Jakarta, Gesuri.id – Dalam suasana Peringatan Hari Santri Nasional 2025 di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (22/10), Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa Pancasila adalah hasil pergulatan spiritual dan intelektual Bung Karno dalam merespons ketimpangan dunia akibat kolonialisme.
“Ketika Bung Karno merumuskan Pancasila, beliau melihat dunia yang dikuasai oleh kolonialisme dan kapitalisme. Pancasila lahir sebagai jalan tengah, sebagai falsafah pembebasan manusia dari penindasan,” kata Hasto.
Ia menjelaskan, Pancasila bukan hanya hasil pemikiran rasional, tetapi juga spiritualitas yang berakar pada nilai-nilai Islam, kebudayaan Nusantara, dan semangat gotong royong rakyat Indonesia.
“Bung Karno menggali Pancasila dari bumi sendiri. Dari pesantren, dari sawah, dari kampung, dari pengalaman rakyat yang hidup dalam kebersamaan. Itulah kekuatan spiritual bangsa ini,” ujarnya.
Menurut Hasto, ketika dunia masih mencari keseimbangan antara ideologi kapitalis dan komunis, Bung Karno menawarkan jalan Indonesia: Pancasila. “Sebuah ideologi yang memanusiakan manusia, menolak ekstremisme, dan mengakui Tuhan sebagai sumber moralitas,” jelasnya.
Ia menambahkan, Pancasila menjadi benteng melawan kolonialisme gaya baru, termasuk penjajahan ekonomi dan disinformasi politik. “Kita harus kembali ke Pancasila sebagai dasar berpikir dan bertindak,” kata Hasto.
Dalam konteks Hari Santri, Hasto menilai nilai-nilai Pancasila sejalan dengan ajaran pesantren: tauhid, keadilan sosial, dan cinta tanah air. “Santri yang ber-Pancasila tidak akan mudah dipecah-belah oleh ideologi impor,” ujarnya.
Hasto mengajak seluruh peserta peringatan untuk meneladani Bung Karno yang menggali Pancasila dengan penuh pengabdian kepada Tuhan dan rakyat.
“Selama Pancasila kita pegang, Indonesia tidak akan kehilangan arah,” pungkasnya.

















































































