Ikuti Kami

PDI Perjuangan & JATMI Sepakat Perkuat Nasionalisme Religius

Ideologi Nasional Religius yang menjadi pegangan PDI Perjuangan, adalah bertolak dari ajaran Bung Karno.

PDI Perjuangan & JATMI Sepakat Perkuat Nasionalisme Religius
Ketua Umum PP Bamusi Hamka Haq.

Jakarta, Gesuri.id - PDI Perjuangan bersama Jam’iyatu Ahli Thariqoh al-Mu’tabarah Indonesia (JATMI) sepakat untuk bersama-sama mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai Negara Nasional Religius berdasakan Pancasila.  

Hal itu merupakan inti pernyataan bersama PDI Perjuangan dan JATMI pada saat DPP JATMI bersilaturahim dengan PDI Perjuangan di Kantor DPP PDI Perjuangan di  Jl. Diponegoro, baru-baru ini. 

Delegasi JATMI dipimpin oleh Wakil Ketua Umum K.H. Muchlas Sarkun didampingi Sekjen DPP JATMI, Drs.H. Miftahul Falah bersama sepuluh orang jajaran DPP JATMI.  Mereka diterima oleh DPP PDI Perjuangan, Prof. Dr. H. Hamka Haq, MA, Ketua Bidang Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan YME, juga sebagai Ketua Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), didampingi oleh Ust. R. Mas Syahid, Wakil Sekum Bamusi dan Kiyai Novea Andika Wakil Ketua Bidang Hukum.

Baca: Bamusi Dukung KPI Larang Pendakwah Organisasi Terlarang

Dalam kesempatan itu, Hamka Haq menjelaskan ideologi Nasional Religius yang menjadi pegangan PDI Perjuangan, adalah bertolak dari ajaran Bung Karno, sebagai penggali Pancasila dan Proklamator RI. 

"Sebagai nasionalis tulen, Bung Karno memperjuangkan kemerdekaan Indonesia menjadi sebuah Negara Kebangsaan. Hal itu diperlihatkannya sejak masih muda dalam berbagai tulisan di koran waktu itu," ujar Hamka. 

Juga, sambung Hamka, saat menyampaikan pledoi di hadapan pengadilan Belanda di Bandung, beliau tidak membela dirinya secara pribadi, tetapi membela Indonesia untuk merdeka.  Pidato itupun kemudian dibukukan dengan judul Indonesia Menggugat.

Namun, lanjut Hamka, tidak berarti Bung Karno meninggalkan kepentingan Islam.  Dalam pidato 1 Juni 1945, Bung Karno menegaskan bahwa dirinya adalah Muslim.

Kemudian saat perumusan Pancasila, beliau tidak melakukan bersama Panitia Delapan bentukan Radjiman Ketua BPUPKI karena dinilai tidak mencerminkan rasa keadilan bagi kelompok Islam.

"Maka Bung Karno pun membentuk Panitia Sembilan yang seimbang masing-masing empat orang, dengan Soekarno menyatakan dirinya berada ditengah-tengah, sedangkan Hatta, Moh. Yamin, Mr. A.A.Maramis, dan Ahmad Soebardjo (mewakili kebangsaan), K.H.A.Wahid Hasyim, K.H. Kahar Muzakkir, Abi Kusno Tjokro Soejoso dan Agus Salim (mewakili Islam)," ungkap Hamka.

Baca: Bamusi Dukung Kriteria Penceramah Radikal Yang Dirilis BNPT

Sementara itu K.H. Mukhlas bersama H. Miftahul Falah menyatakan bahwa sejak berdirinya JATMI tahun 1959, merupakan ormas Islam independen,  nasionalis Pancsilais dan selalu berpihak pada pemerintah yang  sah.  

Karena itu, JATMI sengaja bersilaturahim untuk lebih memperkokoh nasionalisme religius bersama PDI Perjungan untuk tegaknya Pancasila dan keutuhan NKRI. JATMI juga akan memperingati Hari Lahir Kartini 21 April di gedung DPR RI Senayan dengan cara Suluk yang khas bagi ahli thoriqah.  

"Kami sangat berharap kehadiran Ibu Puan Maharani, Ketua DPR RI pada acara itu. JATMI akan memeriahkan bulan Bung Karno dengan acara suluk ala thoriqah di beberapa tempat di Jakarta menjelang 1 Juni 2022.  Dan tahun depan 2023, JATMI akan menyelenggarakan Muktamar, berharap dukungan penuh dari PDI Perjuangan, dengan tema Memperkokoh Nasionalisme Religius untuk Indonesia," papar KH Mukhlas.

Quote