Ikuti Kami

Kent Beri Bantuan ke Balita Stunting di Kembangan

Bang Kent ini memberikan langsung bantuan berupa beras 5 kg, telor, biskuit, sarden, dan susu UHT.

Kent Beri Bantuan ke Balita Stunting di Kembangan
Anggota DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth memberikan bantuan kepada balita stunting di tiga daerah wilayah Kembangan, yaitu di Jalan H. Nabet RT 005 RW 009, Kampung Pasar Minggu RT 004 RW 001, dan Jalan Raya Kembangan RT 009 RW 001.

Pria yang akrab disapa Bang Kent ini memberikan langsung bantuan berupa beras 5 kg, telor, biskuit, sarden, dan susu UHT. Adapun bantuan tersebut berasal dari hasil gaji pribadinya sebagai anggota dewan.

Kent menambahkan bantuan ini menjadi upaya percepatan pengentasan masalah stunting di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, saat ini angka stunting di Indonesia masih sekitar 21,52%, atau hanya menurun 2,9% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 24,4%. Padahal, pemerintah telah menargetkan angka stunting 14% di tahun 2024.

Baca: Megawati Ajak Kaum Perempuan Indonesia Bersatu Cegah Stunting

"Saya kembali mengunjungi sejumlah anak yang mengalami gizi buruk untuk memberikan bantuan, kali ini di wilayah Kembangan. Saya hanya berniat membantu pemerintah dalam melakukan percepatan pengentasan permasalahan stunting, di wilayah-wilayah yang belum mendapatkan bantuan. Stunting ini tidak boleh dianggap remeh, akibat dari stunting bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, tetapi juga berpengaruh ke perkembangan intelejensia anak-anak," papar Kent dalam keterangannya, Senin (17/7).

Lebih lanjut, Kent menjelaskan pengentasan stunting juga menjadi salah satu program prioritas PDIP yang harus ditindaklanjuti. Hal itu berdasarkan arahan dari Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, yang meminta para kader PDI Perjuangan bergotong royong mengentaskan permasalahan kemiskinan dan stunting.

"Sesuai perintah Ibu Ketum Megawati Soekarnoputri, seluruh kader PDI Perjuangan harus turun dan peduli kepada masyarakat, terutama kepada balita-balita yang menderita gizi buruk. Saya sebagai kader harus peka dan sensitif terhadap masalah stunting ini. Pesan Ibu Ketua Umum supaya kita sebagai kader tidak boleh hitung-hitungan dalam membantu masyarakat yang membutuhkan, karena sebab itulah saya kembali hadir memberikan bantuan dengan aksi nyata dan berusaha menerjemahkan permintaan Ibu Ketum Megawati ini," paparnya.

Oleh karena itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) DPD PDI P Provinsi DKI Jakarta ini pun meminta setiap pemerintah kota agar lebih peka dan sensitif terhadap kondisi masyarakat di wilayahnya, terutama terkait balita yang terkena stunting.

Pasalnya, kata Kent, dampak stunting sangat signifikan. Menurutnya, penanggulangan stunting ini harus menjadi perhatian khusus di setiap pemerintah kota di DKI Jakarta. Terlebih yang terdampak adalah para balita yang merupakan generasi masa depan bangsa.

Ketua IKAL (Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI) PPRA Angkatan LXII ini pun menjelaskan faktor penyebab stunting bukan hanya soal asupan nutrisi, namun pengetahuan orang tua terhadap bahaya stunting, infeksi berulang, hingga sanitasi yang kurang baik.

"Ini temuan saya langsung di lapangan ya, saya melihat rata-rata balita yang terdampak stunting ini adalah kurang adanya kesadaran dari orang tuanya dalam menjaga kebersihan dan sanitasi, tidak adanya MCK serta lingkungan tempat tinggal yang kurang dari pencahayaan matahari. Seharusnya Pemkot paham permasalahan ini bahwa masyarakat harus mendapatkan edukasi pengetahuan terhadap kebersihan dan sanitasi yang layak, yang belum mempunyai MCK yah harus di akomodir dan dibuatkan," bebernya.

Kent menyampaikan pemkot harus melakukan mapping terhadap daerah-daerah permukiman padat penduduk yang kebersihannya kurang terjaga. Pemkot juga diminta melakukan edukasi terhadap bahaya bahaya stunting dan lingkungan yang kotor. Sebab, lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya bisa memicu munculnya penyakit lainnya, seperti penyakit pernapasan, penyakit kulit dan penyakit berbahaya lainnya.

"Ini harus menjadi bahan evaluasi bagi Pemkot dan Pemprov DKI Jakarta untuk membuat satu program pengentasan stunting ini, selain memberikan bantuan alangkah baiknya kita juga fokus di program pencegahan dini. Program pencegahan dini ini akan menghabiskan anggaran lebih sedikit, jika dibandingkan dengan program pemberian bantuan stunting. Karena pencegahan ini hanya melakukan kegiatan sosialisasi yang lebih murah ongkosnya, jika dibandingkan memberikan bantuan yang otomatis akan melakukan pembelian barang-barang pokok," tutur Kent.

Kent pun mengapresiasi kepada camat dan lurah di Kembangan yang telah membantu memberikan data akurat terkait balita yang mengalami stunting. Ia menegaskan akan terus turun langsung untuk membantu balita yang mengalami stunting di wilayah Taman Sari, Grogol Petamburan, Palmerah, Kebon Jeruk, dan Kembangan.

"Saya sangat mengapresiasi camat dan lurah di wilayah Kembangan, yang sudah mau membantu saya untuk memberikan data akurat terkait jumlah balita yang terdampak stunting di wilayahnya. Jadi saya bisa langsung memberikan bantuan door to door dengan tepat sasaran, dan kegiatan ini akan saya terus lakukan jikalau memang saya mengetahui bahwa masih ada balita yang belum mendapatkan bantuan," tuturnya.

Soal dana bantuan terhadap balita stunting, Kent menegaskan dana tersebut menggunakan dana pribadi. Jika diperlukan, bantuan ini juga akan menggunakan dana dari Corporate Social Responsibility (CSR).

"Mekanismenya saya bisa menggunakan dana pribadi, atau bisa nanti pakai anggaran CSR. Pada prinsipnya, saya hanya berniat berbuat baik dan membantu pemerintah, karena saya sadar bahwa untuk melakukan pengentasan stunting ini tidak bisa hanya dilakukan sepihak saja. Semua pihak harus mau bergotong-royong untuk bergerak dan mengesampingkan ego sektoral, dengan harapan permasalahan stunting ini bisa segera teratasi," pungkasnya.

Baca: Ono Targetkan Ganjar Raih 51 Persen Suara di Tanah Pasundan

Sebagai informasi, sebelumnya, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Jakarta sebesar 14,8% pada tahun lalu. DKI Jakarta merupakan provinsi dengan prevalensi balita stunting terendah kedua di Indonesia pada 2022.

Berdasarkan data tersebut, DKI Jakarta mampu memangkas angka balita stunting sebesar 2 poin dari tahun sebelumnya. Pada SSGI 2021, prevalensi balita stunting di provinsi ini mencapai 16,8%. Selain itu, angka stunting di Jakarta berada di bawah ambang batas yang ditetapkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 20%. Data ini mengindikasikan bahwa stunting di DKI Jakarta masih tergolong rendah.

Berdasarkan wilayahnya, terdapat tiga kota di atas rata-rata prevalensi balita stunting DKI Jakarta. Sisanya, tiga kota lainnya berada di bawah angka rata-rata provinsi. Kepulauan Seribu menjadi wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di DKI Jakarta pada SSGI 2022, yakni mencapai 20,5%. Angka ini naik 1,2 poin dari 2021 yang sebesar 19,3%.

Sementara Jakarta Utara menempati peringkat kedua wilayah dengan prevalensi balita stunting terbesar di DKI Jakarta sebesar 18,5%. Posisinya diikuti oleh Jakarta Barat dengan prevalensi balita stunting 15,2%. Di sisi lain, prevalensi balita stunting terendah di ibu kota berada di Kota Jakarta Selatan yakni 11,9%.

Quote