Ikuti Kami

Follow Up Gernas PIP, Andreas Geber Urban Farming

Gotong-royong & kekompakanakan membangkitkan kekuatan sehingga ancaman inflasi pangan yang semakin nyata dapat diminimalisasi.

Follow Up Gernas PIP, Andreas Geber Urban Farming
Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah), Andreas Eddy Susetyo (kedua kiri) dan Gubernur Jatim Kofifah Indar Parawansa, saat kick off Gernas PIP.

Malang, Gesuri.id - Setelah diluncurkannya sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (Gernas PIP), masyarakat dan pemangku kepentingan diminta mengambil peran masing-masing dan berpartisipasi aktif demi mengamankan ketahanan pangan. 

Gotong-royong dan kekompakan secara nasional akan membangkitkan kekuatan sehingga ancaman inflasi pangan yang semakin nyata dapat diminimalisasi.

“Pekan lalu kita sudah kick off Gernas PIP di Kota Malang sekarang sudah bergulir. Saatnya kita mengambil inisiatif untuk mensukseskan program pengendalian harga pangan tersebut. Mulai dari jajaran pemerintahan, akademisi, media, petani, kelompok profesional, sampai kaum ibu bisa dan sangat diharapkan partisipasinya,” kata anggota Komisi XI DPR RI, Andreas Eddy Susetyo di Malang, Sabtu (13/8).

Baca: Dampak Resesi Ekonomi Dunia, DPR Ingatkan Inflasi Pangan

Sebelumnya Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP & TPID) menyatakan berkomitmen dalam menjaga terkendalinya inflasi nasional. Hal tersebut diwujudkan melalui Gernas PIP pada 10 Agustus 2022. 

Gernas PIP ini menjadi langkah komitmen bersama untuk mengoptimalkan langkah-langkah pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi. 

Tujuannya adalah mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan berdampak nasional. Kegiatan ini mencakup perluasan kerjasama antar daerah, komitmen penyelenggaraan operasi pasar daerah rentan gejolak inflasi di wilayah jawa, serta implementasi gerakan urban farming dan digital farming

Menindaklanjuti Gernas PIP tersebut, Andreas menyalurkan sebanyak 77.000 bibit cabai dan 5 ton pupuk alami untuk program urban farming di Kota Malang dan sekitarnya. Mengapa dipilih cabai? Karena komoditas ini menjadi salah satu pendorong kenaikan inflasi.

Jika mulai ditanam sekarang maka 6-7 bulan ke depan sudah berbuah dan bisa dikonsumsi sehingga akan mengurangi beban pengeluaran rumah tangga untuk belanja cabai. Selain cabai, masyarakat harus berkreasi memanfaatkan lahan secara maksimal untuk menanam komoditas lain seperti sayuran dan buah-buahan.

“Masyarakat perlu dilibatkan dalam menggelorakan semangat kegotongroyongan untuk mengendalikan inflasi pangan dimulai dari tingkat rumah tangga seperti program urban farming ini. Sebab, kekompakan Pemerintah Daerah dan Pusat serta sinergi, kemudian kolaborasi berbagai pihak akan menjadi modal utama dalam mengatasi permasalahan inflasi,” ujar Andreas. 

Baca: Andreas: Gotong Royong Jadi Modal Sosial Kendalikan Inflasi

Di sektor pertanian, anggota DPR dari Dapil Malang Raya ini mengingatkan agar diarahkan pada digtalisasi, memperkuat riset dan memaksimalkan potensi lahan sesuai dengan kecocokan tanaman. 

“Ketersediaan lahan yang cukup luas di negara kita sekarang menjadi incaran industri digital farming. Kita harus melakukan lompatan dengan sistem digital farming karena dengan sistem ini  bisa mengetahui misalnyab berapa jumlah tanaman yang harus ditanam pada suatu lahan. Selain itu, kondisi tanahnya seperti apa, berapa pupuk yang akan digunakan, bahkan bisa mengetahui tren preferensi konsumen sehingga petani dapat memproduksi produk-produk pertanian yang disukai pasar. Bahkan banyak pula mesin-mesin pertanian telah dilengkapi dengan citra foto satelit, sehingga bisa memprediksi iklim, kondisi tanah, cuaca, dengan akurasi dan presisi tinggi,” ungkap Andreas.

Quote