Ikuti Kami

Pimpin DPR, Puan Penuhi Janji Utamakan Gotong Royong

Di bawah komando salah satu kader terbaik PDI Perjuangan Puan Maharani, DPR berupaya menjalankan praktek Demokrasi Pancasila secara utuh

Pimpin DPR, Puan Penuhi Janji Utamakan Gotong Royong
Ketua DPR RI Puan Maharani saat memimpin Rapat penentuan formasi Alat Kelengkapan Dewan DPR RI - Foto: Elva Nurrul Prastiwi

RAPAT Konsultasi Pimpinan pengganti Rapat Badan Musyawarah menentukan komposisi Alat Kelengkapan Dewan (AKD) berlangsung penuh hikmat kebijaksanaan dengan semangat gotong royong.

Sore itu, Jumat (18/10), usai dari Istana Negara untuk menghadiri undangan perpisahan Kabinet Indonesia Kerja Jilid I, Ketua DPR RI Puan Maharani bergegas ke Gedung DPR, Senayan, Jakarta. Ia langsung memimpin Rapat Konsultasi Pimpinan DPR. 

Seperti sudah mengetahui hasilnya, raut wajah setiap Pimpinan Fraksi dan Pimpinan DPR yang memasuki ruang rapat tampak ceria. Tak ada beban.

Meskipun Rapat Pimpinan di awal masa jabatan DPR periode 2019-2024 ini begitu strategis, karena dengan mengisi pos-pos strategis, peran setiap Fraksi akan tergantung dari komposisi pimpinan di setiap AKD.

Usut punya usut, wajah ceria yang ditunjukkan hampir seluruh Pimpinan Fraksi baik partai pendukung pemerintah maupun partai oposisi tulen seperti PKS, PAN atau Demokrat yang selalu di tengah, karena seluruh fraksi mendapatkan jatah pimpinan di AKD.

Ya, tak ada yang ditinggal. Tak ada fragmentasi terbelah yang tebal. Suasana kebatinan kubu-kubuan Pilpres disingkirkan. Berubah menjadi semangat persahabatan antar Fraksi yang ingin membangun bangsa dan negara ke depan dengan kolektif kolegial.

Tak ada lagi pemandangan DPR 5 tahun lalu yang penuh friksi, intrik, debat kusir apalagi sampai deadlock berbulan-bulan. Saat itu, konfigurasi politik Pilpres berdampak dengan peta politik di Parlemen.

Pimpinan DPR yang seharusnya proporsional menjadi porsi dari partai pemenang pemilu dibajak oleh Koalisi Merah Putih yang memang dominan di Parlemen namun kalah Pilpres.

Sakit hati karena koalisi pendukung Prabowo kalah Pilpres 2014 membuat mereka melampiaskan dendam tersebut dengan bersepakat melanjutkan koalisi di DPR. Alhasil, selain merebut jatah Ketua DPR yang seharusnya hak PDI Perjuangan, KMP saat itu menyapu bersih pos Ketua di seluruh AKD. 

Porsi koalisi partai pendukung pemerintah awalnya hanya diberi 5 kursi Wakil Ketua AKD. Baru setelah perundingan di pertengahan November 2014, KIH mendapatkan 16 kursi Wakil Ketua Komisi dan Badan-Badan di DPR.

Konstelasi politik hari ini tentu lebih adem. Di bawah komando salah satu kader terbaik PDI Perjuangan Puan Maharani, DPR berupaya menjalankan praktek Demokrasi Pancasila secara utuh. Bukan demokrasi liberal yang menghalalkan segala cara dan hanya menuruti nafsu berkuasa.

Seperti yang diungkap Ketua DPR Puan Maharani dalam pidato pertamanya usai dilantik, Kepemimpinan DPR yang bersifat kolektif kolegial harus diwujudkan dengan membangun semangat kebersamaan, semangat kerja bersama, jiwa bergotong-royong.

Jumat sore kemarin Puan memenuhi janjinya untuk menjalankan kepemimpinan DPR dengan semangat gotong royong.

Penentuan komposisi alat kelengkapan dewan yang berlangsung dengan hikmat kebijaksanaan sehingga diputuskan secara musyawarah mufakat tentu ke depan, DPR dapat mengoptimalkan tugas dan fungsinya sebagai wakil rakyat, dengan mengkomunikasikan berbagai masukan, saran,dan dukungan dari segenap Anggota Dewan yang berhimpun dalam fraksi-fraksi, Komisi-komisi, serta berbagai alat kelengkapan DPR lainnya.

Cermin kepemimpinan Puan yang mengutamakan kebersamaan itulah yang telah menggoreskan tinta sejarah baru bagi watak kepemimpinan di DPR yang tidak terlalu terfragmentasi dalam kubangan pragmatisme politik sesaat.

Mengutip ucapan Puan, "Hanya dengan semangat gotong royong dan niat pengabdian yang tulus dari semua Anggota DPR maka kita akan dapat menjalankan amanah sebagai wakil rakyat."

Jika dari awal saja Puan sudah membawa angin segar perubahan dalam proses demokrasi di DPR, ke depan sudah terbayang wajah Parlemen di bawah kepemimpinan Puan akan lebih soft jika kebersamaan ini tetap terjaga.

Puan menyadari, walaupun dalam prakteknya fungsi-Fungsi di DPR akan berjalan secara dinamis, namun hal itu tidak boleh membuat seluruh kekuatan politik di DPR menjadi terpecah belah dan kontraproduktif.

Seperti yang ditegaskan Puan: Dinamika dalam menjalankan fungsi-fungsi DPR tetap berjalan pada landasan utamanya yaitu Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, sehingga Kepentingan Nasional, Bangsa dan Negara yang diutamakan.

"Kekritisan kita, khususnya dalam mengimplementasikan prinsip demokrasi dan menjalankan mekanisme checks and balances haruslah selalu konstruktif, dan membangun peradaban demokrasi di Indonesia," ungkap Puan dalam pidato pertamanya usai dilantik menjadi Ketua DPR.

Puan meyakini, ia bersama segenap pimpinan DPR Periode 2019-2024 memiliki komitmen bersama agar pada masa kepemimpinan kali ini akan selalu gelorakan semangat gotong royong mewujudkan DPR sebagai parlemen yang modern, terbuka, dan aspiratif serta berupaya menjadikan DPR sebagai rumah rakyat yang sesungguhnya.

"Gunakanlah kesempatan sejarah ini, dalam bergotong royong memajukan bangsa dan negara," demikian Puan kembali mengajak kepada seluruh Anggota DPR tentang pentingnya menjalankan tugas kedewanan dengan jati diri bangsa ini: gotong royong.

Akhirnya, cara Puan memimpin DPR menentukan formasi AKD dengan semangat gotong royong, menunjukkan bagaimana PDI Perjuangan menjalankan kekuasaan yang bermartabat. Satu tarikan nafas perjuangan dengan kader terbaik PDI Perjuangan lainnya di Eksekutif:  Presiden Jokowi yang merangkul kubu oposisi dengan mengakomodir di Kabinet Indonesia Kerja Jilid II.

Ya, kabarnya Gerindra dan partai oposisi lainnya akan diajak masuk mengisi kursi kabinet. Karena sejatinya dalam Demokrasi Pancasila tak mengenal oposisi atau koalisi. Yang ada hanya gotong royong dan musyawarah mufakat.

Dan Puan telah berhasil mencairkan suasana ketegangan politik dengan awal yang baik: tak ada dendam seperti yang dilakukan KMP di awal periode DPR 2014-2019. Meskipun sebenarnya PDI Perjuangan juga bisa memberlakukan cara "the winner takes all"/ Pemenang mengambil semuanya karena pemilik suara mayoritas akan memegang kendali.

Quote