Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Andreas Hugo Pareira, mengkritik pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut tidak ada bukti dalam pemerkosaan massal Mei 1998.
Dia meminta pejabat jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Baca: Ganjar Beberkan Penyebab Kongres PDI Perjuangan Belum Digelar
"Polemik soal penulisan sejarah yang faktual dan objektif penting untuk menjadi pelajaran bangsa ini untuk belajar dari sejarah. Jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah, begitu kata Bung Karno," kata Andreas.
Andreas mengingatkan setiap peristiwa sejarah tak boleh untuk dimanipulasi atau ditutup-tutupi. Ia menyebut penulisan sejarah harus tetap objektif.
"Forgive but not forget, kata Nelson Mandela. Kalimat-kalimat yang dikemukakan tokoh-tokoh dunia tersebut tentang peristiwa masa lalu, pahit sekalipun menunjukan bahwa pentingnya penulisan sejarah yang benar dan objektif untuk menjadi pelajaran bagi bangsa," katanya.
"Memanipulasi, menutup-nutupi peristiwa sejarah hari ini sama saja dengan membohongi diri, membohongi bangsa," tambahnya.
Menurut Andreas, peristiwa pemerkosaan kejam itu telah banyak terekam oleh media dan saksi sejarah.
Baca: Ganjar Pranowo Tegaskan Demokrasi Harus Dirawat Dengan Baik!
Oleh karena itu ia mengingatkan bahwa fakta sejarah jangan ditutupi.
"Karena tokoh peristiwa-peristiwa tersebut terekam oleh berbagai media dan saksi sejarah. Tidak ada manfaatnya kalau buku sejarah ditulis untuk membangun persatuan tetapi menutupi fakta sejarah yang penting. Karena justru ini akan menimbulkan kecurigaan dan luka yang tidak terobati dan akan membusuk dalam perjalanan waktu," ungkapnya