Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI sekaligus Tokoh Nasional, Prof. Rokhmin Dahuri, menyoroti Penunjukan Prof. Dr. Arif Satria sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dalam pernyataan resminya, Prof. Rokhmin Dahuri tidak hanya menyampaikan ucapan selamat, tetapi juga menegaskan bahwa amanah ini adalah titik balik sejarah bagi arah riset dan inovasi Indonesia.
Dalam pernyataannya, Rektor Universitas UMMI Bogor ini menegaskan penunjukan Arif Satria bukan sekadar rotasi jabatan, melainkan momentum besar untuk menjadikan BRIN sebagai motor penggerak ekosistem riset dan inovasi nasional.
“Saya percaya dengan integritas dan kapasitas kepemimpinan beliau, BRIN bisa menjadi institusi riset yang betul-betul strategis untuk kemajuan bangsa,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri saat wawancara bersama Radio elshinta edisi sore, dikutip Rabu (12/11).
*Tiga Tantangan Besar BRIN di Tangan Arif Satria*
Menteri Kelautan dan Perikanan 2001-2004 itu juga mengingatkan adanya tiga tantangan besar yang harus segera dijawab oleh Arif Satria:
1. Menjadikan Kebijakan Publik Berbasis Ilmu Pengetahuan (Science-Based Policy).
Tidak ada negara maju yang bertumpu pada intuisi atau coba-coba. Semua kebijakan harus berlandaskan riset, data, dan teknologi. BRIN harus tampil sebagai pusat otak bangsa, memastikan arah pembangunan nasional benar-benar berbasis sains.
2. Mengangkat Riset ke Level Inovasi Nyata.
Banyak penelitian Indonesia sudah sampai tahap prototipe, namun gagal naik kelas menjadi produk teknologi yang digunakan industri dan masyarakat. BRIN harus menjadi jembatan sinergi antara akademisi, industri, pemerintah, dan dunia usaha, agar riset tidak berhenti di laboratorium, melainkan hadir sebagai solusi nyata bagi rakyat.
3. Mendorong Reputasi Global Melalui Publikasi Internasional.
Inovasi Indonesia harus menembus jurnal internasional bereputasi tinggi (Q1). Hal ini bukan hanya soal reputasi akademisi, tetapi juga pengakuan global bahwa teknologi Indonesia layak dikembangkan, dilindungi, dan dimanfaatkan dunia.
Guru Besar Fakultas Kelautan dan Perikanan IPB University ini menekankan, kepemimpinan BRIN membutuhkan fokus, konsistensi, dan keberlanjutan. Jika BRIN kuat, maka riset hidup, industri tumbuh, daya saing meningkat, dan kesejahteraan rakyat bisa diwujudkan.
*Momentum Sejarah*
Penunjukan Arif Satria disebut Rokhmin sebagai momentum sejarah: sebuah kesempatan emas untuk menjadikan BRIN bukan sekadar lembaga riset, melainkan penggerak utama masa depan bangsa.
“Saya optimistis dengan penunjukan beliau. Tinggal bagaimana kita semua mendukung, dan bagaimana beliau menjaga fokus serta konsistensi agenda strategis BRIN ke depan,” tutupnya.
Usai pelantikan, Arif Satria menyampaikan keputusan penting: dirinya akan mundur dari jabatan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk sepenuhnya fokus memimpin BRIN. Langkah ini disebutnya sebagai bentuk tanggung jawab moral dan profesional agar kepemimpinan BRIN berjalan optimal.
“Saya akan mengundurkan diri dari jabatan Rektor IPB. Amanah sebagai Kepala BRIN membutuhkan fokus penuh, konsistensi, dan dedikasi total. Saya ingin memastikan BRIN benar-benar menjadi motor riset dan inovasi bangsa,” tegas Arif.
*Agenda Strategis BRIN*
Dalam pernyataannya, Arif menegaskan sejumlah agenda strategis yang akan menjadi prioritas kepemimpinannya:
- Menjadikan kebijakan publik berbasis sains (science-based policy).
- Meningkatkan kapasitas riset agar hasil penelitian naik kelas menjadi inovasi nyata.
- Mendorong publikasi internasional bereputasi tinggi (Q1) untuk mengangkat nama Indonesia di panggung global.
- Membangun sinergi antara akademisi, industri, pemerintah, dan dunia usaha.
*Babak Baru Bagi Arah Riset Dan Inovasi Indonesia*
Pelantikan Prof. Dr. Arif Satria oleh Presiden Prabowo Subianto menandai era baru riset dan inovasi Indonesia. Dengan fokus penuh pada BRIN, Arif diharapkan mampu membawa Indonesia menuju kemandirian teknologi, daya saing global, dan kesejahteraan rakyat.
Presiden Prabowo Subianto secara resmi melantik Prof. Dr. Arif Satria sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam sebuah upacara kenegaraan yang penuh khidmat di Istana Negara, Jakarta.
Pelantikan ini menandai babak baru bagi arah riset dan inovasi Indonesia, sekaligus menegaskan komitmen pemerintah untuk menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai fondasi pembangunan bangsa.
Upacara pelantikan berlangsung dengan penuh wibawa, dihadiri oleh jajaran menteri, pejabat tinggi negara, serta tokoh akademisi.
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menekankan pentingnya BRIN sebagai motor penggerak riset dan inovasi nasional, yang akan menjadi tulang punggung daya saing Indonesia di era global.
“BRIN harus menjadi otak strategis bangsa. Dengan kepemimpinan Prof. Arif Satria, saya yakin riset dan inovasi Indonesia akan naik kelas, menjadi kekuatan nyata yang menopang pembangunan nasional,” ujar Presiden Prabowo.
Pelantikan ini dipandang sebagai momentum sejarah bagi arah riset Indonesia. Dengan mundurnya Arif dari IPB, publik menilai langkah tersebut sebagai bukti keseriusan untuk menjadikan BRIN bukan sekadar lembaga riset, melainkan pusat otak bangsa dan motor peradaban baru.
“Kalau BRIN kuat, riset kita hidup. Kalau riset hidup, industri tumbuh. Kalau industri tumbuh, daya saing meningkat. Dan kalau daya saing meningkat, kesejahteraan rakyat bisa diwujudkan,” ujar Arif penuh optimisme.

















































































