Ikuti Kami

Membela Israel, Sama Sekali Bukan Membela Kristen

Meski saat ini mayoritas Arab adalah Muslim, namun agama terbesar keduanya adalah Kristen. 

Membela Israel, Sama Sekali Bukan Membela Kristen
Ketua DPN REPDEM (organisasi sayap PDI Perjuangan) Bidang Hubungan Luar Negeri, Ronas Pardianto. (Foto: Istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPN REPDEM (organisasi sayap PDI Perjuangan) Bidang Hubungan Luar Negeri, Ronas Pardianto menegaskan tidak ada relasi antara Kekristenan di Timur Tengah dengan Israel. 

Ronas mengungkapkan jauh sebelum dunia mengenal Kekristenan, termasuk dunia Barat, selain bangsa Yahudi, Armenia, Mesir, Aramean, Yunani, Romawi serta Arab telah masuk dalam generasi awal Krisren Orthodox pada Abad Ke-1 M. Bahkan, meski saat ini mayoritas Arab adalah Muslim, namun agama terbesar keduanya adalah Kristen. 

BacaErdogan Berambisi Kembalikan Kekhilafahan Turki Ottoman

"Dan hingga kini masyarakat Arab-Kristen tersebut selain menjaga Tradisi Gereja sejak 2000 tahun, juga banyak situs sejarah Kekristenan yang dijaga bahkan dirawat oleh mereka sampai sekarang," ungkap Ronas.

Sedangkan, lanjut Ronas, sejarah Kekristenan di kalangan Yahudi meredup, dan sejak berdirinya kembali negara Israel pada 1948 maka praktis tidak ada orang Yahudi berkewarganegaraan Israel yang beragama Kristen. Warga Israel sepenuhnya beragama Yudaisme (Agama Yahudi ). Sedangkan yang beragama Non-Yudaisme berkewarganegaraan Israel (Kristen dan Muslim) adalah orang Arab-Israel.

" Sedangkan komposisi di Palestina sebaliknya adalah orang Arab Kristen & Muslim, dan Yahudi Non-Yudaisme. Serangan Yahudi-Yudaisme selama bertahun-tahun tidak saja menyasar Masjid namun juga Gereja, selain di mata mereka Kristen dianggap Anti-Semit, juga merupakan Goyim yang bukan dalam arti harafiah namun sesungguhnya. Yang intinya derajat di bawah mereka karena mereka meyakini merupakan bangsa pilihan Tuhan dan lainnya bukan," ujar Ronas. 

Di Yerusalem, lanjut Ronas, ada Kepatriarkhatan Orthodox yang bersifat Autosepalus dan Otonomi, karena merupakan bagian dari "Kesejarahan Kristen". Sedangkan Pusat Kekristenan ada di Gereja Katedral Hagia Sophia di Konstantinopel, yang kemudian diubah oleh Turki menjadi Istanbul.

"Dan pada abad ke-11 terbelah menjadi dua yaitu Gereja Katedral Hagia Sophia di Konstantinopel & Gereja Katedral Santo Petrus di Roma. Sedangkan Yerusalem merupakan Pusat Yudaisme, tidak pernah menjadi Pusat Kekristenan," ujar Ronas.

Baca: Ambisi Berkedok Agama Erdogan Luluhlantakkan Libya & Suriah

Jadi, lanjut Ronas, bila ada orang Kristen membela Israel karena dipikir hal itu "membela Kristen", itu sangat keliru. Ronas menegaskan, jauh sebelum HAMAS berjaya di Palestina, telah  ada PLO (Palestinian Liberation Organization) yang sejak berdirinya pada 1964 justru didominasi oleh masyarakat Arab-Kristen yang melawan Yahudi-Yudaisme. Bahkan aneka teror hingga pembajakan pesawat dilakukan oleh masyarakat Kristen Palestina hingga akhir 1980-an, tidak saja oleh Muslim Nasionalis. 

" Kemudian HAMAS berdiri pada 1987 dan menggantikannya hingga saat ini. Jadi bila konflik Israel-Palestina dikaitkan dengan agama, maka sama saja berbicara 'Gerbong Lepas' alias 'Gak Nyambung Bro', "ujar Ronas.

Quote