Ikuti Kami

Efrain Minta Pemkot Palu Transparan akan Jumlah Korban Gempa

Data ini kata Efrain sangat vital, mengingat derasnya bantuan yang dating ke Palu, karena jangan sampai bantuan tersebut salah sasaran.

Efrain Minta Pemkot Palu Transparan akan Jumlah Korban Gempa
Warga mengisi galon dengan air siap minum bantuan Kementerian ESDM di Lokasi Pengungsian Halaman Masjid Agung di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (22/10/2018). Bantuan air siap minum gratis oleh Kementerian ESDM itu membantu masyarakat korban gempa dan tsunami untuk memperoleh air minum bersih dan sehat.

Palu, Gesuri.id - Relawan Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDI Perjuangan, Efrain Limbong meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) transparan akan jumlah korban meninggal dan tewas akibat bencana gempa bumi beberapa waktu lalu.

Data ini kata Efrain sangat vital, mengingat derasnya bantuan yang dating ke Palu, karena jangan sampai bantuan tersebut salah sasaran.

Baca: Caleg PDI Perjuangan Gelar Doa Bersama dan Pembekalan Tim

“Data pasti tentang jumlah korban sangatlah penting, karena hal ini akan sangat terkait dengan hak-hak keperdataan para korban jangan sampai diselewengkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” kata Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik DPD PDI Perjuangan Sulteng ini di Palu, Kamis (25/10).

Berdasarkan pemantauan Efrain koordinasi penanganan bencana Pemkot Palu  sangat lemah. 

“Informasi tentang bencana terutama data korban dan pengungsi tak bisa kita dapatkan secara akurat dari Pemkot Palu. Sejak hari pertama gempa kita hanya bisa berkoordinasi dengan tim Basarnas,” katanya.

Dia menyebutkan, sesuai laporan warga di Petobo, dari sekitar  7.000 warga yang ada  diperkirakan yang selamat mungkin sekitar 1.000 orang. 

“Berarti sekitar 6.000 orang hilang atau meninggal dunia, data ini harus divalidkan oleh Pemkot Palu agar tidak menjadi bahan spekulasi di masyarakat,” katanya.

Sedangkan Camat Palu Barat Kapau Bouwo dalam rapat koordinasi penanganan bencana dengan Gubernur Sulteng, Senin (8/10) lalu, mengatakan, dampak gempa terparah di wilayahnya terjadi di Perumnas Balaroa, di mana 5.000 jiwa atau 800 keluarga diperkirakan telah menjadi korban dari bencana mengerikan itu.

Ia menyebutkan, ada sekitar 1.071 rumah warga di dalam kompleks Perumnas Balaroa tersebut telah rata dengan tanah akibat gempa.

“Di lokasi ini, saat gempa terjadi tanah bergerak bergeser sampai ratusan meter dan meruntuhkan seluruh bangunan yang ada. Tanah-tanah serta jalanan aspal di sekitarnya juga terbelah-belah, dan sebagian naik ke atas permukaan hingga setinggi 50-75 centimeter,” katanya.

Baca: Tiba di Palu, Hendi Langsung Bergabung dengan Relawan

Gubernur Sulteng Longki Djanggola mengakui kondisi bencana yang sangat parah dan banyak  korban tak bisa dievakuasi terutama di Petobo, Balaroa, dan Desa Jonoge, Kabupaten Sigi. Ketiga lokasi ini mengalami likuefaksi hebat, dan para penduduknya banyak yang terkubur hidup-hidup ke dalam bumi.

“Biarlah di ketiga lokasi itu menjadi memorial park (taman kenangan) untuk mengenang para korban bencana,” kata Longki.

Quote