Ikuti Kami

Hendrawan: Soal 'Rai Gedhek', Prabowo Menepuk Air di Dulang

Apa yang disampaikan Prabowo sama saja membicarakan masa-masa pemerintahan yang lalu.

Hendrawan: Soal 'Rai Gedhek', Prabowo Menepuk Air di Dulang
Politisi PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno.

Jakarta, Gesuri.id - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menilai diksi 'Rai Gedhek' yang disampaikan oleh calon presiden (capres) nomor urut 02, Prabowo Subianto dianggap seperti pepatah "menepuk air di dulang terpercik muka sendiri". Pasalnya, apa yang disampaikan oleh Prabowo tersebut merupakan cerminan pada masa pemerintahan terdahulu.

Baca: Hoax Hanya Dapat Dilawan dengan Kerukunan dan Persatuan

Sebelumnya, Prabowo mengatakan jika saat ini banyak elite bangsa tidak tahu malu, suka nyolong tapi mukanya sok tak berdosa yang kemudian disebut dengan istilah rai gedhek. PDI Perjuangan pun menganggap apa yang dibutuhkan saat ini bukanlah gembar-gembor, bukan lolongan dan hardikan, melainkan keteladanan.

"Dimulai dari partainya, lingkaran terdekatnya, baru orbit berikutnya. Parameter yang digunakan sederhana saja. Apakah virus korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang menjadi tuntutan era Reformasi? Sudah bersih dari lingkungan sekitar kita? Apakah vaksinasi terhadap virus tersebut telah tuntas?" kata Politisi PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno saat dihubungi melalui pesan singkatnya, Kamis (29/11).

Menurutnya, para jagoan KKN sejatinya berkembang biak pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto. Lantas, dirinya menyebut jika pada saat itulah lahirnya TAP MPR No. XI/1998 tentang Praktik Penyelenggaraan Negara Bebas KKN.

"Sebagai Mandataris MPR, dengan pemusatan kekuasaan yang nyaris absolut, Pak Harto sebenarnya bisa berbuat banyak. Bayangkan jika saat itu Pak Harto memiliki sikap-tabiat dan menggunakan cara-cara seperti Lee Kuan Yew (Perdana Menteri Singapura dari tahun 1959-1990) mungkin sekarang kita sudah menjadi negara industri yang disegani," tutur Hendrawan yang juga anggota DPR RI Komisi XI itu.

"Namun menangisi masa lalu, tanpa belajar dan banting stir untuk mengoreksinya, akan sia-sia saja. Ini tantangan kolektif kita sebagai negara dan bangsa," imbuhnya.

Lantas, apa yang disampaikan oleh Prabowo itu sama saja membicarakan masa-masa pemerintahan yang lalu, Hendrawan enggan menanggapi. Yang jelas, katanya, apa yang disampaikan oleh Prabowo itu ibarat sudah ketinggalan kereta.

Dirinya pun tak mengetahui apakah pernyataan yang dilontarkan oleh Prabowo itu sebagai upaya menyerang pemerintah saat ini atau tidak. Ia menyebut, jika hal itu tergantung dari penilaian masing-masing.

"Tidak tahu. Namun diagnosisnya sudah ketinggalan kereta," pungkas Hendrawan.

Seperti diberitakan sebelumnya, Prabowo Subianto menyebut jika elite bangsa saat ini 'rai gedhek' (tidak tahu malu), suka nyolong tapi mukanya sok tak berdosa. Hal itu disampaikannya saat berbicara mengenai rakyat Indonesia yang sekarang sudah pintar dan maju.

"Mereka tahu elite di Jakarta itu pinter tapi juga suka minterin, pinter... pinter mlintir, pinter... pinter nyolong. Untuk nyolong itu harus pinter dan nekat, dan mukanya tebal, apa istilah orang Jawa? (Prabowo bertanya kepada hadirin, lalu mereka serempak menjawab: 'rai gedhek'. Lalu Prabowo melanjutkan orasi). Rai gedhek," kata Prabowo, Rabu (28/11).

Baca: Ima: Jakarta Tenggelam 2025, Prabowo Menciutkan Hati Rakyat

Dirinya pun kemudian menyinggung soal elite di Ibu Kota rai gedhek. Dirinya menyebut jika sejatinya rakyat tahu apa sebenarnya yang dilakukan oleh para elite bangsa tersebut.

"Saya lihat elite-elite di Jakarta itu rai gedhek bener, mukanya itu lo, seolah-olah ndak berdosa. Padahal rakyat nggak bodoh, rakyat tahu," lanjutnya.

Quote