Ikuti Kami

Pemda Subang Buka Lahan Tidur Demi Ketahanan Pangan 

"Kalau  tidak ditangani dengan langkah-langkah konkret maka tidak menuntut kemungkinan akan menimbulkan krisis pangan dikemudian hari".

Pemda Subang Buka Lahan Tidur Demi Ketahanan Pangan 
Ilustrasi. Pemda Subang buka lahan tidur demi ketahanan pangan. (Foto: Istimewa)

Subang, Gesuri.id - Anggota DPR RI, Sutrisno mengatakan sektor pertanian memegang peran strategis dalam perekonomian nasional, terutama dari segi penyerapan tenaga kerja. 

Ia mencatat menurut data BPS sektor ini menyumbang 33,4 juta tenaga kerja meski data ini mengalami penurunan pada tahun 2019 tercatat 34,5 juta. 

Baca: Cornelis Manula Pertama Divaksin, Jangan Takut Disuntik

Angkatan petani muda hanya sekitar 8 % atau sekitar 2,7 juta orang dan tercatat di tahun 2017-2018 terjadi penurunan sekitar 415 ribu orang. 

Menurutnya, data tersebut sangat memprihatinkan dimana jumlah penduduk yang semakin bartambah dari tahun ke tahun yang tentunya berbanding lurus dengan kebutuhan pangan, dengan laju pertumbuhan 1,25 % atau tercatat 270 ,20 juta jiwa di tahun 2020, ditambah hal lainya ketersediaan lahan juga menjadi semakin sempit, seperti lahan sawah di tahun 2013 7,75 juta ha, tahun 2018 7,1 juta ha terjadi penurunan 650 ribu ha dalam kurun waktu 5 tahun atau 130 ha/tahunnya yang ekuivalen dengan penurunan produksi beras 6.5 juta ton atau 1.3 juta ton/tahun.

"Namun dalam catatan di tahun 2019-2020 7,46 juta ha mengalami kenaikan akan tetapi kenaikan ini tidak berkorelasi dengan kenaikan produksi malah diproyeksikan produksi beras kita menurun, di tahun 2018 32,42 jutan ton turun menjadi 31,31 juta ton pada tahun berikutnya dan di tahun 2020 naik 320 ribu ton menjadi 31,63 juta ton. Kalau  tidak ditangani dengan langkah-langkah konkret maka tidak menuntut kemungkinan akan menimbulkan krisis pangan dikemudian hari," ungkapnya. 

Politisi PDI Perjuangan itu juga menjelaskan penurunan minat pada sektor ini diantaranya tidak ada jaminan terhadap kesejahteraan petani, pemikiran masyarakat bahwa bertani kurang bergengsi, ketersediaan lahan dan modal menjadi penyebabnya.

Lanjutnya, upaya pemerintah di sektor pertanian terus dilakukan seperti penyaluran berbagai macam bantuan untuk petani  diantaranya ketersediaan pupuk, bibit unggul, mesin alat pertanian, program bantuan modal dengan bunga rendah (KUR) dan program dalam upaya mendorong kaum milenial agar memiliki ketertarikan untuk menjadi petani. 

Upaya tersebut, katanya, tidak lain adalah sebuah langkah untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan produktifitasnya (Ketahanan Pangan Nasional), yang dirasakan masih ditemukan berbagai kendala baik secara tekhnis ataupun regulasi. Kendala–kendala ini juga yang menyebabkan kita kalah bersaing dengan pangan impor sehingga membuat kesejahteraan petani tidak terjamin, dan ini tentu menimbulkan sektor ini menjadi kurang diminati.

Selain pupuk, bibit unggul, mesin alat pertanian dan modal produksi tentunya ketersediaan lahan dan minat untuk sektor ini menjadi hal yang penting ditindak lanjuti untuk mencapai swasembada pangan kita. Upaya memang tengah dilakukan tapi melihat data dan uraian yang saya paparkan diatas belum cukup ampuh mengatasi setiap persoalan yang ada. 

"Kita perlu terobosan untuk membuat produksi pangan skala besar yang terpusat dan teroganisir. Pemerintah Pusat tengah melakukan itu seperti yang kita ketahui bersama dengan pembukaan lahan pertanian di Kalimantan. Kita sudah tidak bisa lagi mengikuti kultur petani kita sebelumnya, kita harus mengedukasi petani sehingga ada transformasi sektor ini. Kita tidak mungkin bisa bersaing dengan pangan impor dengan cara lama yang tercecer kecil – kecil tersebut yang hanya mendorong celah permainan kapitalisme berkembang di negeri ini," jelasnya.

Sutrisno mencontohkan jika ada daerah di Jawa Barat ini dengan area luas yang selama ini berandil besar dalam menopang pangan nasional kenapa tidak itu kita kerjakan pula. Seperti halnya dengan inisisasi Pemda Subang bekerjasama dengan TMMD Kodam III Siliwangi tentang Pembukaan lahan 4000 ha lahan tidur Perhutani di daerah Gunung  Nyomot. 

"Kalau ini didorong dan diapresiasi Pemerintah Pusat sehingga program tersebut terealisasikan dengan baik maka tidak menuntut kemungkinan ini akan diikuti oleh daerah lainya di Jawa Barat," ungkapnya. 

"Konsep ini akan mengedukasi masyarakat petani sekitar apalagi petani yang termasuk didalamnya dalam pengembangan tekhnologi pertanian sehingga harapanya ini akan menyebar menjadi percontohan untuk petani-petani kita. Terlebih memang dalam tinjauan saya selaku Anggota DPR RI Komisi IV dalam acara reses ke Kabupaten Subang ditemukan lahan – lahan tidur yang sudah tidak produktif lainya selain lahan di Gunung Nyomot ini," ia menambahkan.

Baca: Kudeta Myanmar, Hasto: Solidaritas ASEAN Harus Tekan Rejim 

Dengan terobosan itu, Ruhimat meyakini akan meningkatkan produktifitas pangan dan kesejahteraan petani akan terjamin. Proteksi, monitoring dan organisir petani akan mudah dilakukan. Di luas lahan 4000 ha ini 800 petani akan dilibatkan sehingga pemerintah akan mudah memberikan dan menjaga hak-hak petani. 

"Lahan-lahan dengan ribuan hektar ini yang kita butuhkan bahkan lebih dari itu untuk lebih mudah memastikan jaminan ketersediaan pangan apalagi ini terus diperluas setiap daerahnya dan diikuti oleh daerah lainya bahkan bisa saja diikuti oleh petani–petani yang tersebar di pelosok dengan melibatkan setiap steak holder yang ada tidak menuntut kemungkinan akan terjadi lompatan yang cukup besar di Ketahanan Pangan Nasional kita," ia menekankan.

"Terpusat, terorganisir dengan skala besar ini adalah celah harapan untuk swasembada pangan kita. Konsep ini yang akan juga berdampak pada minat bertani. Dengan alih tekhnologi orang tidak lagi gengsi untuk bertani, dengan peningkatan taraf hidup petani orang akan tergiur menjadi petani," pungkasnya.

Quote