Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VIII DPR RI, Hj. Ansari mengajak guru dan orang tua meningkatkan literasi tentang kebutuhan gizi anak yang berkebutuhan khusus atau siswa yang memiliki autism spectrum disorder (ASD).
Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini menguraikan, banyak orang tua dan guru yang belum memahami bahwa makanan tertentu dapat mempengaruhi perilaku dan konsentrasi anak berkebutuhan khusus.
Baca: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo
“Di sinilah pentingnya pengetahuan orang dan guru tentang kebutuhan gizi anak berkebutuhan khusus. Sebab makanan yang dikonsusmsi anak itu akan mempengarhi perilakunya,” urainya dalam forum Pengabdian kepada masyarakat (PKM) UIN Madura, pelatihan Literasi Peningkatan Pemahaman Guru dan Orang tua siswa dengan autism Spectrum Disorder (ASD), Yayasan Pendidikan Al-Uswah Pamekasan. Sabtu (18/10).
Apalagi, kata anggota DPR RI dari Dapil Jatim XI Madura ini, sangat jarang sekolah yang memiliki kerja sama dengan ahli gizi untuk memantau pola makan anak berkebutuhan khusus.
"Kalau anak terganggu akibat salah dalam konsumsi makanan, maka konsentrasinya juga akan terganggu, terutama dalam pendidikannya,” tegasnya.
Ditegaskan, sebagai anggota DPR RI, ia memiliki kewajiban moral dan konstitusional untuk mendorong kesempatan dan kesetaraan bagi seluruh anak bangsa, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus.
Sebab dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan yang layak tanpa diskriminasi.
Baca: Ganjar Dukung Gubernur Luthfi Hidupkan Jogo Tonggo
“Saya mendorong agar guru dan orang tua, dapat bekerja sama menciptakan lingkungan belajar yang baik, baik secara emosional, pendidikan, maupun nutrisi. Orang tua dan guru memiliki peran luar biasa untuk tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus. Guru adalah pendamping belajar, juga jembatan komunikasi antara anak dan lingkungan sekolah, sementara orang tua adalah pendamping utama di rumah,” urainya.
Berdasarkan data Junior Chamber International (JCI) 1 dari 68 kelahiran di Indonesia menghasilkan bayi dengan sindroma autisme. bahkan berdasarkan data WHO sekitar 2,4 juta anak di Indonesia dilaporkan mengalami gangguan spektrum autisme pada tahun 2024.