduli. Ini menjadi alarm bagi kita semua, khususnya bagi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk mengambil langkah lebih strategis dan adaptif.

Hadir sebagai bagian dari Pemerintah, saya berharap BPIP tidak hanya menjadi simbol atau institusi formal, tapi benar-benar hadir di ruang-ruang keseharian anak muda. 

Kurikulum yang membumi, konten digital yang relevan, pendekatan berbasis komunitas, serta kerja sama lintas sektor, perlu ditingkatkan agar nilai-nilai Pancasila tidak hanya diajarkan, tapi dihidupkan.

Sebagai seorang seniman sekaligus legislator, saya percaya bahwa nilai-nilai Pancasila bisa dikomunikasikan melalui seni, musik, dan budaya populer. 

Baca: Ganjar Tegaskan Negara Tak Boleh Kalah

Kita harus menjembatani kesenjangan antara dunia digital dan nilai kebangsaan, agar anak-anak kita tidak kehilangan akar sambil meraih masa depan.

Saya sendiri semakin menyadari kebesaran NKRI ketika mengunjungi ke pelosok negeri. Setiap jengkal tanah Indonesia, menyimpan kearifan lokal dan semangat gotong royong yang selaras dengan Pancasila. 

Namun, tantangan semakin kompleks. Globalisasi, ketimpangan sosial, hingga polarisasi politik bisa menjadi ancaman jika ideologi tidak kita jaga dengan kesadaran dan aksi nyata.

Empat Konsensus Kebangsaan bukanlah agenda seremonial. Ia adalah gerakan keberlanjutan yang harus melibatkan seluruh elemen bangsa seperti pendidik, orang tua, seniman, pelajar, pemerintah daerah, dan tentu saja negara melalui lembaga seperti BPIP.

Mari kita jadikan Pancasila bukan hanya identitas di atas kertas, tapi kekuatan hidup yang terus menyala di tengah masyarakat. Indonesia membutuhkan generasi muda yang bukan hanya cerdas secara akademik, tapi juga kuat secara karakter dan jiwa nasionalismenya. Mari bersama kita jaga nyala Pancasila, agar bangsa ini tetap berdiri kokoh di tengah guncangan zaman.

Quote