Ikuti Kami

Kent Tegaskan Tugu Sepatu Tak Ada Manfaatnya!

Kent mempertanyakan, apakah pembangunan Tugu Sepatu tersebut benar-benar bertujuan untuk mempercantik atau memang bertujuan untuk beriklan.

Kent Tegaskan Tugu Sepatu Tak Ada Manfaatnya!
Tugu Sepatu di kawasan Jalan Sudirman.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth menilai pembangunan Tugu Sepatu tersebut sangat lucu dan tidak ada manfaat serta arti positif bagi masyarakat Jakarta.

"Tidak ada manfaatnya untuk masyarakat Jakarta membangun Tugu Sepatu seperti itu, apalagi di tengah situasi masyarakat yang serba sulit ekonominya karena terdampak Pandemi Covid-19. Selain itu juga tidak ada essensi dan nilai positifnya," katanya dalam keterangannya, Senin (20/9).

Dia menambahkan, walaupun pembangunan Tugu Sepatu tersebut tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), akan tetapi tidak elok jika membangun tugu tersebut di tengah-tengah kota. Alasannya karena dapat merusak estetika Tata Kota.

Baca: Gunakan Uang Rakyat, Kent: Kembalikan Uang DP Formula E!

"Sekarang kondisi lagi serba sensitif, Masyarakat lagi susah ekonominya karena dampak Pandemi Covid-19 ini. seharusnya Gubernur Anies sadar dan bisa mempunyai empati terhadap perasaan Masyarakat Jakarta, dan Jika sekecil berapapun rupiah yang didapatkan dari CSR atau dari sumber manapun itu betul-betul setiap sen-nya harus bermanfaat dan bisa di pertanggung jawabkan terhadap Masyarakat Jakarta,” jelasnya.

“Pembangunan Tugu Sepatu ini untuk apa tujuan dan esensinya?, Apakah bermanfaat bagi Masyarakat DKI Jakarta?, Coba tolong Pemprov DKI Jakarta silakan membuat kuisioner untuk meminta pendapat kepada Masyarakat Jakarta, Coba tanyakan apakah Masyarakat DKI Jakarta mendukung atau menolak pembangunan Tugu ini, Saya ingatkan, sebaiknya segala bentuk kegiatan atau apapun produk yang akan dibuat dan yang telah di buat, seharusnya bisa melibatkan peran Masyarakat Jakarta di dalamnya. Lakukanlah secara demokratis, Hargai Masyarakat Jakarta, jangan dengan cara Feodal seperti ini". ketus Kenneth yang akrab disapa Kent.

Dia mempertanyakan, apakah pembangunan Tugu Sepatu tersebut benar-benar bertujuan untuk mempercantik kota Jakarta atau memang bertujuan untuk beriklan, tetapi di kemas dalam bentuk pembuatan tugu. Pasalnya, model sepatu yang dibuat menjadi tugu tersebut mirip dengan salah satu merek sepatu tertentu.

"Kemudian Saya juga jadi heran dan bertanya, itu sebenarnya pembangunan Tugu Sepatu tersebut untuk bertujuan beriklan atau bagaimana? Kalau memang untuk tujuannya beriklan, Gubernur Anies harus jujur dan fair dong untuk mengakui itu semua, Jangan membohongi Masyarakat Jakarta dan kalau memang beriklan pasti ada uang kontribusi yang cukup lumayan masuk ke rekening Pemprov DKI Jakarta dan bagaimana pertanggung jawabannya kepada Masyarakat DKI Jakarta terkait Uang Kontribusi tersebut? Jikalau tidak, menurut saya sangatlah aneh, tidak mungkin membangun tugu sepatu tersebut jikalau tidak ada maksud tertentu," ungkapnya

Oleh karena itu, Kent menambahkan, alangkah baiknya jika Pemprov DKI Jakarta membangun tugu atau prasasti Ondel-Ondel Betawi di tengah-tengah Ibu kota yang lebih mempunyai nilai seni dan sejarah, agar kaum milenial bisa belajar dan tidak melupakan sejarah, mengapa Ondel-Ondel menjadi ikon Kota Jakarta.

"Lebih baik membangun Tugu Ondel-Ondel Betawi yang lebih ada artinya, jadi kaum milenial bisa mengetahui histori Ondel-Ondel Betawi kenapa bisa menjadi ikon Jakarta. Buat Tugu Ondel-Ondel Betawi lalu di bawahnya diberi penjelasan mengenai histori-nya, awal mula dikenal Ondel-Ondel dan mengapa jadi kebudayaan dan ikon Kota Jakarta. Di banding membangun Tugu Sepatu yang tidak ada nilai seni, hal positif dan manfaatnya sama sekali, bentuk tugu sepatu tersebut pun aneh kalau di lihat dan terkesan di buat asal-asalan,” katanya.

Dia menjelaskan, penggunaan ruang di Jakarta harus memikirkan manfaat yang bisa di dapat oleh masyarakat. Jangan sampai pembangunan di Jakarta akhirnya malah menimbulkan polemik.

“Jangan seperti ini dong, nyeleneh banget, Kemarin Tugu Bambu di Bundaran HI, kemudian Gabion dan Tugu Sepeda, sekarang Tugu Sepatu, berikutnya apa lagi? Tugu Anies Baswedan?" ujarnya.

Kepala BAGUNA (Badan Penanggulangan Bencana) PDI Perjuangan Provinsi DKI Jakarta ini pun menilai, Anies Rasyid Baswedan tidak terlalu gencar melestarikan kebudayaan Betawi sebagai orang nomor satu di Jakarta itu. Padahal sudah kewajiban kepada Pejabat Daerah untuk melestarikan kebudayaan seperti tertuang di dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2015, Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi.

Kata Kent, dalam Perda Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2015, Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi, tertuang dalam Pasal 1 Nomor 13 'Jatidiri bangsa adalah karakter budaya dan karakter sosial yang menjadi diri pengenal bangsa tertentu' dan Nomor 25 'Ornamen atau arsitektur adalah bangunan atau bagian bangunan atau lambang-lambang atau simbol-simbol mencirikan kebetawian'.

Hal itu dilakukan bertujuan untuk melindungi, mengamankan, dan melestarikan budaya Betawi; memelihara dan mengembangkan nilai-nilai tradisi Betawi yang merupakan jatidiri dan sebagai perlambang kebanggaan masyarakat Betawi dalam masyarakat Jakarta yang multikultural; dan meningkatkan pemahaman kesadaran Masyarakat terhadap kebudayaan Betawi.

Baca: Armuji dan Anas Karno Serahkan Bantuan ke 112 Pelaku UMKM

"Jika Tugu Ondel-Ondel Betawi dibangun hal itu bisa meningkatkan kepedulian, kesadaran, dan aspirasi Masyarakat terhadap peninggalan budaya Betawi, dan bisa membangkitkan semangat cinta tanah air, nasionalisme, dan patriotisme dan Kebanggan terhadap Masyarakat Betawi itu sendiri. Ingat, ini Kota Jakarta, kampungnya orang Betawi, harga diri dan martabat orang Betawi harus dibela dan dijaga," tutur Kent.

Selain itu juga, kata Kent, pelestarian budaya Betawi tertuang di dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI No 11 tahun 2017 tentang ikon budaya Betawi sebagai upaya pelestarian budaya Betawi. Ikon-ikon Betawi apa saja yang wajib dilestarikan, seperti Ondel-Ondel, Kembang Kelapa (Manggar), Gigi Balang, Baju Sadariah, Kebaya Kerancang, Batik Betawi, Kerak Telor, dan Bir Pletok.

"Sebenarnya ikon-ikon Betawi itu banyak sekali filosofinya, seperti Ondel-Ondel yang kita tahu itu lambang kekuatan untuk memelihara keamanan, ketertiban, ketegaran, keberanian, ketegasan, kejujuran, serta anti manipulasi. Lalu Gigi Balang gambaran yang berbentuk gunung melambangkan kegagahan, kekokohan, dan kewibawaan, ada juga Baju Sadariah yang menggambarkan sosok lelaki yang rendah hati, sopan, dinamis, dan berwibawa. Jadi generasi penerus kita bisa mengetahui filosofi-filosofi dari ikon Betawi tersebut, jangan malah membangun Tugu Sepatu yang enggak ada manfaatnya sama sekali, jika mau melakukan Gerakan Kolaborasi bukan seperti ini caranya, Kalau mau memuliakan Masyarakat Betawi, harus di lakukan dengan Gerakan nyata, supaya semua Masyarakat Betawi yang berada di DKI Jakarta bisa merasa bangga, senang dan merasakan manfaatnya. hal-hal kecil sebenarnya bisa dilakukan untuk melakukan Gerakan ini, yaitu salah satunya memperbanyak membangun Tugu Ondel-Ondel di sudut-sudut Ibukota. Supaya bisa mengedukasi Masyarakat, terutama anak-anak muda. Supaya tidak Lupa akan Sejarah Kebudayaan Betawi" tutup Kent.

Quote