Ikuti Kami

Selamat Datang Vaksin Covid-19

Oleh: Dr. Harris Turino, Politisi PDI Perjuangan dan Doctor in Stratejik Manajemen.

Selamat Datang Vaksin Covid-19
Dr. Harris Turino, Politisi PDI Perjuangan dan Doctor in Stratejik Manajemen (kiri) bersama Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

Jakarta, Gesuri.id - Program vaksinasi masal telah dimulai. Untuk tahap pertama yang sudah divaksin adalah para tenaga kesehatan yang memang berjibaku menangani pasien yang terpapar covid-19. Menurut Menteri Kesehatan, program vaksinasi bagi masyarakat awam baru akan dimulai bulan depan dan diperkirakan 70% dari penduduk Indonesia akan selesai di vaksin pada pertengahan tahun 2022.

Data The Covid Resilience Ranking yang dikeluarkan oleh Bloomberg menarik untuk dicermati. Ternyata 3 dari 4 negara yang dinyatakan paling aman (nilai Resilience Score tertinggi), yaitu New Zealand, Australia and Taiwan sama sekali belum menjalankan program vaksinasi masal. Hanya Singapura yang sudah mulai, walaupun ternyata jumlah penduduk Singapura yang sudah divaksin baru 1.05%.

Sementara negara dengan tingkat vaksinasi masal tertinggi, yaitu Israel 38,5% menduduki peringkat ke 15, Uni Emirat Arab 22,6% menduduki peringkat ke 11, Inggris 9.6% bahkan menduduki peringkat ke 32. 

Dari data munculnya kasus baru per 100.000 penduduk, 5 negara yang kasusnya paling banyak adalah negara-negara yang sudah mulai menjalankan vaksinasi, seperti terlihat dalam tabel berikut. Dari daftar negara tersebut, tidak ada satupun yang masuk 10 besar negara teraman di dunia menurut versi Blommberg. Bahkan rankingnya di kisaran 30 – 50, kecuali Israel yang menduduki ranking 15.

Kalau kita lihat dari data fatality rate 1 bulan terakhir, juga terdapat temuan yang menarik. 3 dari 5 negara dengan fatality rate 0 dalam 1 bulan terakhir ternyata juga belum menjalani program vaksinasi masal, yaitu New Zealand, Taiwan dan Vietnam. Hanya Singapura dan China yang sudah memulai vaksinasi masal, itupun baru di kisaran 1% dari jumlah penduduk.

Dari 4 tabel di atas, apakah boleh disimpulkan bahwa vaksinasi tidak dapat membantu mengurangi penyebaran pandemi covid-19? Tentu cara pikir seperti ini adalah satu lompatan logika yang keliru. Vaksinasi yang pada hakekatnya adalah menciptakan kekebalan komunal (herd immunity) memang baru akan efektif mencegah penyebaran pandemi jika jumlah penduduk yang divaksin sudah mencapai satu angka tertentu yang cukup besar. 

Dari data terlihat bahwa baru 2 negara di dunia yang tingkat vaksinasinya di atas 10 % dari jumlah penduduk negaranya. Tentu belum mampu untuk menghentikan munculnya kasus baru,
apalagi menghilangkan tingkat fatalitas (kematian). Tetapi setidaknya mampu mengurangi penyebaran dan fatalitas. Jumlah kasus baru di Israel, Uni Arab Emirat, Inggris dan Amerika memang masih tinggi, tetapi jelas menunjukkan penurunan yang berarti, seperti tampak dalam grafik berikut. 

Pembelajaran lain yang penting untuk dipetik bagi kita adalah bahwa vaksinasi itu membutuhkan waktu untuk menciptakan kekebalan komunal. Sebelum terciptanya kekebalan komunal, tentu kita tetap perlu menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan tanpa kompromi. 

Di satu sisi sebagai masyarakat kita perlu melaksanakan 3 M, yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Di sisi pemerintah perlu meningkatkan 3T, yaitu testing, tracing dan treatment. Belajar dari 3 negara teraman di dunia, mereka menerapkan itu secara ketat, bahkan dari sejak awal.

Taiwan adalah salah satu contohnya. Negara ini yang letak geografisnya berdampingan dengan Tiongkok sebagai sumber pandemi, langsung menutup perbatasannya sejak awal. Singapura juga sangat ketat mengontrol lalu lintas orang lintas negara karena memang penyakit ini menular melalui orang.

Satu hal lagi yang perlu dicatat Covid-19 memang adalah penyakit yang menular lewat kerumunan. Pengalaman menunjukkan bahwa pasca libur panjang selalu diikuti dengan peningkatan kasus yang cukup signifikan. Liburan Natal dan Tahun Baru contohnya, telah memicu peningkatan kasus baru harian di pertengahan Januari menjadi 15.000an dengan positivity rate yang mendekati angka 25%.

Akhirnya rumah sakit di banyak kota besar menjadi kewalahan akibat tingkat utilisasi mencapai 80%. Maka kebijakan Menpan RB yang melarang ASN untuk bepergian ke luar kota selama libur Tahun Baru Imlek adalah kebijakan yang sangat tepat. Dengan jumlah ASN yang mencapai 4,2 juta di seluruh Indonesia, bila dihitung berikut anggota keluarganya bisa mencapai hampir 10% dari penduduk Indonesia. 

Apalagi ASN sering dipandang sebagai tokoh panutan masyarakat. Kebijakan ini diyakini mampu untuk membantu mencegah peningkatan penyebaran covid-19. Mari kita dukung langkah pemerintah dalam menangani covid-19 agar Indonesia bisa segera terbebas dari pandemi covid-19. Saya siap di vaksin dan sementara berdiam di rumah saja.

Quote