Ikuti Kami

Pers Dalam Pusaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

Oleh: E. Y. Wenny Astuti Achwan, Caleg PDI Perjuangan DPR RI, Dapil NTB 2.

Pers Dalam Pusaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
E. Y. Wenny Astuti Achwan, Caleg PDI Perjuangan DPR RI, Dapil NTB 2 saat menghadiri Peluncuran Buku "The Brave Lady", baru-baru ini. (Foto. Dok. Pribadi)

Pers adalah badan yang membuat penerbitan media massa secara berkala. Secara etimologis, kata "Pers" (Belanda), atau "Press" (Inggris), atau "Presse" (Perancis), berasal dari bahasa Latin, "Perssare" dari kata "Premere", yang berarti “Tekan” atau “Cetak”, definisi terminologisnya adalah “media massa cetak” atau “media cetak”. (Wikipedia).

Jelasnya, pers adalah bagian komunikasi antar manusia yang merupakan sarana untuk memperluas dan memperjauh jangkauan proses penyampaian pesan antar manusia. (Gamle & Gamle).

Sistem media massa di berbagai belahan dunia menjalankan pedoman (yang diuraikan dengan gemilang oleh Fred Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Schramm) sesuai Teori Utama Pers yang disebut Four Theory of the Press (1956). Keempat Teori Pers tersebut adalah Teori Otoriter (Authoritarian), Teori Media Soviet/ Teori Media Komunis (Soviet Media/ Communist Media), Teori Libertarian (Libertarian), dan Teori Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility).

Menunjuk nama masing-masing keempat teori tersebut maka pemahaman kita tidak jauh dari penggambaran struktur politik dan sosial negara dan masyarakat di mana pers tersebut berada. Struktur yang dimaksud mencerminkan ideologi dasar pemerintah dan masyarakatnya.

Kita mengetahui bahwa masyarakat telah berubah, pandangan dunia juga berubah. Cara warga masyarakat menyebarkan informasi telah berubah dalam 50 tahun terakhir. Saat ini kita memiliki begitu banyak platform media baru yang sangat beragam. Banyak outlet media yang bukan sekedar sebagai saluran komunikasi antar manusia maupun mencerminkan struktur politik, tetapi sudah merambah ke ranah ekonomi dalam ujud berbisnis. 

Teknologi media massa telah berubah, sedang berubah, dan akan terus mengubah cara warga masyarakat dunia berinteraksi dan bertatap-muka (face to face). Definisi pers dan keempat teorinya telah mengalami transformasi di era digital ini. 

Ruang Tanpa Batas dan Pergeseran Kepercayaan

Restrukturisasi ekonomi dan sosial masyarakat didasari gagasan bahwa transformasi tersebut didorong oleh perkembangan revolusioner dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). 
Melalui kapasitas potensial TIK yang melampaui pembatas waktu, ruang organisasi dan teknik modernis, TIK memfasilitasi munculnya bentuk-bentuk baru interaksi manusia dalam apa yang kemudian dikenal sebagai ruang maya (cyberspace).  

Ruang maya adalah domain publik yang dihasilkan komputer yang tidak memiliki batas wilayah atau atribut fisik dan saat ini sedang digunakan. Manifestasinya yang paling kuat adalah matriks telekomunikasi elektronik dan jaringan komputer, yang disebut internet. 

Masyarakat terus-menerus berinteraksi dan oleh karenanya saling mempengaruhi dan mengubah. Marshall McLuhan menggambarkan masyarakat sebagai anggota satu Desa Global (Global Village), tempat media elektronik membawa setiap orang berhubungan dengan semua orang di mana saja secara instan.

Di dunia maya, komunikasi, interaksi ekonomi dan koordinasi berbeda dibandingkan dengan tatap muka. Secara tradisi kepercayaan yang mengarah ke atas menuju para pemimpin, akademisi dan regulator, bergeser ke samping menjadi antar individu, teman, relasi sejawat dan orang asing. Kepercayaan tidak sirna tetapi bergeser. Pergeseran ini menciptakan ribuan ruang untuk menampung percakapan dan pertukaran antar pribadi maupun kelompok yang jauh lebih praktis dan nyaman. 

Melalui media interaksi jaringan ini masyarakat membentuk ribuan kelompok untuk membahas berbagai topik, bermain game, saling menghibur, bahkan mengerjakan berbagai proyek kolektif.

Dalam ruang hampa, orang menjadi rentan terhadap teori konspirasi maupun suara yang berbeda. Paparan secara "offline" maupun "online" semakin gegap-gempita. Ruang tanpa sekat ini sudah terpolusi habis karena penetrasi internet. Upaya kontinyu saling menyajikan serbaneka berita, fakta dan opini yang sering diikuti dengan uraian analisis yang relatif. Relativitas ini berkaitan erat dengan jenis otoritas (si pemasok-pengunggah-pembuat) dan argumen analisisnya.

Manajemen dan Budaya Informasi
 
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)  telah mengubah wajah pengelolaan informasi. TIK memungkinkan berbagai peristiwa dikomunikasikan ke seluruh penjuru dalam hitungan menit bahkan detik. 

Sebagian besar organisasi percaya bahwa manajemen informasi yang efektif dapat dicapai melalui penyebaran teknologi informasi. Dalam mencapai praktek manajemen informasi yang baik, karyawan organisasi apapun perlu memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana mereka harus mengelola dan menggunakan informasi yang mereka buat secara efektif. 

Ini adalah bagian dari manajemen informasi yang merupakan "masalah orang" dan karenanya budaya informasi merupakan norma, sikap, dan nilai yang dimiliki karyawan terhadap penciptaan, penangkapan, pengelolaan, dan penggunaan serta penggunaan kembali informasi. 

Kurangnya budaya informasi yang positif membuat sulit bagi pemangku kepentingan untuk mengelola dan memanfaatkan informasi semaksimal mungkin. Sebab ada korelasi antara budaya informasi positif dan kesuksesan bisnis. Orang-orang yang membuat dan menggunakan informasi harus ditempatkan di pusat solusi manajemen informasi.

Hal ini yang perlu mendapatkan perhatian dalam memperingati Hari Pers Nasional 2019 yang mengambil tema “Pers Menguatkan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Digital.” 

Pers dituntut untuk menawarkan agenda bagaimana ilmu informasi dan komunitas komputasi yang berpusat pada manusia dapat mengkonseptualisasi jejak digital. Nilai sosial dan budaya jejak yang secara kolektif dihasilkan dan dibagikan kepada orang-orang dari waktu ke waktu, dapat menguatkan sekaligus meningkatkan pelaku "Ekonomi Kerakyatan"

Upaya manipulasi internet di seputar penyebaran ujaran kebencian dan ketidakpercayaan saat ini, tidak bisa tidak, mau tidak mau, merupakan tantangan dalam mengelola dan membentuk budaya informasi.

Ada baiknya kita mengingat perkataan Tim Berners-Lee, sang penemu www (World Wide Web): "Humanity connected by technology on the web is functioning in a dystopian way. We have online abuse, prejudice, bias, polarisation, fake news, there are lots of ways in which it is broken."

SELAMAT HARI PERS NASIONAL
9 FEBRUARI 2019

Quote