Ikuti Kami

Tangis Ribka Tjiptaning Pecah Saat Peringatan Kudatuli

Mereka meringsek masuk gedung sambil melemaparkan batu.

Tangis Ribka Tjiptaning Pecah Saat Peringatan Kudatuli
Ketua DPP PDI Perjuangan, Ribka Tjiptaning.

Jakarta, Gesuri.id - 27 Juli 1996, tepatnya 23 tahun lalu, kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro No. 58, Menteng, Jakarta Pusat menjadi saksi sejarah reformasi Indonesia. Kantor partai berlambang banteng itu diserang oleh orang-orang yang diduga pendukung Soerjadi, Ketua Umum PDI hasil kongres Medan 20-23 Juni 1996. Peristiwa tersebut kini lebih dikenal dengan nama Kudatuli atau Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli.

Kala itu, massa dari pendukung Soerjadi hendak mengambil alih secara paksa kantor DPP PDI. Mereka meringsek masuk gedung sambil melemaparkan batu. Sementara gedung, kelompok pendukung Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI hasil Munas di Kemang, Jakarta Selatan (22 Desember 1993), bertahan sembari melemparkan benda-benda seadanya. Kedua kubu ini sama-sama mengklaim sebagai pengurus yang sah dan berhak atas kantor Dewan Pimpinan Pusat PDI.

Baca: Ribka Desak Pemerintah Tuntaskan Penanganan Kasus Kudatuli

Kini, setiap tahunnya, peristiwa Kudatuli terus diperingati. Ketua DPP PDI Perjuangan, Ribka Tjiptaning yang memimpin langsung upacara tabur bunga di kantor DPP PDI Perjuangan. Meskipun merupakan persitiwa sejarah, namun tak banyak orang tang datang untuk memperingatinya.

Sekitar pukul 11:43 WIB upacara tabur bunga dimulai dari depan kantor DPP PDI Perjuangan dengan diiringi lagu Gugur Bunga. Lalu berlanjut ke arah basement.

"Di sini dulu kita dipukul mundur," ujar Ribka saat menaburkan bunga di basement parkiran kantor DPP PDI Perjuangan.

Tangis Ribka pun pecah saat mencapai ujung basement. Dia mengatakan saat peristiwa Kudatuli berlangsung, lokasi paling belakang kantor yang dulunya bernama PDI itu menjadi tempat evakuasi korban "Sabtu Kelabu" itu.

Ribka mengenang beberapa rekannya yang ikut menjadi saksi sejarah yang kini sudah tiada. Saat itu, Ribka nampak didampingi oleh Fahruddin yang pada saat kejadian menjabat sebagai ketua DPP Pemuda Demokrasi Indonesia. 

Usai upacara tabur bunga, Ribka dan beberapa orang yang ikut memperingati peritiwa Kudatuli pun menggelar doa bersama. Kepada Gesuri.id, Ribka mengku lebih memilih memimpin peringatan peristiwa Kudatuli dibanding Rakerda Jabar persiapan Kongres PDI Perjuangan pada bulan Agustus 2019 mendatang.

Dia mengatakan ketegasan sikapnya ini merupakan caranya dalam mengamalkan ajaran Presiden RI pertama, Soekarno tentang 'Jas Merah' yang merupakan akrnomin dari 'jangan sekali-sekali melupakan sejarah'. 

"Kita selalu gembor jamsemerah, jangan sekali-kali lupakan sejarah. Tapi gimana ingat bung Karno kalau sejarah partai sendiri kita lupa," ujar Ribka saat ditemui usai upacara peringatan Kudatuli di ruang kerjanya di Kantor DPP PDI Perjuangan lantai 4, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (27/7).

"Aku lebih pentingkan di sini, paling tidak mendidik diri bagaimana jas merah itu dijalankan. Gedung ini megah tapi kan sedih kita  lihat. kok semakin gak ada teman-teman yang datang. Ya sudah apapun aku bersama kawan-kawan tetap di sini," tambahnya.

Ribka mengaku prihatin dengan semakin sedikitnya pengurus DPP dan kader partai besutan Megawati Soekarnoputri yang ikut memperingati peristiwa Kudatuli. Baginya, Kudatuli bukan hanya peringatan biasa bagi PDI Perjuangan, tapi juga tonggak sejarah lahirnya reformasi.

"Dulu Mbak Mega itu didaulat rakyat melawan Soeharto yang tak tergoyahkan 32 tahun. Semua kekuatan tertumpah di sini, mahasiswa, semua kekuatan rakyat dukung PDI. PRD  semua. Kemenangan PDI bukan karena kader saja, semua kekuatan. Jadi jangan sekarang sudah jadi gedung megah jadi sombong. Pongah. Ojo dumeh," imbuhya.

Quote