Ikuti Kami

Pidato Bung Karno Pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Presiden Soekarno (Bung Karno) pernah menyampaikan pidato tentang Maulid Nabi yang isinya bikin hati bergetar.

Pidato Bung Karno Pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Ilustrasi. Pidato Bung Karno Kala Memperingati Maulid Nabi Muhammad. (grafikanews)

Jakarta, Gesuri.id - Pada 12 Rabiul Awal, seluruh umat Islam memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut dengan Maulid Nabi. Bagi umat Islam, peringatan Maulid Nabi bertujuan untuk mengenang perjuangan Rasulullah SAW dalam membawa ajaran Tuhan semesta alam, Allah SWT. Untuk tahun 2021, Maulid Nabi bertepatan pada tanggal 19 Oktober yang merupakan hari Selasa.

Baca: Megawati Harap Polisi Tangguh dan Dicintai Rakyat

Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim, Maulid Nabi sudah sejak dulu diperingati. Bahkan, Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno (Bung Karno) pernah menyampaikan pidato tentang Maulid Nabi yang isinya bikin hati bergetar.

Dalam pidatonya, Bung Karno mengingatkan, bahwa di setiap masa pasti ada pemimpin besarnya masing-masing. “Tadi tidak ada satu bangsa yang besar, yang tidak mempunyai orang besar. Seluruh sejarah manusia. Coba saudara, petani, sejarah manusia itu. Kurun ribuan tahun sebelum kita, sampai sekarang. Di perjalanan umat sejarah manusia, kita menjumpai orang-orang besar,” kata Bung Karno.

Bung Karno menyatakan, bahwa ajaran Islam sangat mudah dan masuk akal untuk diterima oleh manusia. “Islam adalah agama yang menuju kepada otak. Islam adalah agama yang menuju hati dari otak. Segala ajaran Islam bisa diterima oleh hati kita dan bisa diterima oleh otak,” ucap Bung Karno dengan pekikan semangat.

Di dalam sejarah umat manusia, selalu. Saudara-saudara manusia itu ada yang mimpin, rasul-rasul. Pasti selalu ada perantara antara ajaran. Masuk akal bila kita percaya ada rasul-rasul. Padahal kita tidak pernah melihat Muhammad. Enggak pernah kita melihat Musa. Enggak pernah kita melihat Sulaiman. Enggak pernah melihat Isa.

Bagi Bung Karno memperingati Maulid Nabi bukan hanya merayakan hari lahir Rasullah SAW semata. Melainkan ajaran yang dibawanya, perjuangan yang dilaluinya di masa lalu. 

Kita sekarang ini merayakan Maulud, Maulud Nabi. Apa sebenarnya yang kita rayakan? Bukan sekadar Muhammad-nya. Bukan sekadar dia itu dulu Nabi, tidak. Yang kita rayakan sebenarnya ialah ajaran, konsepsi, agama yang ia berikan kepada umat. 

Oleh karena itu kita berkata, jikalau benar-benar engkau cinta Muhammad. Jikalau engkau benar-benar merayakan Maulud Muhammad bin Abdullah, jikalau engkau benar-benar merayakan. Kerjakanlah apa yang ia perintahkan, kerjakanlah apa yang agama ia bawa.

Dengan suara lantang, Bung Karno membangkitkan semangat rakyat dan tamu yang hadir kala itu. Suaranya menggelora, mengajak menyelaraskan antara ajaran Islam dengan dasar kenegaraan. Hal ini demi mencapai kemenangan bersama.

Saudara-saudara, mari berjalan terus. Berjalan terus di atas dasar-dasar kenegaraan kita. Berjalan terus sebagai umat Islam, di atas dasar-dasar ajaran agama Islam. Berjalan terus dan memang telah dijanjikan oleh Tuhan, janji lho, janji, janji oleh Tuhan pada kita. 

Jikalau kita berjuang benar-benar di atas dasar agama, kita akan menang.

Setiap manusia harus siap dihantam dengan getirnya kehidupan, bila ingin sukses. 

Baca: Hasto: Perkuat Demokrasi Pancasila Lahirkan Pemimpin Bangsa

Kita ingin menjadi satu bangsa yang seperti tiap hari digembleng oleh keadaan. Digembleng hampir hancur lebur, bangun kembali. Hanya dengan jalan demikianlah kita bisa menjadi satu bangsa yang benar-benar bangsa otot kawat balung wesi. Ora tedas tapak paluning pandhe (kebal senjata tajam).

Serta menghargai dan mensyukuri segala cobaan hidup. Supaya menjadi pribadi Islam yang kuat. 

Apalagi? Ora tedas sisaning gurindo (tidak takut ancaman). Hanya jikalau kita mengerti dialektik daripada perjuangan. Jikalau engkau umat Islam yang sejati, engkau harus senang, senang, senang selalu digembleng. Senang karena selalu up and down. Dilansir dari derapjuang.

Quote