Ikuti Kami

Ansy: Target Ekspor Hortikultura Kementan Berpotensi Meleset

BPS mencatat impor buah-buahan sepanjang tahun 2019 mencapai US$ 1,48 miliar.

Ansy: Target Ekspor Hortikultura Kementan Berpotensi Meleset
Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema).

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) menilai target Kementerian Pertanian (Kementan) untuk meningkatkan ekspor tiga kali lipat komoditas hortikultura adalah target ambisius yang potensial justru menjadi target meleset, alias sulit direalisasikan. 

Baca: Ansy Lema Soroti Persoalan Swasembada Bawang Putih

Ansy menyatakan, pemikirannya tersebut didasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). BPS mencatat impor buah-buahan sepanjang tahun 2019 mencapai US$ 1,48 miliar. Nilai tersebut meningkat 13,36% dibandingkan pada 2018 periode yang sama. Sementara itu, impor sayuran sepanjang tahun 2019 mencapai US$ 770,1 juta atau meningkat 4,29% dibandingkan 2018. 

"Pertanyaannya, untuk komoditas buah dan sayur, apakah realistis Indonesia mengekspor tiga kali lipat, padahal tahun 2018 dan 2019 negara mengimpor banyak dua komoditas tersebut? Target ekspor hortikultura yang mencapai Rp 23 triliun sebagaimana diulas Dirjen Holtikultur bisakah dicapai mengingat tahun 2019 ekpor kita hanya 6 triliun. Itu berarti, Kementan optimis menaikkan 3 kali lipat dari tahun 2019," ujar Ansy di kompleks DPR-MPR, Senayan, Jakarta, baru-baru ini. 

Ansy juga mempertanyakan di mana sentra-sentra produksi hortikultura yang tengah dikembangkan. Selain itu, besaran lahan yang ditanam dan besaran ton hortikultura yang akan dihasilkan juga dipertanyakan Ansy.

"Saya tidak melihat ada program konkret dan rinci, sehingga kita bisa yakin bahwa produksi hortikultura akan meningkat. Tidak ada data rinci dan detail menganai ini. Jauh lebih realistis bila Kementan bicara mengenai komitmen menurunkan impor buah dan sayur dari luar negeri," ujar Ansy. 

Ansy menambahkan untuk mengekspor produk hortikultura tak hanya terkait dengan produktivitas, namun juga pembenahan dalam hal kualitas produk. Sejumlah komoditi hortikultura Indonesia belum diterima pasar internasional terkait keamanan pangan.

Ada hambatan ekspor berupa ketentuan Good Agricultural Practices (GAP) karena banyak negara belum mengizinkan sejumlah komoditi Indonesia masuk pasar negara mereka.

"Itu mengapa, mestinya sebelum bicara ambisius soal peningkatan ekspor tiga kali lipat, hal-hal mendasar ini perlu lebih dulu dibenahi. Salah satu contoh, ekspor nanas segar ke China dan beberapa negara lain (Amerika) hingga saat ini belum terealisasi. Padahal potensi ekspor nanas segar ke China diperkirakan mencapai USD 50 juta dalam setahun. Butuh diplomasi internasional yang jitu agar produk kita bisa masuk pasar internasional," papar Ansy.

Ansy juga mempersoalkan terkait akurasi dan validasi data yang bisa di verifikasi. Menurut Ansy, setiap kebijakan yang dibuat harus didasarkan pada data.

"Tanpa data akurat-valid, kebijakan yang diambil bakal meleset, tidak tepat sasaran. Kementan masih belum mampu menunjukkan data yang bisa dijadikan rujukan dalam membuat kebijakan," ujar Ansy.

Ansy juga menyinggung mengenai urgensi revitalisasi penyuluh pertanian. Ansy berpendapat, penyuluh adalah ujung tombak utama pengembangan pertanian. 

Baca: Ansy Lema Atasi Kemiskinan NTT dengan Pertanian Lahan Kering 

Peran penyuluh vital, fundamental dan strategis dalam memajukan sektor pertanian. Petani kita yang umumnya petani tradisional, minim pengetahuan bertani, miskin inovasi dan kreasi, sangat membutuhkan pendampingan para penyuluh. 

"Tragisnya, fakta menunjukkan korps penyuluh kurang diperhatikan. Ada balai penyuluh, tapi penyuluhnya tidak ada. Kalaupun penyuluh ada, mereka tidak selalu berada bersama petani di desa. Maka, perlu dilakukan penguatan institusi penyuluh, peningkatan keahlian penyuluh dan peningkatan kesejahteraan penyuluh," ujar Ansy.

Quote