Ikuti Kami

Rahmad Handoyo Desak Rumah Sakit di Tanah Air Berbenah 

Hal ini menyusul fenomena warga Indonesia yang memilih berobat di luar negeri  ketimbang di negara sendiri.

Rahmad Handoyo Desak Rumah Sakit di Tanah Air Berbenah 
Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo. Foto: Gesuri.id/ Elva Nurrul Prastiwi.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo mendesak rumah sakit di Tanah Air berbenah diri dalam hal pelayanan

Hal ini menyusul fenomena  warga Indonesia yang memilih berobat di luar negeri  ketimbang di negara sendiri.

Baca: Pemuktahiran Data Peserta BPJS Mendesak Dilakukan

“Masih banyak masyarakat memilih berobat di luar negeri dari pada dinegeri sendiri. Akibatnya, seperti ini,  Indonesia kini menjadi negara penyumbang pasien terbesar diantara negara-negara Asean,” kata Rahmad Handoyo di gedung parlemen, Jakarta, Kamis (12/12).

Rahmad Handoyo mengungkapkan keprihatinannya setelah sebelumnya  mengikuti Rapat Dengar Pendapat  (RDP) Komisi IX DPR RI dengan  Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dan AVRI (Asosiasi Rumah Sakit Vertikal Indonesia). 

Dalam RDP yang digelar diruang rapat Komisi IX tersebut, Dirjen Pelayanan Kesehatan merilis data baru yang menyebutkan total pengeluaran untuk pengobatan masyarakat Asean mencapai USD 11,5 miliar atawa setara dengan RP 161 triliun. 

Dari jumlah dana tersebut, 80 persen masuk ke Malaysia. Sementara, yang memprihatinkan, Indonesia disebut sebagai kontributor pasien terbesar dibanding negara lainnya.

Sebagai mitra kerja Kementerian Kesehatan, Rahmad Handoyo  mendesak agar  pemerintah dalam hal ini kementerian kesehatan menjadikan fenomena ini sebagai tantangan besar yang  sesegera mungkin ditangani secara serius. 

“Harus diakui, larinya pasien-pasien Indonesia ke luar negeri,  adalah bukti  bahwa ada persoalan serius dalam pelayanan kesehatan di Indonesia," ujar Rahmad.

Lebih jauh, politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, kepercayaan warga Indonesia harus direbut kembali, rumah sakit dan dokter di Indonesia harus berbenah.

Dikatakan, rumah sakit di Indonesia harus bisa memberikan pengobatan dan pelayanan terbaik kepada pasien, seperti yang dilakukan para medis rumah sakit di Malaysia.

“Memang bukan pekerjaan yang mudah karena sudah terlanjur rumah sakit di luar negeri lebih dipercaya. Tapi bagaimanapun juga kan harus ada upaya yang serius agar warga negara Indonesia memilih layanan kesehatan di negeri sendiri,” ucapnya.

Ditambahkan Rahmad, rumah sakit dan para tenaga medis di Indonesia tidak boleh malu, belajar dari rumah sakit di negara lain. 

"Kita harus melihat, mengapa warga kita lebih percaya rumah sakit di Malaysia, Singapura dibanding rumah sakit dinegara sendiri," katanya.

Rahmad menambahkan, ada beberapa catatan mengapa banyak masyarakat Indonesia lebih memilih berobat di luar negeri. Dia mencontohkan rumah sakit di Malaysia yang saat ini menjadi negara tujuan utama pasien Indonesia. 

Rumah sakit dinegara jiran tersebut selalu memberikan pelayanan yang prima kepada pasien. 

“Selain responsif dalam menanggapi pertanyaan dari calon pasien, rumah sakit di Malaysia juga menawarkan paket khusus turis yang ingin berobat, dari segi penginapan hingga transportasi. Hal yang terlihat sepele inilah yang terkadang luput dari perhatian sebagian besar rumah sakit di Indonesia,” pungkasnya.

Lebih jauh, politisi asal Boyolali ini mengatakan, dari segi biaya, rumah sakit di Malaysia juga mematok tarif  yang cukup terjangkau bagi warga Indonesia dibanding negara lainnya seperti Singapura, Thailand. 

Memang, kata Rahmad, warga Indonesia yang menjalani pengobatan di luar negeri biasanya sekaligus traveling atau jalan-jalan.  Jadi, orang Indonesia memilih destinasi berobat juga sekaligus ingin menyegarkan pikiran dengan pergi sejenak ke negara lain. 

Baca: Kelola Kartu Pra Kerja, Airlangga Dianggap Kurang Kerjaan

"Hal-hal kecil seperti ini selayaknya jadi perhatian,” ucapnya.

Sebaliknya, kata Rahmad, secara umum  kesan masyarakat luas terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia, khususnya rumah sakit milik pemerintah, belum memuaskan. “Nah, kalau pelayanan kesehatan di Indonesia dianggap belum profesional, apalagi biaya lebih mahal, tentu ini menjadi tanggung jawab bagi pemerintah,” tandas Rahmad.

Quote