Ikuti Kami

Kemarahan Presiden Jokowi, Kemarahan Demi & Untuk Rakyat

Presiden berhak marah dan harus marah karena target kerja kabinet di saat krisis jauh di bawah target.

Kemarahan Presiden Jokowi, Kemarahan Demi & Untuk Rakyat
Ilustrasi. Kemarahan Presiden Jokowi.

Jakarta, Gesuri.id - Politikus PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) menanggapi kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)  saat rapat bersama para Menteri dan sejumlah lembaga negara, baru-baru ini. 

Dalam program talkshow di sebuah stasiun televisi swasta, Ansy menerangkan bahwa Presiden berhak marah dan harus marah karena target kerja kabinet di saat krisis jauh di bawah target.

Baca: Evaluasi Kinerja Menteri, Momentum Seperti Ini Tepat

"Penyebabnya, serapan anggaran rendah. Padahal refocusing kegiatan dan realokasi anggaran sudah dilakukan," ujar Anggota Komisi IV DPR-RI itu. 

Ansy melanjutkan, serapan anggaran rendah berarti program belum sampai ke rakyat, alias rakyat belum dapat apa-apa.

Sehingga, wajar Presiden marah. Malah justru aneh jika Presiden tidak marah, sebab bisa diartikan Presiden mati rasa  pada jerit-tangis rakyat

"Jadi, kemarahan Presiden Jokowi adalah kemarahan demi rakyat dan untuk rakyat," ujar Ansy.

Ansy melanjutkan, substansi pesan kemarahan Presiden kuat pesan keberpihakannya pada rakyat.

Buktinya, Presiden instruksikan memberikan perhatian pada UMKM, sektor padat karya, industri manufaktur dan kesehatan.

"Dengan demikian, saya memaknai kemarahan Presiden adalah STATESMENSHIP ANGER (KEMARAHAN KENEGARAWANAN), marah ala negarawan karena peduli pada rakyat," ujar Ansy. 

Dan Ansy menilai kritik terhadap murka Presiden sebagai Political Anger atau Kemarahan Politik.

"Maksudnya, bacaan atau interpretasi politis para analis dan lawan politik terhadap murka Presiden, dan sah dalam demokrasi," ujar Ansy.

Dan, lanjut Ansy, dalam kemarahan itu inheren dua unsur, yaitu unsur apologi, sekaligus evaluasi menuju transformasi.  

Apologi berarti secara implisit Presiden mengakui kelemahan/kekurangan dalam kerja kabinet, sekaligus permohonan maaf pada rakyat karena belum kerja optimal.

"Sedangkan evaluasi menuju transformasi maksudnya agar kemarahan memacu perbaikan kualitas kerja kabinet," ujar Ansy. 

Ansy juga menilai kemarahan Presiden kali ini menjadi simbol runtuhnya tradisi idealisasi Istana.  

Maksudnya, selama ini yang diberitakan dari Istana adalah selalu hal-hal baik, tanpa cacat-cela alias sempurna (perfect).

Baca: Masinton Anggap Wajar Saja Presiden Jokowi Marah 

"Presiden Jokowi justru berani bilang sebaliknya, istana dan pembantunya belum bekerja baik, masih banyak kurangnya," ujar Ansy.

Presiden tidak mau bermain pada level hipokrisi.  Dia justru bicara jujur  berdasarkan fakta, bahwa kerja masih jauh dari optimal, maka harus diperbaiki. 

Kemudian soal resuffle, Ansy menilai hal itu sepenuhnya hak prerogatif Presiden.

"Lakukan berdasarkan evaluasi objektif atas dasar meritokrasi," pungkasnya.

Quote