Ikuti Kami

Cornelis Minta Orang Dayak Harus Kembali ke Jati Diri! 

Orang Dayak jangan sampai terhanyut akan karakter dan jatidiri yang tidak sesuai dengan kebudayaan asli Bangsa Indonesia.

Cornelis Minta Orang Dayak Harus Kembali ke Jati Diri! 
Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Dapil Kalimantan Barat (Kalbar) 1, Cornelis.

Pontianak, Gesuri.id - Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Dapil Kalimantan Barat (Kalbar) 1, Cornelis mengatakan, penetapan Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai Ibu kota Negara (IKN) Indonesia, mesti dibarengi kesadaran kolektif Dayak kembali pada karakter dan jati diri.

“Orang Dayak jangan sampai terhanyut akan karakter dan jatidiri yang tidak sesuai dengan kebudayaan asli Bangsa Indonesia," ujar Cornelis, baru-baru ini.

“Dalam berkarakter dan berperilaku, Dayak harus bersandarkan kebudayaan asli Bangsa Indonesia yang dalam aplikasinya kaya akan substansi keharmonisan, perdamaian, cinta kasih, menghargai kemanusiaan, keberagaman, keseimbangan hidup dengan alam, mengutamakan kearifan, kebijaksanaan, toleransi dan sejenisnya,” ujar Cornelis.

Menurut Gubernur Kalimantan Barat dua periode itu, kembali pada karakter dan jatidiri, bukan berarti Dayak mesti hidup pada era di luar sejarah besar peradabannya. Karena pada zaman dulu, Dayak tidak pernah suka memamerkan kesaktian dan kebebalan di hadapan publik pada forum yang tidak pada tempatnya.

Bukan juga berarti Dayak harus hidup bertapa di gua, untuk menimba ilmu kebal. Bukan berarti generasi muda Dayak melawan orangtua, karena merasa hebat setelah memperoleh ilmu kebal dari bertapa di dalam gua.

Baca: Cornelis Berjuang Tuntaskan Permasalahan Lahan Desa Sigoler

Hal tersebut justru merupakan bentuk pengingkaran terhadap ideologi masyarakat Dayak, yakni hormat dan patuh kepada leluhur, hormat dan patuh kepada orang tua, serta hormat dan patuh kepada negara.

"Masyarakat Dayak yang mampu memahami dan menghayati kebudayaan Dayak, tidak akan pernah menunjukkan kehebatan di depan publik pada proporsi tidak sebenarnya," ujar Cornelis. 

Langkah itu, ujar Cornelis, mungkin di kalangan internal ada yang berpendapat menunjukkan kehebatan Dayak di mata masyarakat luar.

Tapi di situlah sebetulnya, kata Cornelis, menunjukkan Suku Dayak serba tertinggal dalam mengikuti perkembangan teknologi inovasi modern.

Karena persenjataan kekinian sudah menggunakan sistem laser dan peluru kendali atau rudal dengan  daya jelajah di atas 200 kilometer yang tidak akan mungkin mampu hanya dihadang menggunakan ilmu kebal dan ilmu kesaktian orang Dayak.

"Kembali pada karakter dan jatidiri, artinya menjadikan kebudayaan Dayak sebagai filosofi etika berperilaku melalui proses akselerasi, kapitalisasi modernisasi budaya dalam pembangunan," ujar Cornelis. 

"Artinya hal-hal yang tidak sesuai dengan kehidupan modern, harus ditinggalkan dan hal-hal yang positif dijadikan filosofi hidup, agar Suku Dayak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman," sambung Politisi PDI Perjuangan itu. 

Pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia dari Jakarta ke Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, menurut Cornelis, mesti dibarengi kemampuan masyarakat Suku Dayak menyuarakan aspirasi secara ilmiah dari aspek anthropologi  dan sosiologi berdasarkan sudut pandang Kebudayaan Dayak.

Dikatakan Cornelis, kalau Suku Dayak tidak memiliki konsep secara ilmiah, maka kita tidak akan didengar.

Demikian pula, jika seandainya masih terjadi polemik di kalangan internal Dayak akan dugaan organisasi kemasyarakatan tertentu, mau tidak mau, harus diselesaikan dari sudut pandang Kebudayaan Dayak secara ilmiah. Tidak bisa ditangani dengan otot atau demonstrasi.

Cornelis mengatakan, kebudayaan akan dibentuk seperti apa, sangat tergantung dengan pilihan masyarakatnya.

Jika masyarakat menginginkan kebudayaan yang berkarakteristik religius, maka dasar yang harus dikedepankan adalah nilai-nilai religius, spiritual dan sebagainya.

Oleh karena itu dapat dipahami bahwa secara esensial kebudayaan itu sangat tergantung dengan keinginan masyarakat pemangku kebudayaan bersangkutan.

Baca: Lasarus & Ketua DPC Banteng Landak Serahkan Tali Asih Puan

Kebudayaan merupakan kekayaan esensial yang tidak hanya manusia individu sendiri-sendiri, tetapi pula sebagai kelompok sosial, bangsa dalam peranannya memberi nilai-nilai. Kebudayaan merupakan jantung hidup masyarakat.

"Dari pemahaman inilah kita mesti mampu menyuarakan aspirasi dalam pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia ke Provinsi Kalimantan Timur. Berpikir dan bertindaklah secara ilmiah, agar kita diperhitungkan. Terus tingkatkan kualitas jaringan infrastruktur Kebudayaan Dayak,” kata Cornelis.

Cornelis menuturkan, kembali pada karakter dan jatidiri bangsa, dengan mencintai dan merawat Kebudayaan Dayak, sebagai wujud nyata mendukung Program Nawacita, yaitu berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan berkarakter secara budaya.

Pemerintah kemudian menerbitkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017, tentang: Pemajuan Kebudayaan. Dimana ditegaskan, masyarakat Indonesia harus berkarakter dan berjati diri didasarkan kebudayaan asli Indonesia.

"Itu, artinya, orang Dayak harus berkarakter dan berjatidiri sesuai Kebudayaan Dayak," ujar Cornelis.

Quote