Ikuti Kami

Anton Charliyan Sibak Temuan Parit Bersejarah Jahyang Salawu

Cukup menghebohkan masyarakat dan kalangan akademisi karena merupakan temuan baru yang pertama di Indonesia dalam Sejarah Tatar Sunda.

Anton Charliyan Sibak Temuan Parit Bersejarah Jahyang Salawu
Budayawan Sunda Anton Charliyan mengungkapkan penemuan artefak Batu Melingkar atau Cirkle Stone di Jahyang Salawu Tasik, baru-baru ini. (Foto: Istimewa)

Tasikmalaya, Gesuri.id - Budayawan Sunda Anton Charliyan mengungkapkan penemuan artefak Batu Melingkar atau Cirkle Stone di Jahyang Salawu Tasik, baru-baru ini. 

Hal itu cukup menghebohkan masyarakat dan  kalangan akademisi, karena merupakan temuan baru yang pertama di Indonesia dalam  Sejarah Tatar Sunda.

Anton pun menjelaskan, temuan di Jahyang tidak sampai disitu saja. Tidak jauh dari lokasi tersebut,  kira-kira 200 meter ke arah barat daya agak kebawah, telah ditemukan juga sebuah Goa sepanjang 30 meter,  dengan tinggi sekitar 170 cm serta lebar 1 meter sampai dengan 1,5 meter.

Baca: Naikkan UMP 2021, Gilbert: Anies Hanya Bisa Injak Rem!

" Masyarakat menyebutnya sebagai Goa Mahar. Karena konon kabarnya keberadaan Goa tersebut merupakan syarat permintaan mahar dari seorang Penguasa/ Raja untuk dapat menikahi  Putrinya. Sebelumnya, Goa tersebut tidak ada yang tahu persis dimana keberadaannya,  hanya jadi dongeng dan cerita turun temurun dari mulut ke mulut saja," ujar Anton.

" Alhamdulillah akhirnya (Goa) dapat diketemukan tanpa sengaja. Yang awalnya tertimbun  oleh buah Pohon Gadung yang sudah berusia puluhan, bahkan mungkin ratusan tahun," tambah Ketua Forum Silaturahmi Sunda Sadunya ini.

Posisi Gua tersebut, sambung Anton,  berada dibawah Pohon Damar. Dan dari dalamnya mengalir terus air baik dari dinding maupun dari bawah, karena setelah ditelusuri memang ada sumber mata air yang cukup besar yang keluar dari dinding Gua tersebut.

"Sehingga Goa tersebut bisa berfungsi sebagai sumber mata air untuk kehidupan masyarakat sekitarnya. Maka bila demikian keadaanya, Goa tersebut lebih tepat berfungsi sebagai parit tempat air mengalir daripada Goa," papar Anton. 

Terkait parit, menurut Anton, merupakan tradisi khas Wanci kebanggaan penguasa-penguasa di Tatar Sunda dan Galuh  untuk menunjukkan identitasnya sebagai seorang penguasa atau raja agar diakui eksistensinya. 

Hal tersebut, lanjut Anton, bisa dilihat dan ditelisik dengan seksama dari Prasasti-prasasti atau naskah kuno di Tatar Sunda, antara lain Prasasti Kawali peninggalan Prabu Wastu Kencana, Prasasti Batu Tulis Bogor, Prasasti Geger Hanjuang Galunggung dari Batari Hyang, Prasasti Tugu  Peninggalan Raja Purnawarnan, Naskah Amanat Galunggung dan lainnya. 

Baca: PA 212 Dapat Orderan Demo Masa, Tak Punya Uang ke Prancis!

"Dari analisis bukti-bukti Prasasti diatas, dapat ditarik hipotesis bahwa untuk menunjukkan eksistensi sebagai seorang penguasa raja agung di Tatar Sunda ini, baru berani untuk membuat suatu Prasasti  bila sudah mampu membuat parit.  Bukan membuat Candi atau suatu bangunan khusus," ungkap Anton.

Padahal, lanjut Anton, di Tatar Sunda banyak juga ditemukan Candi tapi tidak diketahui siapa pembuatnya. Karena membuat candi mungkin bukan merupakan sebuah prestise atau kebanggaan khusus bagi tradisi masyarakat Sunda saat itu.

"Tapi jika sudah mampu menggali Parit, terutama Parit pertahanan pasti akan jadi sebuah catatan, karena merupakan prestise dan kebanggaan besar pada era budaya Sunda saat itu.
Makanya penemuan Goa Mahar di Jahyang  sebagai suatu prasyarat untuk dapat diterimanya seorang laki-laki sebagai  menantu dari seorang Penguasa. Hal itu menguatkan bahwa budaya  Parit ini menunjukan sebuah budaya Khas penguasa Raja-raja Tatar Sunda," ujar Anton.

Memang, sambung Anton, keunggulan budaya Parit ini bila dilihat sepintas saja pasti akan membuat bingung. Tapi kalau kita cermati lebih jauh, baru bisa dipahami sebab Parit itu ternyata multi fungsi.  

Mantan Kapolda Jabar itu mengungkapkan fungsi parit antara lain untuk kesejahteraan rakyat, yakni sebagai jalur pengairan pertanian. Kemudian sebagai  tempat pembuangan air untuk mencegah banjir. 

Kemudian, sambung Anton, parit juga merupakan tempat  penyerapan air. 

" Belanda mungkin dulu untuk mengeringkan tanah-tanah di negerinya dari 3 sungai utama menjadi 162 parit anak sungai  diabad ke 17, tidak menutup kemungkinan berkolaborasi dengan ilmu parit nya Tatar Sunda," ujar Anton. 

Anton melanjutkan, parit juga merupakan sarana pertahanan untuk perang, tepatnya menyimpan perbekalan dan tempat persembunyian. Hal itu, lanjut Anton, bisa dilihat dari fakta sejarah bahwa Amerika yang Super Power saja kalah perang di Vietnam karena tentara Vietnam menggunakan parit bawah tanah sebagai sarana pertahanan sehingga aman dari serangan bom. 

"Perang Khandaq dalam strategi Islam juga konon kabarnya belajar dari Pasukan Hindi yang berasal dari Jawadwipa. Dan berbicara budaya Parit paling fenomenal di Tatar Sunda, adalah Parit Galunggung yang sekarang dikenal sebagai Batu Mahpar Galunggung di Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya," ujar Anton 

Terkait Goa Parit Jahyang, lanjut Anton, menurut cerita masyarakat, dulu juga Divisi Pasukan Resimen Pelopor 33 divisi X  Sukapoera sebagai salah satu pasukan cikal bakal Divisi Siliwangi di tahun 1945 pimpinan L Tobing bermarkas di Jahyang. Pasukan itu menjadikan Goa-goa yang ada disana sebagai pusat pertahanan.

"Bahkan Jenderal AH Nasution, Umar Wirahadi Kusuma, Didi Kartasasmita , Kolonel Rusadi dan lainnya pernah menginjakan kaki merumuskan teori Perang Griliya di Jahyang," ungkap Anton.

Sehingga, sambung Anton, fungsi Gua Parit yang ada di Jahyang tersebut sangat beragam. Namun yang paling penting  sesungguhnya adalah hubungan antara Goa dengan Batu Melingkar yang ada saat ini.

" Apakah sebagai tempat bersuci, jadi sebelum ke Cirkle Stone harus bersuci dulu di air Goa. Atau merupakan jalan tembus untuk mendapatkan mahar itu sendiri?" ujar Anton.

"Tapi apapun juga ceritranya, dengan diketemukannya Goa Parit di Jahyang tersebut semakin memperkaya dan memperkuat warisan budaya Sunda, disamping seribu misteri yang harus di ungkap kita semua dari berbagai disiplin ilmu terkait tentunya. Tantangan yg harus kita jawab bersama," pungkasnya.

Quote