Ikuti Kami

Bunga Tabebuya Bermekaran di Surabaya, Risma Dipuji

Risma membuat Kota Surabaya semakin dikenal dengan bermekarannya bunga pohon tabebuya di sejumlah titik di Kota Pahlawan.

Bunga Tabebuya Bermekaran di Surabaya, Risma Dipuji
Bunga pohon tabebuya yang mekar di sejumlah titik di Kota Pahlawan.

Surabaya, Gesuri.id - Anggota DPRD Jawa Timur Agatha Retnosari mengapresiasi Wali Kota Tri Rismaharini yang membuat Kota Surabaya semakin dikenal dengan bermekarannya bunga pohon tabebuya di sejumlah titik di Kota Pahlawan.

“Kebijakan Risma sangat luar biasa dan terbukti sekarang ini menjadi sorotan publik dengan mekarnya tabebuya,” ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Kamis (29/11).

Baca: Presiden Sebut Tol Merak-Banyuwangi Terealisasi Akhir 2019

Tabebuya adalah jenis tanaman yang berasal dari negara Brazil, termasuk jenis pohon besar dan seringkali kebanyakan orang menyebutnya sebagai tanaman Sakura, karena bila berbunga bentuknya mirip seperti bunga Sakura.

Pohon Tabebuya memiliki kelebihan, di antaranya daunnya tidak mudah rontok, pada saat musim berbunga, maka bunganya terlihat sangat indah dan lebat, akarnya tidak merusak rumah atau tembok walau berbatang keras.

Pohon yang bunganya bermekaran di bulan November itu juga memiliki struktur ranting yang rindang, serta pohonnya tak terlalu tinggi. Pohon tersebut berfungsi untuk penyerapan karbon serta polusi kendaraan.

Menurut dia, keberadaan bunga-bunga dan banyaknya pepohonan di Surabaya membuat warga semakin betah tinggal dan mengurangi tingkat kebosanan menjalankan aktivitas.

“Harus diakui adanya bunga-bunga di jalan sungguh menenteramkan jiwa, bisa mengurangi tingkat stres karena tekanan pekerjaan,” ucap anggota Fraksi PDI Perjuangan tersebut.

Baca: Risma Motivasi Anak-anak eks Lokalisasi Dolly

Selain itu, bagi kota sebesar Surabaya dengan penduduk lebih dari tiga juta jiwa memang memerlukan banyak ruang untuk relaksasi warga, seperti ruang terbuka hijau dan persebaran tanaman.

“Jika tak ada ruang untuk mengambil jeda di tengah kompetisi yang keras, tingkat stres warga akan meningkat. Masyarakat menjadi tidak bahagia, keluarga tidak bahagia, ujung-ujungnya anak-anak dirugikan,” katanya.

Quote