Ikuti Kami

Belajar Ke Negeri China Adalah Kebajikan

Tak aneh apabila diktum belajar ke China bukanlah sesuatu yang baru dalam khazanah Islam. 

Belajar Ke Negeri China Adalah Kebajikan
Intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Misrawi.

Jakarta, Gesuri.id - Intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Misrawi mengulas hal yang menarik terkait negara China di akun Facebooknya baru-baru ini. Pria yang akrab disapa Gus Mis itu mengatakan belajar ke negeri China adalah termasuk sebuah kebajikan. 

Hal itu dibuktikan sekarang, dengan adanya ratusan warga Indonesia yang belajar ke China, termasuk santri lulusan pesantren. Bahkan, NU belakangan sangat dekat dengan China dalam hal peningkatan kerjasama di bidang pendidikan.

Baca: Lontarkan Isu Anti China, Eva: Amien Rais Rasis!

Oleh karena itu, lanjut Gus Mis, tak aneh apabila diktum belajar ke China bukanlah sesuatu yang baru dalam khazanah Islam. 

"Sejak di pesantren dulu, saya sudah dikenalkan pada sebuah hadis dhaif yang berbunyi, 'belajarlah hingga ke China'. Hadits ini dengan mudah ditemukan dalam kitab Ihya Ulumiddin, karya Imam al-Ghazali. Karena sanadnya dhaif, para ulama hadis mengategorikannya secara matan dapat disebut "hasan". Maknanya, pesan dalam hadits tersebut adalah sebuah kebajikan," papar Gus Mis. 

Gus Mis melanjutkan, harus diakui bahwa China saat ini menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang sangat melesat. China sekarang dengan China pada tahun 1990-an sangat berbeda. 

Kini China sangat serius mengembangkan sains, pertanian, kemaritiman dan lingkungan. Bahkan China sekarang sudah melangkah ke teknologi 5.0, seperti Jepang.

"China juga sangat serius membangun sumber daya manusia. Bersamaan dengan pembangunan infrastruktur yang sangat menakjubkan dengan proyek jalur sutra. China membangun jalan darat, udara, dan laut," ujar Gus Mis. 

Dan, lanjut Gus Mis, dalam 20 tahun terakhir China sangat serius membangun sumber daya manusia melalui dunia pendidikan. Hal itu tampak dari produksi Huawei yang membuat Trump "kebakaran jenggot" itu. 

"Rupanya proyek Huawei sudah dimulai sejak 30 tahun terakhir. Ia tidak datang secara tiba-tiba," ungkap Gus Mis, yang juga tokoh muda PDI Perjuangan ini.  

Gus Mis pun memaparkan, yang khas dalam visi China adalah banyak kerja, sedikit diskusi. Orang-orang China lebih memprioritaskan untuk menghasilkan karya nyata dibandingkan hanya riuh di medsos. 

Baca: Kisah Persahabatan Bung Karno Dengan Negeri China

Di China, tambah Gus Mis, tidak ada motivator dan penceramah sebagaimana di Indonesia yang mengalami 'surplus' motivator dan penceramah.

"Jadi, kesimpulannya, kalau mau belajar dari China, mari kita hijrah dari peradaban lisan menjadi peradaban kerja. Kecintaan kita pada Tanah Air harus ditunjukkan dengan prestasi dan hasil kerja sesuai dengan kemampuan kita," pungkas Gus Mis.

Quote