Ikuti Kami

Pemkot Yogyayakarta Akan Kembangkan Pertanian Terpadu dan Pengolahan Sampah

Pertanian terpadu sekaligus pengolahan sampah di wilayah Tegal Gendu Prenggan, Kotagede.

Pemkot Yogyayakarta Akan Kembangkan Pertanian Terpadu dan Pengolahan Sampah
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo.

Jakarta, Gesuri.id - Pemerintah Kota Yogyakarta akan mengembangkan integrated farming atau pertanian terpadu sekaligus pengolahan sampah di wilayah Tegal Gendu Prenggan, Kotagede.

Pengembangan pertanian terpadu dan pengolahan sampah itu memanfaatkan lahan milik Pemkot Yogyakarta. Keberadaan pertanian terpadu itu diharapkan bisa menghasilkan dan mengurangi sampah di wilayah sekitar serta bisa dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau publik.

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengatakan ada lahan milik Pemkot Yogyakarta seluas sekitar 1.500 meter persegi di Tegal Gendu, Prenggan, Kotagede. Lahan itu belum dimanfaatkan. Pada open house Wali Kota Yogyakarta Rabu pagi minggu lalu masyarakat Tegal Gendu menyampaikan aspirasi agar lahan itu dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Hasto lalu menindaklanjuti bersama jajaran Pemkot Yogyakarta dengan meninjau lahan dan mengarahkan membuat integrated farming program atau pertanian terintegrasi yang juga terkait pengelolaan sampah untuk pertanian.

Baca: Ganjar Tegaskan Pemuda Harus Benar-benar Siap

“Nanti kita bikin biopori di sini, olah sampah yang tidak bau karena sampah bersih (organik dari dapur) hanya untuk pelihara maggot hasilnya untuk pertanian. Ini nanti basisnya pertanian. Jadi kita bikin pupuk di sini, terus ada demplot percontohan cabai, terong atau pisang,” kata Hasto saat meninjau lahan milik Pemkot Yogyakarta di Tegal Gendu di bantaran Sungai Gajah Wong Selasa (2/9).

Hasto mencontohkan pertanian terintegrasi dengan pengolahan sampah sudah diterapkan di Bausasran. Pengelolaan sampah antara lain sampah organik dengan biopori dan sisa makanan untuk memelihara maggot. Hasilnya maggot digunakan sebagai pakan lele dan pupuknya untuk pertanian. Hasto mengaku pernah mengunjungi pemanfaatan lahan di Bausasran untuk pertanian terpadu dan pengolahan sampah di tempat itu tidak berbau karena sampah dari dapur masuk biopori maupun untuk pakan maggot.

“Jadi semua diintegrasikan dengan pengolahan pupuk bisa menyelesaikan (sampah) satu wilayah prenggan. Ini (lahan) sudah milik pemkot. Jadi bisa segera kita mulai. Bisa kita gali bikin biopori secara komunal dan bukan sampah yang berbau,” paparnya.

Pemanfaatan lahan dengan pertanian terpadu sekaligus pengolahan sampah itu sejalan dengan gerakan Masyarakat Jogja OIah Sampah (Mas Jos) yang digencarkan. Hasto menegaskan pentingnya memilah sampah dari rumah sehingga sampah dari dapur organik dimasukan ke biopori maupun pakan maggot. Pihaknya juga akan memetakan kembali lahan-lahan aset Pemkot Yogyakarta di wilayah yang belum termanfaatkan untuk dikembangkan pertanian terpadu sekaligus pengolahan sampah.

Baca: Ganjar Nilai Ada Upaya Presiden Prabowo Rangkul PDI Perjuangan

“Jadi model seperti ini akan saya cari untuk menyelesaikan sampah di lingkungan masing-masing,” ujar Hasto.

Sebelum meninjau lahan tersebut, Hasto dan jajaran Pemkot Yogyakarta menjalankan salat subuh berjamaah di Masjid Al-Mukmin Tegalgendu. Dalam kesempatan itu juga diserahkan bantuan tali asih dari Bank BPD DIY dan Baznas Kota Yogyakarta untuk Masjid Al-Mukmin yang diterima takmir.

Sementara itu Ketua Kampung Tegal Gendu Arif Purwaning Cahyo menyampaikan awalnya lahan Pemkot Yogyakarta itu pada tahun 2025 rencananya dibangun ruang terbuka hijau publik oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Namun karena ada efisiensi anggaran, sampai kini belum dibangun. Masyarakat lalu melakukan bersih-bersih lahan melalui program padat karya dan ditemukan adanya ular. Oleh sebab itu masyarakat mengusulkan pemanfaatan sementara lahan itu untuk pertanian ke DLH Kota Yogyakarta dan diizinkan. Kemudian usulan itu juga disampaikan lewat Open House Wali Kota Yogyakarta.

“(Keinginan masyarakat) Untuk pertanian awalnya, untuk mengisi lahan kosong ini bisa ada manfaat untuk bertani lombok, sayur mayur dan sebagainya. Ini arahannya (wali kota) sampai integrated farming. Ya menyambut baik. (Tapi) apakah ada efek (pengolahan sampah) ke warga. Tadi disampaikan tidak ada bau, jadi mungkin perlu sosialisasi dan ada contoh yang tidak ada dampak negatif ke warga,” pungkas Arif.

Quote