Ikuti Kami

Parta Minta Siswa yang Kesulitan Calistung Tidak Dikirimkan ke SLB

Parta berpendapat, mengirim siswa yang kesulitan calistung ke SLB dapat menyebabkan kemampuan belajar mereka menurun.

Parta Minta Siswa yang Kesulitan Calistung Tidak Dikirimkan ke SLB
Anggota Komisi X DPR RI, I Nyoman Parta.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi X DPR RI, I Nyoman Parta meminta ratusan siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca, menulis dan berhitung (calistung) di Buleleng tidak dipindahkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB).

“Mereka memang tidak bisa digabung di ruang kelas reguler, harus dibuatkan ruang kelas khusus atau sekolah khusus tapi bukan SLB,” ujar Parta kepada NusaBali.com di Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan, Penatih, Denpasar Kamis (29/5).

Baca: Ganjar Pranowo Belum Pastikan Maju Pada Pilpres 2029

Parta berpendapat, mengirim siswa yang kesulitan calistung ke SLB dapat menyebabkan kemampuan belajar mereka menurun. Ia menengarai anak-anak yang mengalami kesulitan calistung tersebut mungkin memiliki ritme belajar di bawah rata-rata sekolah reguler, namun tidak setara SLB.

Oleh karena itu, kebijakan yang paling ideal menurut politisi PDIP asal Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar ini adalah ‘perlakuan khusus.’ Setelah mengetes level kecerdasan intelektual (IQ), mereka bisa diterapi maupun didampingi tenaga pengajar berkompetensi khusus sesuai kebutuhan siswa.

“Jangan dibawa ke SLB, nanti turun (kemampuan belajar) mereka. Anak ini harus ditempatkan khusus, dapat perlakuan khusus, dengan guru yang dipersiapkan secara khusus,” imbuh Parta.

Kata Parta, guru berkompetensi khusus untuk menangani kasus semacam ini memang krusial dibutuhkan. Sebab, siswa kesulitan calistung tidak hanya ditemukan di jenjang SD, namun SMP dan bahkan SMA.

Baca: Ganjar Ungkap Hal Ini Akan Usulan Solo Jadi Kota Istimewa

Lanjut Parta, hal tersebut menandakan guru reguler belum dapat menangani siswa dengan kasus tersebut. Sehingga, siswa yang kesulitan calistung terbukti tidak mengalami perubahan dari jenjang ke jenjang.

“Akarnya itu ada di SD. Kalau seperti di Tabanan, ketemu siswa SMA tidak bisa baca ya karena waktu SD dia belum bisa membaca,” tandas Parta.

Quote