Ikuti Kami

Akademisi Berbagai Dunia Ikuti Tapak Tilas KAA di Bandung

Indonesia mengajak akademisi lintas negara untuk berkumpul di lokasi yang menjadi pelaksanaan Konferensi Asia Afrika di Hotel Savoy Homann.

Akademisi Berbagai Dunia Ikuti Tapak Tilas KAA di Bandung
Para akademisi dari berbagai negara berkolaborasi untuk melihat lebih dalam seberapa relevansinya Gerakan Non-Blok atau Nonaligned Movement untuk menjaga perdamaian dunia saat ini. (istimewa)

Bandung, Gesuri.id - Para akademisi dari berbagai negara berkolaborasi untuk melihat lebih dalam seberapa relevansinya Gerakan Non-Blok atau Nonaligned Movement untuk menjaga perdamaian dunia saat ini.

Baca: Basarah: Jokowi Sebut Capres 2024 Tak Hanya ke Prabowo

Indonesia pun mengajak akademisi lintas negara untuk berkumpul di lokasi yang menjadi pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Hotel Savoy Homann, Bandung, Selasa (8/11).

Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Bandung Belgrade Havana in Global History and Perspective bertajuk Whats dreams, what challenge, what projects for a global future. Hari pertama dilaksanakan di Gedung ANRI, di Jakarta, kemarin, sementara hari ini di Hotel Savoy, Bandung.

“Ini adalah acara yang sangat penting karena kolaborasi para akademisi seluruh dunia yang terlibat dalam nonaligned movement untuk memperingati untuk kembali revisit nilai-nilai nonaligned movement,” kata Dr. Connie Rahakundini Bakrie, salah satu akademisi yang mengikuti kegiatan ini di sela-sela konferensi.

Kegiatan di Bandung ini bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad).

Hadir sejumlah peneliti berbagai negara, termasuk Indonesia, secara daring dan luring. Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah dan anggota DPR RI Andreas Hugo Pareira juga hadir di lokasi. Termasuk salah satu penggagas kegiatan Prof. Darwis Khudori.

Para peneliti yang diajak dalam program ini antara lain ialah Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Burkina Faso), Beatriz Bissio (Brasil), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek (Poland), Bruno Drweski (Polandia), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal), Istvan Tarrosy (Hungaria), Rityusha Mani Tiwary (India), Nisar Ul Haq (India).

Connie menilai para akademisi itu masih merasakan bahwa Gerakan Non Blok relevan dilaksanakan. Gerakan yang digagas Presiden Pertama RI Soekarno masih relevan dilakukan saat ini.

“Misalnya pernyataan Soekarno di Konferensi Asia Afrika yang menyatakan bahwa aliansi pertahanan di muka bumi itu harus dihapuskan karena merasa ini akan membuat dunia dalam ancaman. Dan rupanya kata Bung Karno pada 1955 itu terbukti dengan adanya perang Rusia-Ukraina hari ini,” jelas Connie.

Dengan mengajak para akademisi mengikuti tapak tilas KAA ini, Connie menginginkan para peneliti memiliki pandangan baru ke depan dari semangat Gerakan Non Blok itu. Sebab, menurut Connie, Bung Karno dalam pidatonya kerap menyampaikan gagasan dunia yang lebih adil, saling bekerja sama. 

“Makanya kemudian kami merasa pandangan Bung Karno tentang Nonaligned Movement harus terus digelorakan,” jelas dia.

Connie juga mengapresiasi program yang diinisiasi oleh Prof. Darwis ini yang mempertemukan sekitar 33 akademisi dari berbagai negara mengikuti tapak tilas KAA ini.

“Ini adalah sebuah gabungan akademisi yang akan memunculkan apa, sih, harapan dan tantangan ke depan terkait Nonaligned Movement,” jelas Connie.

Baca: Menteri Anas Perkuat Kolaborasi RI-Korsel Pacu Digitalisasi

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Unpad Prof. Dr. Ir. Hendarmawan menyatakan pihaknya mewadahi para akademisi dari berbagai negara untuk melihat pelaksanaan KAA di Bandung. Menurut dia, sudah menjadi tanggung jawab perguruan tinggi untuk menggalang kerja sama dengan akademisi dari berbagai perwakilan negara.

“Saya kira ini satu wujud implementasi dari akademik yang berorientasi pada kebaikan balancing dan jadi bagaimana perdamaian dan kemajuan bersama khususnya terhadap negara yang terlibat di Konferensi Asia Afrika, saya kira itu,” jelas Hendarmawan.

Quote