Ikuti Kami

Ono Surono Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Pesantren

"2 organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni NU dan Muhammadiyah menyebut Islam di Indonesia dengan Islam Nusantara & Islam Berkemajuan"

Ono Surono Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Pesantren
Anggota MPR RI Fraksi PDI Perjuangan Ono Surono

Indramayu, Gesuri.id - Anggota DPR RI, Ono Surono menggelar kegiatan sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Pesantren. Diungkapkan, gotong royong yang merupakan inti dari Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah merupakan juga inti dari ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.

Acara digelar dalam rangka Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika), bertempat di halaman pondok pesantren Laa Tahzan desa Wanguk kecamatan Anjatan kabupaten Indramayu Jawa Barat, beberapa waktu yang lalu.

"Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni NU dan Muhammadiyah menyebut Islam di Indonesia dengan Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan, muaranya sama yakni Islam rahmatal lil alamin, dan itu semua sesuai dengan Pancasila," ujar Ono.

Ono menjelaskan, inti dari Pancasila adalah Gotong Royong, yakni membangun secara bersama-sama tidak membeda-bedakan suku ras dan agama.

Menurut pengurus Ponpes Laa Tahzan dan juga Ketua Lakpesdam NU Indramayu, Edi Fauzi, yang juga sebagai pemateri menambahkan, Indonesia lahir dari hasil kesepakatan para pendiri bangsa dengan latarbelakang beragam, salah satunya KH Hasyim Asyari, pendiri NU.

"Negara ini dibangun atas kesepakatan para pendiri bangsa dengan ideologi Pancasila. Sehingga apabila ada pihak yang mencoba mempertanyakan apalagi ingin mengganti dengan ideologi lain, maka harus kita lawan," tegas Edi, pria yang disebut-sebut akan nyaleg di 2019 melalui PDI Perjuangan ini.

Edi mengungkapkan, misalnya organisasi HTI yang kemarin sudah dilarang, menurutnya tentu jika masih saja merongrong dan memprovokasi untuk mengganti Ideologi Pancasila dengan cara-cara yang beragam, harus segera dilawan.

"Kita harus hati-hati, kita harus paham modus dan motif mereka yang berusaha untuk mengganti Pancasila, karena apa yang diajarkan para pendahulu, para kyai dahulu, kita harus saling menghormati dan bertoleransi, termasuk dengan agama lain," tandasnya.

Acara dihadiri pengasuh Ponpes Laa Tahzan; Bacaleg PDI Perjuangan, Sahali SH; GP Ansor; Banser; para ulama dan tokoh masyarakat setempat, serta masyarakat sekitar.

Kegiatan ditutup dengan kuis pembacaan Pancasila oleh orang tua dan ibu-ibu, kemudian dilanjutkan dengan sholat maghrib berjamaah.

Quote