Ikuti Kami

Begini Tips Tangkal Hoaks Hadapi Pandemi Covid-19 

“Kalau tidak hati-hati, masyarakat akan mudah terhasut bahkan bisa menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya".

Begini Tips Tangkal Hoaks Hadapi Pandemi Covid-19 
Ketua DPC PDI Perjuangan Kebumen, Saiful Hadi. (Foto: Istimewa)

Kebumen, Gesuri.id - Ketua DPC PDI Perjuangan Kebumen, Saiful Hadi meminta agar masyarakat tidak mudah percaya terhadap informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan atau hoaks selama menghadapi pandemi Covid-19.

Baca: Gagal Atasi Pandemi, Pemprov DKI Jangan Timpakan ke Pusat

Guna meminimalisir itu, ia mengajak masyarakat untuk mengakses informasi atau pemberitaan melalui situs resmi maupun media yang memiliki kredibilitas. Dengan demikian, masyarakat tidak mudah termakan informasi yang berpotensi memiliki muatan propaganda atau provokatif.

“Kalau tidak hati-hati, masyarakat akan mudah terhasut bahkan bisa menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya. Tentu ini kan merugikan banyak orang,” ungkapnya, Selasa (6/7).

Saiful yang juga Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah menilai, selama pandemi saat ini tidak menutup kemungkinan ada sejumlah oknum yang ingin mencoba memperkeruh suasana bahkan mencari keuntungan dengan beredarnya berita hoaks.

“Hal seperti itu bisa diciptakan atau by design dengan harapan sesuai apa yang mereka inginkan. Salah satunya dengan menebar hoaks melalui medsos,” ucapnya.

Ia menguraikan, setidaknya ada beberapa langkah sederhana yang dapat mengidentifikasi informasi yang akurat serta dapat dijadikan refrensi terkait informasi publik. Pertama, memeriksa fakta tentang kebenaran juga dari mana sumber berita berasal.

“Kita lihat dulu dari institusi mana yang mengeluarkan rilis. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Kalau cuma satu maka pembaca tidak menerima esensi secara utuh,” terang Saiful.

Hal lain yang perlu diamati, lanjutnya, adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta merupakan peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.

“Siapa yang mengeluarkan statemen, dia pelaku, pemain atau pengamat. Ini juga perlu diperhatikan supaya kita memiliki kecenderungan dalam prinsip berfikir. Setelah itu saring dulu sebelum share,” paparnya.

Selanjutnya, mencermati informasi yang diperoleh melalui website atau mencamtumkan link situs yang dimaksud. Jika berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi memiliki ciri misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.

“Sekarang begitu mudahnya membuat satu situs. Tapi yang ditekankan, porsi informasi yang disampaikan apakah dapat dipertanggung jawabkan atau tidak. Itu kita yang bisa menilai,” ujarnya.

Baca: Menolak Vaksinasi 12-18 Tahun, Harus Dibuat Sanksi Tegas!

Lalu, tambah Saiful, apabila menjumpai sebuah informasi yang dianggap merupakan hoaks. Apa yang seharusnya dilakukan, yakni pengguna internet bisa melakukan serangkaian laporan yang tersedia melalui kanal masing-masing media.

“Misal media Facebook, kan sudah tersedia fitur report status tinggal dikategorikan hatespeech atau apa. Nanti biasanya akan dihapus oleh Facebook,” tutupnya. 

 

Kontributor: derapjuang/MH.

Quote