Jakarta, Gesuri.id – Kepala Badan Riset dan Analisis Kebijakan Pusat Partai DPP PDI Perjuangan sekaligus Penasihat Senior LAB 45, Andi Widjajanto, mengingatkan potensi besar penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) dalam memicu kerusuhan sosial. Pernyataan ini ia sampaikan menanggapi aksi demonstrasi yang berujung ricuh di berbagai daerah pada akhir Agustus 2025.
Andi menduga aksi tersebut bukan murni terjadi secara organik, melainkan diorkestrasi pihak tertentu yang memanfaatkan teknologi AI untuk menggerakkan opini dan kemarahan massa di ruang digital.
“Ada pihak yang sangat memahami AI, mengoptimalkannya, tahu cara memanfaatkannya di WhatsApp Group maupun platform interaktif seperti TikTok,” ujarnya dalam tayangan Gaspol Kompas.com, Sabtu (15/9/2025).
Eks Sekretaris Kabinet Presiden Joko Widodo itu juga mengaku menemukan anomali di media sosial saat kerusuhan berlangsung, yang ia sebut sebagai “glitch”. Misalnya, tepat setelah kasus meninggalnya pengemudi ojek online Affan Kurniawan, muncul konten viral tentang gedung DPRD dibakar. “Beberapa saat kemudian, benar-benar terjadi pembakaran gedung DPRD di Makassar. Saya melihat ada pihak yang melempar ide lewat media sosial, seperti simulasi,” ungkapnya.
Andi menyebut keputusan pemerintah menghentikan siaran langsung (live) di TikTok saat itu turut meredakan eskalasi situasi. “Di live TikTok kita sudah tidak tahu mana deepfake mana yang real. Saat di-offkan dulu, itu agak meredakan,” ujarnya.
Karena itu, ia meminta pemerintah dan seluruh aparat yang bergerak di bidang digital serta siber – mulai dari Komdigi, BSSN, hingga unit siber kepolisian, TNI, dan intelijen – untuk duduk bersama menyiapkan strategi mitigasi jangka panjang. “Ini harus jadi lesson learned agar kita tidak terdadak lagi jika terjadi eskalasi yang tidak diinginkan,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, aksi demonstrasi akhir Agustus 2025 terjadi serentak di sejumlah daerah, dipicu protes publik terhadap tunjangan baru anggota DPR dan kebijakan pemerintah yang dianggap kontroversial.