Ikuti Kami

Koster Ingin Jadikan Pulau Dewata Contoh Transisi Energi di Indonesia

Berapa biaya yang diperlukan untuk mewujudkan program itu? Apakah Bali benar-benar sanggup akan merealisasikan keinginan tersebut? 

Koster Ingin Jadikan Pulau Dewata Contoh Transisi Energi di Indonesia

Jakarta, Gesuri.id - Gubernur Bali, I Wayan Koster ingin menjadikan Pulau Dewata sebagai contoh dalam transisi energi di Indonesia. Menurut dia, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap termasuk cara paling realistis dan cepat. 

Berapa biaya yang diperlukan untuk mewujudkan program itu? Apakah Bali benar-benar sanggup akan merealisasikan keinginan tersebut? 

Ketua Asosiasi Panel Surya Abadi (APSA), Gusti Ayu Kade Widhiastari, mengatakan setidaknya perlu biaya sekitar Rp 900 miliar untuk mewujudkan program tersebut. 

Ia menilai Program PLTS Atap seluruh Bali kapasitasnya sangat besar. Terlepas mampu tidaknya PLN untuk memenuhi kapasitas tersebut, penting untuk memberdayakan pengusaha PLTS di Bali agar bersinergi dengan PLN.

Dengan begitu, dapat membuka peluang usaha baru, menyediakan lapangan kerja yang besar. 

Berjalannya program ini diharapkan akan menumbuhkan industri baru di Bali yaitu industri energi hijau. 

"Untuk 100 MW yang disosialisasikan, memerlukan biaya investasi setidaknya Rp 900 miliar," kata Widhiastari, Senin (19/5/2025). 

Widhiastari juga mempertanyakan, siapakah yang akan membiayai semua itu. Lalu apabila ada pembiayaan swasta yang tertarik, bagaimana mekanismenya? 

Menurut dia, dengan adanya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2 Tahun 2024, akan sulit tercapainya program PLTS Atap di Bali, khususnya dalam hal perizinan. 

Peraturan tersebut menjelaskan tentang PLTS Atap yang terhubung pada jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum.

"Kalau tidak salah, 100 mw di 2025. Nah pendaftaran perizinan hanya di Juli dan Januari. Jika tidak terdaftar 100 MW di Juli, maka akan meluncur Januari tahun depan," ujarnya. 

"Bagaimana Pak Gubernur bisa memberikan pengecualian peraturan di Bali, itu yang kita tunggu," sambungnya. 

PLTS Atap saat ini mengacu pada kuota dari Direktur Jenderal Ketenagalistrikan. Widhiastari mengatakan, tahun ini kuota Bali belum sampai 100 MW. Bali sangat tergantung dengan pasokan listrik dari luar pulau. Sebagai daerah tujuan wisata, kebutuhan listrik Bali terus meningkat hingga 16 persen. 

Sebelumnya, Gubernur Bali, I Wayan Koster menyebut kebutuhan energi optimal harian yaitu 1.200 kwh. Sedangkan ketersediaan energi adalah 1.400 kwh.

"Berarti sisa lagi 200 kwh untuk cadangan. Inilah ancamannya karena kebutuhan energi terus bertumbuh. Jadi PLTS Atap harus segera saya galakkan,” ungkap Koster, di Denpasar, Kamis (15/5/2025) lalu. 

Para periode kepemimpinan kedua ini, Koster mengakui bahwa dirinya tidak lagi bisa santai. Harus bergerak cepat dan segera bertindak.

Quote