Ikuti Kami

Mas Ipin Luncurkan Branding Baru Kabupaten Trenggalek

City Branding ini sendiri merupakan bagian dari perencanaan tata kota ke depan.

Mas Ipin Luncurkan Branding Baru Kabupaten Trenggalek
Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin.

Trenggalek, Gesuri.id – Bupati Mochammad Nur Arifin melaunching branding baru daerahnya “TGX Southern Paradise” di Pendopo Manggala Praja Nugraha kantor Pemkab Trenggalek, Sabtu (2/3).

City Branding ini sendiri merupakan bagian dari perencanaan tata kota ke depan yang ditujukan untuk membangun diferensiasi dan memperkuat identitas Kabupaten Trenggalek demi menarik keingintahuan orang terkait Trenggalek.

Dengan branding baru TGX Southern Paradise, Bupati Arifin ingin membangun citra positif Kabupaten Trenggalek. Membedakan Trenggalek dengan kabupaten-kabupaten yang lain demi menarik wisatawan.

Baca: Ganjar Beberkan Banyaknya Koperasi Bobrok di Indonesia

Juga untuk menarik minat investor serta perdagangan dan tentu harapannya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Menurut Mas Ipin filosofinya TGX itu, Trenggalek dengan faktor X. “Kita pengen buktikan Trenggalek dengan faktor X,” kata Mas Ipin usai melaunching City Branding daerahnya.

“Faktor X nya apa? kita bisa berekonomi tanpa harus merusak lingkungan. Makanya logonya kita explore dari kekayaan kita. Ada bukit, kemudian ruang-ruang hijau kita. Kita punya sungai, kita punya ruang ruang seperti laut yang bisa dinikmati tanpa harus di rusak. jadi ini beberapa pesannya,” paparnya .

Kemudian, lanjut dia, harus diaktivasi dengan beberapa event dan juga festival. Warna merah dan hijau merupakan warna-warna dominan di lambang daerah.

Perisai-nya, kalau melihat logo Trenggalek itu warnanya, warna hijau, berarti ketangguhan dan kemakmuran. Terus warna merahnya itu terdapat di pita yang bertuliskan Jwalita Praja Karana, yang artinya bersinar karena rakyat-nya.

Menurutnya, TGX berwarna merah harapannya Trenggalek harus punya faktor X yang kemudian mengungkit maju. Faktor X-nya dipilih, ekonomi yang lestari, ekonomi yang regeneratif.

“Kemudian fungsinya apa? faktor X selanjutnya harus benar-benar bersinar karena rakyat,” imbuh Mas Ipin.

Jadi usahanya bukan hanya top down, tetapi harapannya juga gotong royong semua pihak.

Dia mencontohkan Desa Wisata Watu Agung, di Pandean Dongko yang dulu awalnya konservasi sungai. Kemudian naik statusnya dari konservasi sungai menjadi desa wisata.

Desa wisata itu kemudian ter-rekognisi atau diakui, sebagai 50 desa wisata terbaik se-Indonesia. Kemudian ternyata di dalamnya ada cerita.

Baca: Ganjar-Mahfud Bersilaturahmi ke Kantor KWI

“Terus ceritanya bisa dijual. Dijual jadi apa? Jadi film yang filmnya belum ada 1 bulan tayang, ‘Sinden Gaib’ sudah ditonton 500 ribu orang lebih,” bebernya.

Sekarang, imbuh Mas Ipin, bagaimana kesuksesan di film itu bisa berdampak positif di lapangan. “Terus kita kasih ide, nggak apa-apa ada event atau paket wisata Sinden Gaib. Kita mereproduksi semua adegan adegan di film. Karena semua adegan-adegan di film itu diambil di Trenggalek,” ujar dia.

“Jadi tidak susah untuk melakukan adegan tarian Turonggo Yakso di atas batu, misalnya. Atau kemudian melakukan foto shut videosection dengan videosection Nenek Sarinten dan sebagainya. Semua itu bisa jadi paket wisata yang nanti juga bisa tenar,” tutup Mas Ipin.

Quote