Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VIII DPR RI, Matindas J Rumambi, menjadi narasumber dalam dua kegiatan pelatihan di Kota Palu.
Kedua kegiatan tersebut adalah Pelatihan Pengasuhan Berbasis Pesantren dan Workshop Penyusunan Kurikulum Operasional Madrasah.
Kegiatan tersebut diselenggarakan di Hotel Aston Palu, Jl Wolter Monginsidi, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu.
BaCa: Ganjar Tegaskan Pemuda Harus Benar-benar Siap Hadapi
Dua agenda penting yang juga merupakan bagian dari kunjungan reses masa persidangan 1 tahun 2025-2026 Legislator Fraksi PDI Perjuangan itu merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pelaksanaan Program Peningkatan Mutu Pendidikan Islam.
Matindas J Rumambi menekankan peran penting pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membentuk karakter, kepribadian, dan moral santri.
Pengasuhan berbasis pesantren adalah pendekatan pengasuhan yang berlandaskan nilai Islam, kearifan pesantren, dan prinsip perlindungan hak-hak anak.
“Anak-anak di pesantren adalah amanah yang harus kita jaga dan didik dengan kasih sayang. Seiring perubahan zaman, pesantren juga memerlukan model pengasuhan yang lebih adaptif terhadap kebutuhan anak dan tantangan era modern,” ujar Matindas.
Ia menambahkan, pengasuhan berbasis pesantren memiliki tiga dimensi utama.
Yaitu dimensi spiritual, dimensi sosial-emosional, dan dimensi edukatif.
Pengasuhan di pesantren perlu berprinsip ramah terhadap anak, berbasis nilai keislaman dan keteladanan, kolaboratif, serta menumbuhkan tanggung jawab dan kesederhanaan.
Selain itu, konsep pengasuhan harus memenuhi prinsip hak-hak anak, dalam hal ini santri.
Contohnya, pengasuhan santri non-diskriminatif, berlandaskan kepentingan terbaik bagi anak, memenuhi hak hidup dan berkembang, serta menghargai hak-hak santri dalam menyampaikan pendapat dan pandangannya.
“Pengasuhan bukan hanya tentang mendidik, tetapi juga membentuk generasi muda yang beriman, berakhlak dan menghargai sesama. Dengan kolaborasi dan sinergi antara pengasuh, guru, pemerintah, masyarakat, pesantren dapat menjadi rumah kedua bagi santri, tempat menumbuhkan karakter, akhlak, dan kecerdasan,” jelas Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sulteng itu.
Ia menjelaskan, KOM adalah acuan pelaksanaan pendidikan madrasah yang menekankan tiga hal utama, karakteristik peserta didik, konteks sosial-budaya dan keagamaan, serta menekankan pada potensi lingkungan dan sumber daya madrasah.
Kegiatan yang dihadiri sekitar 100 kepala madrasah, pengurus, dan guru madrasah itu juga menyoroti tantangan penyusunan KOM.
BaCa: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo
Seperti perbedaan kapasitas guru dan keterbatasan sumber daya.
Untuk itu, diperlukan strategi seperti pelatihan, kolaborasi antar madrasah, serta digitalisasi dokumen kurikulum.
“Penyusunan dan implementasi KOM perlu melibatkan guru, kepala madrasah, dan komite. Kurikulum ini bukan sekadar dokumen, tetapi pedoman yang menggambarkan semangat kemandirian, keislaman, dan kebangsaan madrasah,” tutur Matindas J Rumambi.
Matindas berharap, kedua kegiatan itu dapat menjadi ruang pembelajaran dan kolaborasi bagi para pengasuh dan pendidikan dalam memperkuat mutu pendidikan Islam di Sulawesi Tengah.