Jakarta, Gesuri.id – Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Adisatrya Suryo Sulisto, memberikan apresiasi atas upaya perbaikan internal yang dilakukan dua BUMN karya, PT Nindya Karya dan PT Brantas Abipraya.
Hal itu ia sampaikan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan direksi kedua perusahaan di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/11).
Dalam RDP tersebut, Adisatrya menyoroti langkah digitalisasi yang sedang dijalankan Nindya Karya. Ia memuji arah transformasi tersebut, namun meminta penjelasan lebih rinci mengenai dampaknya terhadap tata kelola, operasional, maupun kinerja finansial perusahaan.
“Program digitalisasi dari Nindya ini bagus sekali. Bisa diberikan gambaran terkait efeknya? Dampaknya secara internal, secara bisnis proses, apa?” ujar Adisatrya.
“Harapannya dengan digitalisasi, fungsi kontrol lebih baik. Secara operasional pun timeline proyek bisa lebih tepat waktu. Dampak terhadap finansialnya seperti apa, tolong didetailkan secara tertulis.”
Selain menyoroti digitalisasi, Adisatrya mengatakan bahwa kemampuan Nindya Karya dan Brantas Abipraya dalam memperoleh kontrak baru masih cukup baik. Namun, ia menggarisbawahi adanya lonjakan laba bersih Nindya Karya yang memerlukan penjelasan tambahan.
“Memang kontrak ke depan jumlahnya cukup banyak. Tapi tadi disampaikan ada lonjakan laba bersih yang luar biasa. Saya ingin bertanya, ini batangnya dari mana? Tolong dijelaskan,” tegasnya.
Kepada Brantas Abipraya, Adisatrya menyoroti keputusan perusahaan untuk kembali fokus pada core business. Ia meminta penegasan mengenai keunggulan kompetitif perusahaan ketika kembali berkonsentrasi pada sektor perairan dan energi.
“Pak Dirut menyampaikan akan balik ke core business. Apa yang menjadi competitive advantage? Apa nilai jual Brantas Abipraya?” tanyanya.
“Brantas ini sudah banyak melakukan proyek perairan dan energi, sehingga seharusnya bisa mengeksekusi proyek lebih efisien dibanding kompetitor.”
Adisatrya mendukung langkah disiplin perusahaan untuk tidak lagi mengambil proyek di luar bidang utama yang justru bisa menambah risiko bisnis.
“Implementasinya harus disiplin, tidak lagi mengambil hal-hal yang aneh-aneh, hal-hal yang di luar ranah yang sudah ditetapkan,” ujarnya.
Terkait rencana konsolidasi atau merger BUMN karya, Adisatrya menegaskan bahwa ranah tersebut merupakan domain pemegang saham. Namun, ia menyatakan dukungan terhadap penguatan struktur permodalan agar perusahaan karya mampu bersaing menangani proyek berskala besar.
“Kami mendukung rencana peleburan atau konsolidasi supaya BUMN karya bisa lebih kuat lagi secara modal untuk menggarap proyek-proyek besar dengan eksekusi lebih efisien,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa persaingan ke depan, baik dengan swasta nasional maupun perusahaan asing, akan semakin ketat. Karena itu, profesionalisme dan efisiensi BUMN karya harus terus ditingkatkan.
“Swasta juga semakin agresif. BUMN karya dituntut lebih profesional dan efisien,” tegas Adisatrya.

















































































