Ikuti Kami

ASN Nekat Mudik, Hendi: 100 Persen Tak Dapat TPP

Sanksi pemotongan tambahan penghasilan pegawai (TPP) sebesar 100 persen alias tidak mendapatkan TPP.

ASN Nekat Mudik, Hendi: 100 Persen Tak Dapat TPP
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi (Hendi).

Semarang, Gesuri.id - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi (Hendi) menegaskan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang nekat mudik mendapatkan sanksi pemotongan tambahan penghasilan pegawai (TPP) sebesar 100 persen alias tidak mendapatkan TPP.

“Kita sudah buat edaran ASN dilarang mudik apapun alasannya. Kalau saat sidak ada yang mudik ataupun ada warga yang melapor bulan depan TPP akan saya potong 100 persen, jadi biar nggak dapat TPP,” tegasnya.

menguatkan pernyataan Hendi, Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kota Semarang Litani Satyawati mengatakan, Pemkot Semarang telah menerbitkan Surat Edaran Nomor B/1637/860/IV/2021 tentang pembatasan berpergian ke luar daerah dan/atau mudik bagi ASN dalam masa pandemi. 

Baca: Larangan Mudik 2021, Ini Tanggapan Ganjar

“Pemkot sudah mengeluarkan edaran, kami melarang keras teman-teman ASN ini untuk mudik,” tegasnya.

Selain larangan mudik, lanjut Litani, ASN tidak boleh mengajukan cuti selama periode tersebut, kecuali cuti melahirkan dan cuti sakit.

”Untuk cuti hanya boleh cuti sakit atau melahirkan, kepala dinas sudah kita imbau tidak memberikan cuti pada tanggal berhimpitan atau Idul Fitri,” katanya.

Disisi lain Hendi kembali memberlakukan work from home (WFH) sebanyak 50 persen.

Kebijakan ini berlaku mulai 1 Mei mendatang, setiap organisasi perangkat derah (OPD) nantinya akan mengatur sistem WFH dan bekerja di kantor.

“Nanti OPD yang akan mengatur 50 persen WFH dan bekerja dari kantor, kita lihat saat ini mulai kruntelan lagi seperti Covid-19 sudah nggak ada, makanya akan kita kurangi,” katanya.

Baca: Beda Dengan Wapres, Ganjar Minta Santri Tak Mudik

Menurut dia, cara ini dilakukan untuk mengurangi penularan kasus Covid-19 di lingkungan pemerintahan. 

Selain itu Hendi memaparkan tentang perlunya menyempurnakan protokol kesehatan dari 5M menjadi 6M, dengan menambahkan munajat atau membaca doa sebagai hal yang juga penting dilakukan di masa pandemi COVID-19 yang belum usai saat ini. 

Pasalnya, menurut Hendi, persoalan Covid-19 bukan hanya tentang menjaga fisik saja, tetapi juga menjaga pikiran dan hati untuk tetap optimistis.

“Di Semarang, kami menggalakkan gerakan Jarik Masjid (Jumat Resik – Resik Masjid) serta berupaya menegakkan protokol kesehatan, tidak hanya 5M, tetapi 6M, yaitu M yang ke-6 adalah membaca doa atau munajat,” terang Hendi. “Insya’ Allah dengan pertolongan Allah kita semua bisa terus mendapatkan perlindungan di tengah wabah Covid-19 saat ini,” tandasnya.

Quote